Namaku Mika. Hatsuna Mika. Aku kelas sepuluh, berusia 15 tahun. Aku remaja biasa dan benci hujan. Hujan itu menyebalkan, hujan itu pengganggu. Bagaimana mungkin ada orang yang menyukai hujan? Tapi hujan menyayangiku. Mereka berbisik ingin memelukku. Mereka berbisik akan selalu melindungiku. Aku tidak berbohong, mereka benar benar berbisik padaku. Anehnya aku mendengarnya dengan sangat jelas. Seperti saat ada temanmu yang berbisik penuh kasih terhadapmu. Dan hal itulah yang membuatku terganggu, dan juga ... takut. Karena yang bisa mendengarnya hanya aku-
Mungkin.
Tapi aku tidak berbohong, karena aku~
Bisa melihat peri.
~~Ocean_Echo~~
"Mika, jangan bawa payung! Hari ini cerah sekali." Ibuku mendatangiku dengan celemek yang tergantung rapi di lehernya.
"Baiklah. Tapi, nanti akan hujan, Bu...." Aku tidak akan mengatakan itu, kalau aku tidak mempunyai alasan. Pasti, hujan akan turun. Aku tahu, sangat tahu. Karena, aku melihat banyak makhluk kecil di sekitarku. Makhluk kecil bersayap yang memiliki tubuh berwarna biru. Kuping mereka panjang layaknya peri. Atau mereka ...
Memang peri.
"Kamu akan dikatai aneh sama orang-orang yang melihatmu ...," kata Ibuku lagi. Namun, payung di sudut ruangan diambilnya dan di sangkutkan ke ranselku.
Aku mendengus. Dan membiarkan dia melakukan apa yang diinginkannya.
Bagaimana pun dia Ibuku, aku sayang Ibu. Dia juga bukan sosok ibu seperti queen grimhilde atau layaknya ibu tiri yang ada di film cinderella. Dia sosok ibu yang sangat baik. Dia juga tidak pernah menyuruhku menjadi gembel, dengan pakaiam koyak yang penuh dengan debu. Dia hanya menyuruhku mencuci piring. Dan Ibuku juga ibu kandungku. Aku memiliki darahnya. Setidaknya ... itulah yang kutahu sampai saat ini.
Aku selesai memakan sarapan dilanjutkan memakai sepatu dengan cepat.
Hari ini hari pertamaku masuk sekolah, aku naik kelas sepuluh. Aku masuk SMA dengan peringkat terbawah. Teman sekelasku waktu SMP menjulukiku; Si Bodoh.
Aku tidak mengharapkan ada hal spesial yang akan terjadi. Lagipula aku hanya berharap tiga tahun tanpa hujan. Dan itu sangat tidak mungkin.
"Bu, Mika berangkat ...," ucapku dan melambaikan tangan.
"Hati-hati!" sahut ibuku dari arah belakang.
Aku bergegas memasuki bus sekolah yang sangat padat layaknya tumpukan manusia.
Dengan susah payah aku menjaga keseimbanganku agar tidak terjatuh saat bus ini berhenti mendadak untuk memasukkan murid lainnya.
Dan benar saja. Saat bus ini berhenti mendadak. Aku sudah pasrah dalam hitungan ketiga--paling tidak hidungku patah atau kepalaku terluka sedikit--saat aku kehilangan keseimbangan dan akan menghantam kursi yang ada di depanku. Kira-kira sakit tidak ya?
Aku menutup mata.
Tapi.
Aku tidak merasakan apapun.
Tubuhku seolah-olah ditahan oleh sesuatu seperti angin yang-aku tidak tahu apa itu.
Aku terbantu oleh--sesuatu yang aku tidak tahu apa itu. Dan tubuhku kembali berdiri tegak. Aku langsung membuka mataku. Aku ingin melihat-sesuatu yang aku tidak tahu apa itu. Aku ingin melihatnya dan berterima-kasih. Setidaknya tadi aku berpikir begitu. Namun ... sekarang aku melihatnya.
Sekarang ... aku berharap aku tidak buru-buru membuka mataku.
Semuanya terasa aneh dan juga ...
menakutkan.
Aku masih tidak percaya yang terjadi disini. Karena itu aku mengedarkan pandangan keselilingku. Dan sialnya itu membuat adrenalinku berpacu lebih kencang.
Karena orang orang disekelilingku mendadak berhenti. Bukan--
Bukan mereka yang berhenti. Tapi waktu seolah berhenti. Yang menjadi pusatnya adalah aku. Sekarang ini hanya aku yang bisa berherak seperti biasa. Mungkin.
Tetesan hujan terlihat melayang di udara--tidak terjatuh.
Diluar burung terlihat berhenti diangkasa.
Murid murid yang tadinya hiruk-pikuk mendadak sunyi.
Aku melihat jam tanganku yang berhenti berdetak.
Ini sangat aneh. Seperti aku sedang melihat film dan film itu sedang di-pause.
Sesuatu yang menolongku tadi yang juga-aku tidak tahu apa itu apa benar angin? Karena tidak ada lagi yang kupikir-bisa menolongku saat itu.
"Tidak boleh." Ketika aku sibuk memikirkan keanehan yang sangat ganjil ini. Muncul satu kejanggalan yang-lebih aneh dari-apapun yang pernah kulihat. Di hadapanku tiba tiba muncul makhluk kecil, bersayap, berbadan biru, dan berbicara dengan suara halus-melengking yang menyeramkan.
"Tidak boleh ...," katanya lagi. Kali ini diiringi dengan senyum yang membuatnya terlihat seperti--
Joker yang memiliki bibir koyak sampai ke pipinya.
"Tidak boleh ...," ulangnya lagi. Dan kali ini bukan hanya satu. Muncul semakin banyak dari mereka.
Mereka mengelilingiku. Dan bersahut-sahutan berkata-
'Tidak boleh tidak boleh tidak boleh tidak boleh tidak boleh tidak boleh tidak boleh tidak boleh tidak boleh tidak boleh tidak boleh tidak boleh tidak boleh tidak boleh tidak boleh'
Suara-suara itu terus terdengar olehku dan semakin lama semakin banyak.
Membuat kupingku berdengung.
Membuat napasku tidak beraturan.
Membuatku ...
Muak.
"Tidak boleh ... Tuan Putri." Setelah mengucapkan kalimat itu. Perlahan makhluk-makhluk itu menghilang. Dan waktu, kembali seperti semula. Ini gila.
Apa yang terjadi padaku barusan?
:
:
:
:
:
:Sampai jumpa di gema selanjutnya.
Salam Sihir;
Onyaw😜
KAMU SEDANG MEMBACA
Ocean Echo
Fantasy{Fantasy & (Minor) Romance} Namaku Mika. Kelas sepuluh. 15 tahun. Aku benci hujan. Hujan menyayangiku. Mereka berbisik ingin memelukku. Mungkin aku 'penyihir'. Tapi, aku tidak berbohong. Karena aku~ Bisa melihat peri. Cover by:foraneki