Echo X

1.8K 258 3
                                    

Kemudian~

Aku terbangun.

Kepalaku terasa berat, dinding-dinding gua menguarkan aura mencekam juga menjadi penyalur bagi dinginnya udara.

Dan aku tersadar ... akan sesuatu.

Bahwa aku baru saja bermimpi. Mimpi yang aneh dan membingungkan.

Pikiranku masih melayang terbang menyusuri kejadian yang baru kualami.

Aku mengingatnya, dengan jelas.

Saat Baba-san memelukku, kehangatan yang kurindukan. Terasa nyata.

Aku beringsut duduk, dan mengetahui kalau gadis-berambut-coklat-ikal sedang terperangah menatapku. Namun, aku tahu. Kami berdua tahu.

Baba-san baru saja ... memasuki alam mimpi milik kami berdua.

~~Ocean_Echo~~

"Kau akan kubunuh!" Sejak satu jam yang lalu, gadis-berambut-coklat-ikal itu, terus saja melayangkan kalimat yang menegaskan kalau dia Ingin membunuhku.

"Aku bersumpah akan mengirimmu ke lembah putih!" serunya lagi.

Aku mendengus dan melontarkan tatapan muak padanya. Aku membiarkannya berkata, seolah dia bisa membunuhku.

Karena aku sedang merenungkan apa yang sebenarnya terjadi padaku, dan memikirkan apa yang akan aku lakukan selanjutnya.

Sebuah batu yang difungsikan sebagai meja membatasi antara aku dan gadis-berambut-coklat-ikal.

Membantuku untuk tidak menerjangnya dan membekukan, lalu menghancurkan gadis itu hingga yang bersisa dari dirinya hanyalah puing-puing es.

"Aku pasti menghancurkanmu,pasti!" Gadis-berambut-coklat-ikal itu ternyata balas menatapku dengan sengit.

Tiba-tiba saja hatiku menolak untuk diam, aku tetap tidak bisa membiarkannya. Aku pun berteriak jengkel, "tidak bisakah mulut busukmu kau tutup?!"

Dia mendesis, "aku benar-benar akan membunuhmu!"

Ketika perhatianku fokus kepada gadis-berambut-coklat-ikal, gadis-kecil-bersayap muncul.

Dia menguap dengan santai, lalu berkata, "sebaiknya kalian hentikan peperangan kecil ini." Sehelai kertas berlabuh di tangannya.

Matanya menyipit dan dia tersenyum licik. "Penyihir tua, menyuruh kalian untuk tidak saling membunuh dan membuat makanan sendiri." Dia menguap lagi dan berbicara dengan tidak jelas, "yah, yang lainnya tidak penting."

Lalu, mencampakkan sehelai kertas itu ke meja batu yang membatasiku dan si gadis-berambut-coklat-ikal.

Aku terperangah sebentar saat menyadari siapa yang gadis-kecil-bersayap itu panggil penyihir tua.

Bukankah pertengkaran antara aku dan gadis-berambut-coklat-ikal karena panggilanku terhadap Baba-san?

Aku mengambilnya. Namun, disaat yang sama gadis-berambut-coklat-ikal itu juga mengambilnya.

Dalam hal ini, kami sama-sama tidak mau mengalah.

Aku menarik kertas itu, tapi dia menarik ke arah yang berlawanan dengan lebih kuat.

Mata kami beradu dalam keheningan. Dan tidak ada salah satu dari kami yang melepaskan cengkraman dari sehelai kertas yang sudah dipastikan kusut itu.

Sekali lagi, kertas itu kami tarik ke arah yang berlawanan dengan kuat. Semakin kuat aku menarik, tarikan selanjutnya pasti lebih kuat dari sebelumnya.

Tatapan mata kami, juga belum terputus. Sampai aku mendengar suara robekan kertas pelan, yang berujung semakin keras.

Sebelum kami tersadar apa yang terjadi, aku sudah terbanting ke belakang begitu juga dengan gadis-berambut-coklat-ikal.

Aku mengaduh kesakitan saat kurasakan pinggulku terbentur tanah yang keras. Tapi, gadis-berambut-coklat-ikal itu beruntung karena badannya ditahan oleh kecepatan sihirnya sendiri.

Dia tersenyum puas dan membuatku kesal.

Namun, bukan itu yang seharusnya ku khawatirkan. Kini, kertasnya sudah koyak menjadi dua bagian, akibat tidak ada yang bersikap dewasa diantara kami.

"Duh, manusia itu memang makhluk bodoh." Gadis-kecil-bersayap itu menghela napas-lelah.

Dia menjentikkan jarinya, dan seketika kertas yang berada di tanganku menghilang. Aku terkejut sekilas.

Dan kulihat sobekan kertas yang tadi di tanganku, dan sobekan kertas yang berada pada si gadis-berambut-coklat-ikal melayang, kemudian kembali menyatu dengan membuat jalinan ikatan yang baru, tepat di depan si gadis-berambut-coklat-ikal. Seperti kertas itu sedang disulam.

Titik-titik cahaya hijau redup yang terasa ganjil muncul mengelilingi kertas itu, lalu ... keajaiban terjadi.

Kertas kembali utuh seperti semula. Begitu kulihat si gadis-kecil-bersayap, entah darimana asal sesuatu yang sedang dikunyahnya. Yang pasti, dia sedang memakan kue berlumur coklat dengan strawberi di ujungnya. Dia menikmati kue dengan tenang.

Saat aku berinisiatif mengambil kertas tersebut, kertas itu terbang menghindari jangkauan tanganku. Rasa kesal melanda diriku. Tapi, aku bukan gadis yang gampang menyerah. Aku pasti bisa mendapatkan apa yang aku mau. Apapun, akan kulakukan.

Aku meloncat, berlari, bahkan sudah mengeluarkan berbagai sihir yang sudah bisa kukuasai. Tapi, kertas itu tetap tidak bisa kurebut. Sial.

Rasa kesal mulai menguasai tubuh dan pikiranku, sehingga tanpa sadar aku mendecih dan berucap, "Dasar gadis-cebol yang rakus."

Detik itu juga, aku menyesal tidak bisa mengendalikan mulutku.

Gadis-kecil-bersayap itu menghentikan kunyahannya, matanya berkedip polos, dan kue miliknya digenggam hingga hancur.

Kalelawar pergi terbang keluar gua. Insting binatang, menghindari mara bahaya. Dan, kurasa aku mempunyainya sedikit.

Karena, aku mendapat firasat buruk yang mengatakan aku harus pergi dari sini, secepatnya!

Sedangkan, gadis-berambut-coklat-ikal menghempaskan tangannya dan menghela napas berat. "Ah, sialan."

Peri-beri berwarna hijau dan coklat berhamburan masuk ke dalam tubuh si gadis-kecil-bersayap.

Perlahan tubuh gadis itu mulai mengembang seperti balon yang akan pecah, menjadi suatu bentuk yang ganjil. Seperti ... monster.

Otot-ototnya kian membesar, badannya yang sehalus sutra kini menjadi sekeras baja. Tatapan malasnya yang manis, sekarang menyorotkan api yang membara. Ukurannya yang seperti boneka kecil berubah menyerupai beruang besar.

Saat dia menghentak, seluruh gua bergemuruh. Ketika dia melirih, suaranya bergema di sepenjuru lorong-lorong gua.

Dimana makhluk-kecil-cantik-bersayap tadi?

Kemana perginya makhluk-mungil-bersayap yang sedang memakan kue dengan lucu tadi?

Ternyata~

Aku sudah membangunkan sesosok monster.

:
:
:
:
:
:

Sampai jumpa di gema berikutnya.

Salam Half-Blood;
Onyaw😱

Ocean EchoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang