Echo XIX

1K 156 1
                                    

Pagi menyambut kami dengan hangat.

Tapi, tentu saja hanya pagi yang berbaik hati begitu.

Karena nyatanya pagi ini tepat pukul empat, kami dibangunkan oleh suara gaduh dari luar ruangan.

"Sial! Aku bahkan tidak tidur nyenyak akibat Alba yang mengorok sangat keras." kesal Titania kepada ku.

Alba hanya menlihat lewat ujung matanya--tidak perduli.

"Apa yang terjadi di luar?" tanyaku.

"Mana kutahu, bodoh. Kau lihat saja kita sama-sama berada di dalam!" sahut Titania sarkas.

Aku mendesah kesal.

Suara berisik di luar semakin terdengar jelas. Karena penasaran aku berdiri dan melangkah keluar ruangan.

Terlihat Karen sedang berlatih dengan gadis berpupil putih--Zephyr.

Zephyr menyerang Karen dengan nyanyian yang membuat kuping berdengung keras. Aku dengan cepat menutup kupingku, takut kalau aku akan terkena dampaknya juga.

Tapi aku tidak mendengar apa-apa. Karena, Zephyr hanya memusatkan serangannya pada Karen saja.

Sedangkan Karen dengan anggun mengayunkan kedua tangannya membentuk sebuah simbol melati dan entah darimana datangnya, seutas bunga melati merah besar muncul dan menghisap semua suara yang akan menerpa Karen.

Zephyr menambah tekanan suaranya. Aku melihat melati itu tidak akan sanggup menerima serangan lagi.

Namun dengan cepat Karen menghilang menjadi serangkaian kelopak melati merah yang terbang dibawa angin.

Tidak ada yang tahu dimana dia berada.

Namun beberapa detik kemudian Karen muncul dan melayang di belakang tengkuk Zephyr seraya menggoreskan pedang merah di leher Zephyr.

Gadis berpupil putih itu tersentak, matanya membelalak--tidak menyangka saat tiba-tiba saja Karen muncul di titik butanya.

"Aaah," Karen menghisap pedangnya ke dalam telapak tangannya. "Ma-maafkan aku. Saat bertarung, aku kurang bisa mengendalikan diriku."

Zephyr berbalik menatap tubuh Karen yang kecil. Wajahnya bersemu malu.

"Tidak, tidak masalah." bisiknya pelan.

Aku segera mendekat ke arah mereka.

"Zephyr," aku menyentuh pundaknya. "Kau terluka...."

Sentuhanku menakutkannya. Dia menjaga jarak dariku, mundur beberapa langkah dengan cepat.

Aku tertegun.

"Kenapa kau setidak sopan itu pada Putri Mika?!" seru Karen.

Aku melihat Karen. "Karen, tenanglah. Dia hanya takut."

"Zephyr, aku tidak akan menyakitimu. Kenapa kau takut padaku?" Aku bertanya lembut padanya.

Dia hanya menunduk dengan kedua tangan tergenggam yang berada di dadanya.

"Kenapa?" tanyaku lagi.

Zephyr menggeleng. "Aku ... tidak bisa mengatakannya."

"Baiklah. Tapi, aku tidak akan menyakitimu. Aku janji!" Kataku seraya berjalan mendekatinya dan perlahan memegang tangannya yang tergenggam.

Mengangkat pandangannya.

"Lihat 'kan?" Aku tersenyum lembut padanya. "Aku hanya gadis lemah dibandingkan dirimu. Mana mampu aku melukaimu."

Dia balas tersenyum.

"Tidak,"dia menggeleng. "Kau bukan gadis lemah. Tapi aku percaya kau tidak akan menyakitiku."

Ocean EchoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang