"Dimana Karen? "tanyaku pada Zephyr.
"Ada apa, Putri Mika?" Karen yang mendengar pertanyaanku segera menjawab dan mendatangiku.
"Bagaimana keadaanmu?" tanyaku lagi.
"Zephyr menyembuhkan saya dengan baik, Putri!"
Karen melayang di atas bahu Zephyr yang menunduk.
"Terima kasih, Zephyr. Kau pasti lelah, kan?" Aku menyentuh lengan Zephyr dan tersenyum. "Istirahatlah!"
Zephyr tidak bergerak.
Dia hanyak menunduk dan berdiam diri.
Kami masih berada di Lembah Putih. Cuaca Lembah yang dingin membuat badanku menggigil.
Aku menggosok-gosokan kedua telapak tanganku, mencoba mengusir dingin.
"Ayo Zephyr! Setelah kau istirahat sebentar baru kita pergi dari sini."
Zephyr menggeleng. Dia bergumam, "ada sesuatu yang ingin kukatakan."
Aku menaikkan salah satu alisku. "Hm?"
"Ta-pi, kita tidak boleh bicara di sini." Dia mencicit lagi.
Suaranya yang lembut seperti kehabisan tenaga. Sehingga setiap kali dia berbicara nadanya selalu sepelan itu.
Membuatku gemas saja!
Ditambah lagi kedua pipinya yang halus dan berisi itu sangat ingin ku sentuh dan ku cubit!
Tapi aku tidak mau melakukannya! Aku masih tidak terima fakta bahwa di saudara dari Dewi sialan itu!
"Tuan Putri." panggil Karen.
"Eh?!" Aku menoleh dan mendapat kecupan dari Karen di pipiku.
Belum habis sampai disitu. Tiba-tiba saja Zephyr menggenggam kedua tanganku.
Seketika kelopak-kelopak melati merah berterbangan mengelilingi kami membentuk sebuah badai dengan kami sebagai pusatnya.
"A-apa ini?!" Aku terkejut ketika dari bawah kaki ku muncul bunga besar berwarna merah yang menelanku dan juga Zephyr.
Gelap merayapiku.
Kemudian kami di jatuhkan di suatu tempat yang tidak memiliki warna lain selain merah.
"Dimana ini?"
Zephyr melepaskan genggaman kami.
"Maaf tiba-tiba menciummu, Putri." Karen yang entah darimana datangnya berkata seraya tersipu.
Aku mengibaskan tanganku, tanda aku tidak peduli.
"Kita berada di perut melati merah, Putri Mika." Seolah-olah mengerti kebingunganku, karen menjelaskan. "Tempat ini adalah dunia buatanku."
Suhu di sini sangat berbeda dengan di Lembah Putih.
Panas, membuatku berpeluh.
"Cepat katakan apa yang ingin kalian beritahu padaku!" perintahku.
"Saya baru mengingatnya tadi, Putri. Sedangkan Zephyr sudah tahu sejak dia melihat teman Putri yang bernama Hal. Pertama saya jelaskan terlebih dahulu kalau Zephyr bisa melihat aura seseorang." Zephyr hanya diam dan membenarkan semua ucapan Karen.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ocean Echo
Fantasy{Fantasy & (Minor) Romance} Namaku Mika. Kelas sepuluh. 15 tahun. Aku benci hujan. Hujan menyayangiku. Mereka berbisik ingin memelukku. Mungkin aku 'penyihir'. Tapi, aku tidak berbohong. Karena aku~ Bisa melihat peri. Cover by:foraneki