Setelah berhasil keluar dari hutan terlarang, kami mendapati masalah baru. Di hadapan kami gerombolan benda aneh berdiri menghadang.
"Bagaimana bisa?" bisikku.
Matahari bersinar terang, namun benda yang terbentuk dari es di depan kami sekarang ini dapat berdiri dengan kokoh.
Hal menyenggol bahuku. Dia tersenyum licik.
Aah, aku mengerti maksudnya. Aku mengangkat setengah bibirku ke atas.
"Karena kita sudah keluar dari hutan terlarang," Hal mengibaskan tangannya dan muncul sebilah pedang di telapak tangannya. "Mari kita beri mereka pelajaran."
Aku ikut mengambil ancang-ancang. "Tentu."
~~Ocean_Echo~~
"Hal! Di belakangmu."
Sudah berapa lama kami melawan makhluk es ini.
Setelah Hal menebas makhluk es di belakangnya tadi, dia mengjampiriku. "Mereka tidak ada habis-habisnya."
Aku mengangguk.
Makhluk-makhluk ini walaupun sudah ditebas dan dihancurkan, tubuhnya akan menyatu kembali.
"Sepertinya kita memang harus mengalahkan dalang dibalik semuanya."
"Tapi bagaimana? Kita bahkan tidak tahu dia bersembunyi dimana. Dan lagi tenaga kita sudah terkuras." sungutku.
Aku terengah-engah. Salah satu makhluk itu mendatangi kami dan menebaskan pedangnya. Aku meloncat menghindarinya begitu pula dengan Hal.
Sekarang kami terpisah. Hal di kepung oleh tiga makhluk es. Satu melawanku. Enam sedang mencoba menyatukan tubuhnya.
Air merambat di kedua tanganku. Aku mengurung makhluk itu dengan air dan menghancurkannya. Aku melirik kepada enam lainnya yang sudah kembali utuh.
Mereka berlari kencang ke arahku dan dengan cepat mengepungku.
Salah satu dari mereka menyerangku dan kutangkis dengan kuat.
Aku menghela napas. Lenganku luka terkena serangannya.
Sial.
Gerakanku mulai melambat. Darahku mulai merembes ke lengan bajuku.
Di seberang sana Hal masih berusaha melawan musuhnya. Dia pun mulai melemah.
Ini berita buruk bagi kami untuk melawan musuh yang tidak bisa mati dan kelelahan.
Jelas, aku tidak bisa mengharapkan bantuan Hal. Sedangkan disini aku menghadapi musuhku, lima lawan satu.
"Baiklah, kalau kalian sangat bersikeras melawanku." Aku mengenggam tanganku erat, mencoba mencari mana.
Namun, dari atas muncul seorang gadis berambut putih. Dari punggungnya keluar benang-benang halus tak kasat mata. Benang-benang itu kemudian melilitku. Kelima makhluk es tadi berjalan menghampiriku. Mereka melebur menjadi satu kesatuan dan mencoba mengurungku dalam kungkungan es.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ocean Echo
Fantasy{Fantasy & (Minor) Romance} Namaku Mika. Kelas sepuluh. 15 tahun. Aku benci hujan. Hujan menyayangiku. Mereka berbisik ingin memelukku. Mungkin aku 'penyihir'. Tapi, aku tidak berbohong. Karena aku~ Bisa melihat peri. Cover by:foraneki