Aku~
Harus apa?
Ibuku maju mendekatiku dengan sebuah pedang di tangannya yang bisa menyayat kulitku kapan saja.
Aku tetap diam.
Aku hanya menatap tepat di kedua matanya.
Mencari kepingan kebohongan. Namun, yang kulihat tetap sama.
Raut kebencian.
Raut kebengisan.
Tanpa sadar air mataku lolos membasahi pipiku.
Ingatan akan Ibuku yang selalu ada dan tersenyum untukku, lewat begitu saja.
'Pergi. Lari. Tidak bisa. Pergi. Lari. Lari. Pergi. Pergi. Lari. Pergi. Tidak bisa. Lari. Pergi. Lari. Lari. Lari. Pergi. Tidak bisa. Pergi. Pergi. Lari. Lari'
Bisikan-bisikan halus seperti itu, terus terdengar olehku.
Di depan, Ibuku sudah bersiap menerjangku.
Satu detik. Lima detik.
Crash.
"Akh!" Ujung pedang itu tepat mengenai perutku.
Setelah Ibuku menusukku. Dia langsung mencabut pedangnya dengan kasar. Membuat darahku mengalir deras.
Mataku melebar. Aku tidak percaya ini!
Aku menyentuh lukaku. Darah!
Banyak sekali.
Aku menutupnya, berusaha menghentikan pendarahan.
Tidak bisa! Tanganku saja tidak cukup untuk mencegah darahku menetes.
Aku kehilangan banyak darah.
Pandanganku mulai mengabur, kesadaranku sudah menipis. Tapi, aku tidak bisa membiarkannya berakhir seperti ini!
Aku menatap sendu Ibuku. Dengan napas tidak beraturan, aku bertanya, "K-kenapa, Bu?"
Namun, Ibuku menatap nyalang diriku dan menjawab, "kau harus mati!"
Kemudian, dia menusukku sekali lagi. Aku melihatnya sedih. Sepertinya, dia mengatakan sesuatu. Tidak jelas! Apa yang dikatakan Ibu?
Aku jatuh terduduk dan yang kulihat ... hanya hitam.
~~Ocean_Echo~~
"Dia bangun! Jangan berisik!"
"Dia bangun, dia bangun!"
"Sssst!"
Sayup-sayup, aku mendengar orang berbicara.
Aku menggerakkan tanganku. Perlahan, aku membuka mataku. Gelap sekali. Disetiap sudut terdapat bebatuan. Diatas ada juga batu runcing yang menggantung. Seperti gua.
Lalu, aku melihat dua orang bertubuh kerdil, memiliki janggut panjang dan bermuka tua menatap waspada dari balik salah satu batu.
"Ini ... -mana?" Aku bertanya dengan suara serak.
Mereka tidak menjawab. Mata mereka menatap liar. Aku memperhatikan mereka. Apa mereka takut padaku?
Aku berusaha duduk. Akh, lukaku berdenyut ngilu. Tapi, aku tetap berusaha duduk. Tadi, aku berada di rumah dan terluka ... parah.
Apa yang terjadi dengan Ibuku?
Apakah orang-orang kerdil ini yang menyelamatkanku?
KAMU SEDANG MEMBACA
Ocean Echo
Fantasy{Fantasy & (Minor) Romance} Namaku Mika. Kelas sepuluh. 15 tahun. Aku benci hujan. Hujan menyayangiku. Mereka berbisik ingin memelukku. Mungkin aku 'penyihir'. Tapi, aku tidak berbohong. Karena aku~ Bisa melihat peri. Cover by:foraneki