Echo V

2.6K 380 24
                                    

Aku merinding melihat isi tabung itu. "Ara~ hati-hati dengan makhluk cantikku. Dia bisa ketakutan melihat wajah menjijikkan kalian," kata Zefa seraya tersenyum.

Kami terperangah mendengar kalimat yang keluar dari mulut wanita tua itu.

Kemudian aku menyuruh Hal menjauhi tabung-tabung itu dan berusaha tidak melihat kearah tabung-tabung lain, yang kuyakini didalamnya terdapat makhluk yang sama mengerikannya.

Zefa membawa kami masuk ke suatu ruangan. Hal mendudukkanku di sebuah kursi tua. Zefa melihatku kemudian beralih menatap Hal. "Lalu~ ada apa kalian datang kesini?" kata Zefa terhenti sesaat dan tersenyum, "apa kalian ingin menjadi makanan chimera-chimeraku?"

Yang dimaksud chimera, makhluk mengerikan tadi, 'kan?

Aku merinding ngeri. Membayangkan makhluk itu saja sudah membuatku mual.

"Sembuhkan gadis ini!" kata Hal dengan serius, "kakinya patah. Aku tidak punya cukup mana untuk menyembuhkan Slay Vega." Pandangan mereka berdua teralih kepada kakiku.

"Hm~ tidak biasanya kau serius Hali...." Zefa memegang kacamatanya dan tersenyum mencurigakan, "tapi, baiklah. Karena sepertinya ada sesuatu di dalam diri gadis ini sehingga para rukh berteriak padaku. Mereka sangat berisik."

Kemudian, Zefa mendekatiku, dia bertanya, "berikan aku, salah satu benda berhargamu!" aku hanya menatapnya heran. Melihat aku kebingungan Hal tersenyum dan berkata, "berikan saja salah satu barang yang kau pakai."

Lalu, aku membuka salah satu anting pemberian ibuku dan memberikannya pada Zefa. Kemudian, Zefa menggambar suatu lambang aneh yang ditengahnya terdapat gambar bintang. Dia meletakkan antingku di salah satu sisi bintang. Setelah itu, dia menyentuh kakiku seraya berteriak, "heyln!"

Awalnya, tidak terjadi apa-apa. Namun, kakiku perlahan bersinar terang seperti terbakar. Aku berteriak kesakitan.

Sial.

Sakit sekali.

Keringatku bercucuran. Air mataku tak dapat kubendung.

Tak berapa lama, kemudian sinar di kakiku memudar. Perlahan sakit di kakiku ikut menghilang. Aku terengah-terengah.

Aku melihat ke arah kakiku. Tidak ada bekas luka. Seakan-akan, aku memang tidak pernah terluka. Aku menggerakkan kakiku hati-hati.

Kakiku sembuh total.

Namun, antingku menghilang. Aku melihat Zefa. "Bagaimana bisa?" tanyaku pada Zefa.

"Ara~ Mika-chan, apa kau tida tahu sistem pertukaran?" perkataanya terhenti sesaat dan dia tersenyum, "aku ini seorang Alkemis gadis bodoh...."

"Tunggu dulu!" kataku frustasi, "sebenarnya apa yang terjadi denganku?"

"Tenang Mika, tenang." Hal tersenyum menenangkan, "aku akan menjelaskannya."

Aku menatap Hal tidak sabaran. "Dunia kita, umumnya terbagi dua. Dunia Sihir, dan dunia pusat-yang selama 14 tahun kau tinggali. Namun, Kita sedang berada di dunia yang tidak dianggap yaitu zona kosong-"

"Apa, itu?" aku menyela perkataan Hal.

"Satu-satu, aku akan menjelaskannya perlahan. Jadi, sebaiknya, kau tidak menyela pembicaraan."

Aku mengangguk mengerti. Diapun mulai menjelaskan, "zona kosong, adalah tempat yang yang tidak diketahui Si Tanpa Nama. Setidaknya sampai saat ini. Kita berada disini karena Si Tanpa Nama menginginkanmu. Tempat ini adalah tempat yang bisa dihuni makhluk buangan. Seperti, penyihir dan manusia ...," dia melihatku, kemudian lanjut menjelaskan, "tapi, bukan manusia biasa yang tidak percaya sihir, melainkan, para Alkemis. Manusia yang tidak puas dengan sesuatu yang sudah ada dan ingin mencari tahu lebih dan lebih.

"Zefa adalah salah satunya. Dia, adalah Alkemis yang membangkang pada atasannya."

Hal menunjuk Zefa, lalu kembali melihatku.

"Ara~ tidak perlu memujiku seperti itu ...," kata Zefa seraya tertawa, "kalian saja yang terlalu rendahan."

Aku tidak menghiraukan perkataan Zefa dan bertanya dengan ragu-ragu, "apa itu Alkemis?"

"Ara~ dasar gadis dungu. Kami, para Alkemis adalah orang yang bisa menciptakan sesuatu dari ketiadaan. Nah, karena prinsip dasar Alkemis adalah pertukaran setara, kami tidak bisa menciptakan sesuatu tanpa ada benda yang ditukarkan."

"Jadi, Alkemis ini manusia, 'kan?" tanyaku pada Zefa.

"Ara~ tentu saja, Mika-chan bodoh."

"Lalu, kau ini apa, Hal?" Mataku menyorot Hal dengan tajam.

"Aish, perkataanmu menyakitkan sekali, Mika." Hal mengacak rambutnya dan berpura-pura kesakitan. Lalu berkata, "aku ini Paladin!"

Apa lagi itu, Paladin?

"Ah, Paladin itu adalah prajurit suci." Hal tersenyum, aku hanya mengganguk saja. Walaupun aku tidak percaya. Pria narsis ini, seorang prajurit suci?

Berarti, makhluk kecil yang sering kulihat selama ini adalah peri?

Yah, walaupun anggapanku tentang peri adalah makhluk kecil yang cantik.

"Sekarang, pulangkan aku, Hal!" seruku padanya. "Aku sudah lumayan mengerti atas kejadian aneh yang terjadi disekitarku!"

Aku berdiri dan berjalan melewati Hal juga Zefa. Tapi, kemudian, Hal berseru, "kau sudah tidak punya Ibu, Mika!" Aku berbalik menatapnya. Dia melihatku dengam sorot sedih. Mana mungkin aku percaya!

"Kalau kau tidak mau mengantarku, aku pulang sendiri!" Aku berbalik lagi dan ingin keluar dari rumah Zefa. Sebelum aku mencapai pintu, Hal seketika berada dihadapanku dan betanya, "lalu, apa kau tidak ingin tahu mengapa kau bisa melihat makhluk-makhluk aneh itu?" Hal berjalan mendekatiku, "apa kau tidak ingin tahu mengapa kau bisa berada ditengah-tengah permasalahan ini?" Setelah Hal berada tepat didepanku, matanya berkilat, dia menunduk tersenyum culas memandang sinis kearahku, "apa kau tidak ingin tahu siapa dirimu?!"

Detik itu, tiba-tiba sebuah ingatan ganjil memasuki kepalaku.

Darah?

Tunggu?

Lupakan?

Kakiku gemetar. Aku jatuh terduduk.

Perlahan, air mataku menetes.

Sebenarnya, aku~

Siapa?

:
:
:
:
:
:

Sampai jumpa di gema menyusul.

Salam Paladin;
Onyaw😛

Ocean EchoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang