Kakiku gemetar. Aku jatuh terduduk.
Sebenarnya, aku~
Siapa?
Aku memandangi Hal. Mencoba mencari sesuatu di kedua matanya. Tapi, dia hanya menatapku dengan senyuman. Gila!
Senyumannya benar-benar membuatku muak. Aku tidak tahu apa arti senyumannya kali ini.
Aku menunduk dan bertanya lirih, "Aku ... siapa?"
Kemudian, Hal berjongkok didepanku, dia menjawab, "Kau tahu, Slay Vega? Manusia yang dicintai rukh, Makhluk yang paling diinginkan para Peri, bisa dibilang Putri para peri dan banyak Makhluk lainnya yang ingin memanfaatkan mereka. Kau salah satunya, Mika ...,"--dia terdiam sesaat--"kau bisa menggunakan sihir tanpa batas. Karena mulanya, kita menggunakan sihir melalui mana yang diberikan para rukh dan peri.
"Sampai saat ini hanya lima Slay Vega yang tersisa di dunia."
Aku mendongak, menatap Hal. Seperti biasa. Selalu tersenyum. Senyum yang memiliki berjuta makna.
"Ingatan tadi, bagaimana bisa?" Aku bertanya pada Hal.
"Mungkin, masa-lalumu, entahlah ... aku juga kurang tahu. Yang aku tahu, pasti! Ingatanmu telah disegel oleh seseorang!"
Aku mencoba mengingat, namun, yang kulihat hanya darah.
Banyak sekali darah ditanganku.
Berapa usiaku saat itu?
Dan aku mengikuti punggung seorang anak kecil. Wajah anak itu buram. Anak itu berkata ingin melindungiku. Kemudian, kami terpisah. Aku menjerit memanggilnya, 'Tunggu!"-kataku pada anak itu.
Lalu, muncul orang berkerudung putih. Mereka menyiksaku. Entah, apa yang dilakukan mereka padaku! Mereka bilang, 'Lupakan!'
Dan, hitam. Hanya sampai itu aku bisa mengingat.
Aku terdiam tanpa tahu apa yang mau kukatakan. Sedangkan, Hal hanya tersenyum menunggu reaksiku.
Ditengah kebisuan ini, Zefa bertanya, "Hm, tapi mengapa gadis bodoh sepertinya, dikejar Si Tanpa Nama?"
Dasar, sepertinya aku mulai terbiasa dengan Mulut kasar Wanita tua ini!
"Itulah yang tidak kuketahui!" Hal terkekeh, dia menatap sendu, "itulah alasanku dikirim, untuk mengawasi Mika."
"Mika, Ibumu sudah mati! Yang di rumah sekarang, dia bukan Ibumu! Dia Alkemis!" Hal menatap nanar ke arahku.
Walaupun begitu, aku tetap tidak percaya.
Aku menatap Hal tajam. "Pulangkan aku, Hal!"
Dia menghela napas lelah dan tersenyum mengalah. "Baiklah."
Hal membantuku berdiri. Sedangkan Zefa hanya diam memperhatikan kami. Dia melihat kami dengan tatapan berbeda. Aku tidak mengerti. Namun, aku membiarkannya. Kemudian, Hal berkata, "sebaiknya, kau tidak menahan napasmu Mika." Dia mengedipkan sebelah matanya.
"Toyer." Hal bergumam pelan.
Kemudian, kejadian itu terulang lagi. Kami berada dalam lingkaran air.
Aku menahan napasku. Tapi, Hal memegang tanganku. Aku mengerti maksudnya.
Akupun mencoba bernapas sedikit. Air mulai menerobos masuk ke dalam hidungku. Sensasi aneh memasuki paru-paruku. Tapi, ini sedikit ... menyenangkan.
Ketika aku melihat ke luar lingkaran ini. Kami sudah berada di depan rumahku. Kemudian, lingkaran air ini pecah. Aku terkesiap. Walaupun aku sudah merasakannya tadi. Tapi, tetap saja. Hebat sekali! Ini seperti-
"Portal." Hal tersenyum mengejek. Sial!
Aku lupa Hal bisa membaca pikiranku.
Tiba-tiba suara benda jatuh terdengar. Membuat seluruh atensiku teralih pada rumahku.
Aku berjalan mendekat ke arah rumahku. Tapi, peri berwarna biru muncul satu dan semakin banyak. Mereka mengelilingiku, lagi.
'Tidak boleh tidak boleh tidak boleh tidak boleh tidak boleh tidak boleh tidak boleh tidak boleh tidak boleh tidak boleh tidak boleh tidak boleh tidak boleh tidak boleh tidak boleh'
Suara mereka memenuhi gendang telingaku. Apa yang mereka lakukan?
Apa mereka mencoba menghentikanku menemui Ibu?
Di lain arah, suara aneh terus bermunculan dari rumahku. Persaanku semakin kalut.
"Argh, sial! Hentikan!" Aku berteriak-memohon.
Aku melihat Hal berusaha mendekatiku. Tapi, salah satu peri menghalangi Hal. Peri itu mendesis. Saat Hal mencoba melewati peri itu. Seketika, aku dikelilingi oleh dinding es.
Aku harus cepat!
Lalu, entah darimana asalnya. Lagi-lagi, sebuah kata muncul dipikiranku. Dan tanpa sadar, aku menyerukannya, "fayer!"
Tiba-tiba, api yang besar muncul. Peri-peri itu menjerit ketakutan dan menghilang. Api itu melelehkan dinding es di sekelilingku.
Aku terengah-engah.
Hal melihatku, kemudian berseru, "wow, apimu keren sekali! Darimana kau belajar sihir?"--Hal tersenyum-- "karena, walaupun Slay Vega. Mereka harus belajar tentang sihir juga."
Aku meringis. "Entahlah, akupun tidak tahu."
Hal mengulurkan tangannya yang kusambut dengan ragu-ragu.
Kami berjalan menuju rumahku. Ada perasaan aneh saat aku hendak membuka pintu rumah.
Ketika tanganku menyentuh gagang pintu. Pintu sudah dibuka dari dalam. Lalu, wajah Ibuku muncul dari dalam. Ibuku baik-baik saja. Syukurlah!
"Mika, dari mana saja, Nak?" Ibuku memelukku. Aku balas memeluknya.
Aku tidak bisa menjawab pertanyaannya. Jadi, aku hanya mengelus pundak Ibuku.
Ibuku melepas pelukan kami. Kemudian, dia melihat Hal. "Siapa laki-laki ini, Mika?"
"Oh, selamat malam Tante! Nama saya Hali! Artinya laut! Panggil saja Hal! Salam kenal." Hal tersenyum riang. Dasar!
"Ka-kamu sebaiknya pulang, Nak. Tidak baik malam-malam berkeliaran." Ibuku tersenyum ganjil. Ibu melihatku dan menatapku aneh. Seolah-olah ada yang ingin dikatakannya melalui tatapan itu. Tapi aku tidak mengerti. Apa yang ingin dikatakan Ibuku?
"Baiklah, Tante. Saya permisi." Hal melihatku dan ibuku tersenyum. Kemudian, pergi.
Aku melangkah memasuki rumah. Ada apa ini?
Banyak sekali darah. Aku menatap punggung Ibuku. "I-Ibu ... apa ini?" tanyaku ketakutan.
Ibuku berbalik, matanya memerah menatapku bengis. Tidak! Itu bukan tatapan Ibuku!
Dia merobek lengan bajunya. Dan aku melihat simbol Alkemis. Aku diam di tempat. Ibuku mengatupkan kedua tangannya dan muncul sebilah pedang dari telapak tangannya, lalu Dia mengacungkannya kepadaku.
Aku~
Harus apa?!
:
:
:
:
:
:Sampai jumpa di gema berikutnya.
Salam Alkemis;
Onyaw😰
KAMU SEDANG MEMBACA
Ocean Echo
Fantasy{Fantasy & (Minor) Romance} Namaku Mika. Kelas sepuluh. 15 tahun. Aku benci hujan. Hujan menyayangiku. Mereka berbisik ingin memelukku. Mungkin aku 'penyihir'. Tapi, aku tidak berbohong. Karena aku~ Bisa melihat peri. Cover by:foraneki