Echo XXIV

958 140 2
                                    

Sepanjang perjalanan aku hanya membisu. Hal sama diamnya denganku. Hanya saja senyum tak lepas dari bibirnya.

Bagaimana bisa dia setenang itu?

"Hentikan Hal!" Aku melotot padanya. "Kenapa kau santai sekali? Portalku tidak bisa digunakan. Dan Griffin tidak bersama kita. Dan juga," aku meliriknya "dan juga kau tidak bisa diandalkan."

Hal terkekeh.

Aku membuang muka.

"Mika, kita sedang berada di hutan terlarang. Semua sihir tidak bisa digunakan disini."

Tentu saja aku tahu itu. Dia sudah menjelaskannya tadi. Yang pertama kali di pikirkan Hal adalah hutan ini saat dia membuka portal airnya. Dan sampailah kami sekarang ini; terdampar di hutan antah berantah.

"Mau bagaimana lagi, kan?" Hal tersenyum lagi.

Dan pipiku bersemu lagi.

Sial.

Hutan ini dipenuhi pohon-pohon besar yang merambat. Aku tidak tahu jenis pohon apa saja, tapi pohon-pohon di sini memiliki jenis yang berbeda-beda.

Ada yang berbuah, ada yang tidak. Dan semuannya ... punya aura mencekam.

Seakan menghimpitku perlahan, perlahan, perlahan.

"Mika, sebaiknya kau jangan jauh-jauh dariku." Hal mengatakannya dengan kedipan nakal.

Tapi, aku tidak menolak saat dia menggenggam tanganku.

Ada yang tidak beres di hutan ini!

Sesuatu ... yang tidak ku ketahui. Belum.

Senyum Hal sedikit menenangkanku.

"Jika," gumam Hal. "Jika aku bukan seperti apa yang kau bayangkan. Apa kau akan membenciku, Mika?"

Aku menoleh padanya. Tidak mengerti apa maksudnya.

"Aah, maksudku kalau aku mengkhianatimu, apa kau akan membenciku?"

Aku berhenti. Terpaku.

"Kau bercanda?" tanyaku.

Jantungku berdegup keras. Kali ini bukan karena takut. Tapi senang yang tidak tahu darimana datangnya.

Hal tidak menjawab.

"Aku akan sangat membencimu," kataku dengan pasti.

Lalu dia tertawa keras.

"Wajahmu lucu sekali sewaktu menjawabnya."

Aku mengehembuskan nafas kesal.

"Terserahmu." Aku berjalan cepat meninggalkan Hal yang mesih tertawa di belakang.

Senyum kecil tertarik di bibirku.

Untunglah dia hanya menggodaku

Saat itu aku sangat menyesal dengan semuanya. Dengan kenaifanku.

Andai saja aku tidak sepercaya itu pada Hal.

~~Ocean_Echo~~

Tenggorokanku sakit. Sudah berjam-jam kami berjalan tapi tidak menemukan jalan keluar.

Aku menelan ludahku yang kering.

Hal mencoba meyakinkan ku untuk bersabar.

"Aku haus," gumamku.

"Sebentar lagi, sabarlah," jawab Hal.

Ocean EchoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang