Selama berada di dalam portal, kata-kata Baba-san terngiang jelas di kepalaku.
Lima detik kemudian, akar-akar yang menyelubungiku lenyap. Aku sudah sampai di depan rumah.
Langkah kakiku terdengar pelan. Tapi, aku tidak boleh ragu. Aku harus menanyakan sesuatu pada Ibu.
Aku membuka pintu perlahan. Kulihat keadaan di dalam rumahku.
Bau amis darah langsung menyerang indra penciumanku.
Aku melihat bercak merah bekas tusukan tadi. Membuatku bergeming sesaat.
Lalu, tersadar. Selain darahku. Ada jejak darah lain di rumah ini. Bekas darah yang kutemukan terlebih dahulu sebelum aku ditikam.
Itu ... darah siapa?
Tiba-tiba terdengar suara pecahan dari arah kamar Ibu. Aku melesat cepat ke sana.
Suara pecahan semakin jelas terdengar.
Aku membuka pintu kamar Ibuku. Kemudian, terkejut.
Gadis-berambut-coklat-ikal!
Dia gadis sama yang kujumpai di kamar mandi sekolah.
Dia--
"Sedang apa kau, di sini?" tanya kami bersamaan.
Dia sama terkejutnya denganku.
Aku menatapnya penuh selidik. Begitu juga dengannya.
Tapi, ada yang berbeda darinya. Jika saat itu aku melihatnya mengenakan baju sekolah lengkap dengan atribut-nya. Kali ini dia memakai topi-bundar-runcing-berserabut tipis.
Pakaian-nya juga aneh.
Dia memakai baju yang terbuat dari serat daun. Walaupun begitu, bukan berarti bajunya seperti daun begitu saja. Tidak!
Bajunya sangat indah.
Setelah beberapa detik, saling menatap penuh curiga. Aku melihat makhluk kecil bersayap muncul dari balik badan gadis itu. Apa itu peri?
Tapi, makhluk mungil itu memilik rambut berwarna coklat yang dikucir dua. Makhluk itu melihatku. Aku tidak bisa berkata-kata.
Makhluk kecil itu memiliki paras yang sangat cantik.
Selagi aku memandang takjub makhluk-mungil-cantik itu. Tiba-tiba gadis berambut-coklat-ikal mengeluarkan sebuah tongkat kecil dari sakunya.
Dia tersenyum licik dan melambaikan sedikit tongkatnya, lalu berujar, "nepl."
Mendadak kabut memenuhi setiap sisi ruangan. Aku terbatuk.
Aku mendengar makhluk-kecil-bersayap dan gadis itu tertawa.
Aku berjalan mencoba menghampiri mereka di antara kabut tebal.
Namun, aku terlambat. Mereka seketika menghilang.
Dan, sialnya!
Aku sempat melihat makhluk mungil-bersayap itu mengedipkan sebelah matanya seraya menjulurkan lidahnya kepadaku.
Mereka berdua, siapa? Mengapa mereka disini?
Aku mencoba keluar dari ruangan ini dan kembali menyusuri rumahku. Ternyata, Ibuku memang sudah pergi, ya.
Nihil.
Aku ... tidak menemukan apapun dengan kembali ke rumah ku.
Aku tidak tahu Ibuku pergi kemana.
Aku belum mengetahui bercak darah siapa yang kulihat di rumah tadi.
Aku tidak tahu lagi harus apa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ocean Echo
Fantasy{Fantasy & (Minor) Romance} Namaku Mika. Kelas sepuluh. 15 tahun. Aku benci hujan. Hujan menyayangiku. Mereka berbisik ingin memelukku. Mungkin aku 'penyihir'. Tapi, aku tidak berbohong. Karena aku~ Bisa melihat peri. Cover by:foraneki