Walaupun begitu, aku beruntung kayu itu tidak mengenai kepalaku.
Namun, karena troll itu tidak berhasil memukul kepalaku. Dia terlihat kesal. Pupil matanya melebar. Dia menggeram. Kemudian troll itu kembali mengayunkan kayunya ke arahku. Sekarang, aku sama sekali tidak bisa bergerak.
Pikiranku kosong.
Sebuah kata tiba-tiba muncul dikepalaku. Dan tanpa sadar aku mengucapkannya, "tseshtern."
Dan tiba-tiba saja troll itu meledak dan hancur menjadi serpihan abu.
Tapi, bukan itu masalahnya. Karena, bangunan di belakangku juga ikut hancur.
Aku telah meruntuhkan sekolahku.
Bagaimana kondisi orang-orang yang masih berada di dalam bangunan sekolah?
Kemudian, muncul masalah baru lagi. Troll tadi tidak datang sendiri. Karena, sekarang muncul sekitar dua puluh troll lagi. Jantungku berdetak kencang.
Kakiku sakit. Ditambah dengan kepalaku yang pusing memikirkan hal-hal yang telah terjadi. Kesadaranku menipis. Perlahan mataku tertutup. Tapi, sebelum kesadaranku hilang sepenuhnya aku melihat pria yang keberadaanya hampir kulupakan. Hal mendatangiku dengan senyum dibibirnya.
"Ah, ternyata memang harus aku ya...," perkataanya terhenti sesaat, "selamat datang, Tuan Putri...." Lalu aku tidak mengingat apapun lagi.
~~Ocean_Echo~~
Gelap.
Perih. Kakiku masih sakit.
Badanku seperti di angkat sesuatu.
Aku mengerjapkan mataku. perlahan. Ah, ternyata sudah malam, ya~
Baru aku menyadari bahwa aku berada dalam gendongan Hal. Dia sedang berlari seraya membawaku. Dari sini aku dapat melihat raut wajahnya dengan jelas. Dia ketakutan.
Lalu aku teringat kejadian sebelum aku kehilangan kesadaranku.
Bagaimana sekolahku?
Sesaat kemudian Hal menyadari aku memandangi wajahnya. "Harusnya aku tahu kalau kau menyukai wajah tampanku...." Dia berkata tanpa melihatku dan tersenyum kikuk. "Ternyata wajahku sepopuler itu ya...."
"Kau bodoh," seruku frontal. "Lebih baik kau diam dan merutuk. Daripada kau memasang senyum palsu!"
Kemudian Hal tercekat. Dia melihatku sebentar dan tersenyum tulus, "kau cantik sekali."
Pipiku memerah, aku memalingkan wajahku darinya. Apa-apaan dia?! Dasar lelaki tidak sensitif!
Dengan ragu-ragu aku pun bertanya pada Hal, "da-daripada itu kita berlari dari apa?" Apakah dari para troll? Sambungku dalam hati.
"Bukan. Para troll tadi, tidak seberbahaya itu bagiku." Matanya menatap kosong, walaupun aneh sepertinya aku sudah terbiasa saat dia membaca pikiranku. "Yang mengejar kita saat ini, adalah sesuatu yang berkaitan dengan si Tanpa Nama."
"Si Tanpa Nama?" Mataku menyorotnya dengan keingintahuan.
"Nanti saja bertanyanya, kita harus bergegas!" Setelah berkata seperti itu, kami berhenti sebentar kemudian Hal bergumam, "toyer."
Seketika air menyelubungi kaki kami dan perlahan naik menutupi seluruh tubuh kami. Aku menahan napas. Sekarang kami berada di dalam lingkaran air. Aku melihat Hal. Dia terlihat tenang. Lima detik. Sepuluh detik. Dua puluh detik. Berapa lama kami harus didalam sini?
Saat aku hampir kehabisaan napas. Mendadak air yang melingkupi kami pecah. Aku langsung mengambil napas. Mukaku memerah kehabisan napas. Hal melihatku dan berkata seraya tersenyum, "kita sudah sampai."
Aku melihat disekitar. Entah apa yang terjadi sewaktu kami didalam lingkaran air. Tahu-tahu kami sudah sampai ke tempat yang dipenuhi dengan orang-orang aneh yang berpakaian mirip dengan Hal. Aku memandangi tempat ini. Mungkin tempat ini sama seperti tempat biasa. Jalanan yang normal, rumah-rumah yang berjajar rapi di pinggir jalan. Ada juga bangunan yang tinggi di beberapa lokasi.
Namun yang membedakannya adalah orang-orang ditempat ini tidak memakai baju yang normal. Mereka juga menaiki sapu dan karpet terbang. Ditambah dengan topi runcing diatas kepala mereka. Aku menatap Hal bingung dan bertanya, "di-dimana ini?" Napasku tersengal-sengal, "aku harus pulang."
"Pulang? Maksudmu pulang ke rumah yang selama ini kau tinggali?" Hal menatapku aneh.
"Ini sudah malam!" Mataku menatapnya nyalang, "Ibuku pasti mencariku!"
"Maafkan aku, tapi ...," katanya ragu, "Ibumu sudah mati 14 tahun yang lalu...."
"Kau gila ya? Jadi siapa yang telah menjagaku selama ini? Ibuku belum mati. Dia berada dirumah sekarang!" Aku tidak tahan berbicara dengan pria ini. Dia membuatku marah. Aku pun berkata, "cepat pulangkan aku!"
Tapi Hal diam saja. Dia membawaku ke sebuah rumah berukuran sedang. Dia mengetuk pintu, kemudian muncul seorang wanita seumuran ibuku dari dalam. Wanita itu berpakaian aneh seperti Hal dan memakai kacamata. Dia melihat Hal kemudian berkata, "lihat-lihat! Siapa yang kutemukan! Ada apa kau datang kemari, Hali?" Setelah itu dia melihatku dan berseru, "ara-ara~ siapa wanita pincang ini?" Sial. Ada apa dengan wanita ini? Dia berkata seperti itu padaku sambil tersenyum.
"Namanya Mika. Tapi, lebih baik kau mempersilahkan kami masuk dulu Zefa." Hal menatapnya tersenyum. Sepertinya dia selalu memperlihatkan senyumannya saat berbicara.
"Ara~ silahkan masuk kalian berdua...." dia berkata dan membukakan pintu rumahnya lebih lebar.
Kami memasuki rumahnya. Dan itu membuatku terkejut.
Rumahnya penuh dengan tabung-tabung beraneka ukuran yang terlihat ganjil dan menyeramkan. Aku menyuruh Hal mendekati salah satu tabung besar yang tertutupi air hijau dan melihat isi tabung itu. Di detik itu juga aku benci rumah ini. Karena~
Didalam tabung itu terdapat makhluk aneh menjijikkan yang memiliki empat jantung dan mempunyai mata bernanah mengerikan~
:
:
:
:
:
:Sampai jumpa di gema kelima.
Salam Wizard;
Onyaw😲
KAMU SEDANG MEMBACA
Ocean Echo
Fantasy{Fantasy & (Minor) Romance} Namaku Mika. Kelas sepuluh. 15 tahun. Aku benci hujan. Hujan menyayangiku. Mereka berbisik ingin memelukku. Mungkin aku 'penyihir'. Tapi, aku tidak berbohong. Karena aku~ Bisa melihat peri. Cover by:foraneki