Echo XX

977 172 7
                                    

Hanya butuh satu gerakan saja dan kepalaku akan terpisah dari badanku.

Namun, Kesadaran Karen kembali secepat dia berubah.

Dia berteriak kencang. Suaranya nyaring membuat burung-burung yang bertengger di pohon sekitar kami terbang ketakutan.

Tubuhnya mengecil namun sayapnya tidak kembali.

Kuanggkat dia dan kuletakkan di telapak tanganku.

Dari kedua matanya keluar darah, matanya sudah kembali berwarna merah pekat.

Karen menggigil kesakitan.

"Mika, dia butuh wadah." kata Titania.

"Wadah?" Aku menoleh.

"Iya, sebuah wadah. Para Half-Peri dikutuk! Mereka tidak bisa bertahan lama tanpa sebuah wadah yang menampung mereka." Titania menjelaskan.

"Dimana aku bisa mendapatkan wadahnya? Bahkan aku tidak tahu bagaimana bentuknya!"

"Bodoh! Kau lihat saja Alba! Dia selalu duduk di atas kue itu!" Titania menunjuk Alba yang sedang asyik memakan kue yang setahuku tidak pernah ada habis-habisnya. "Kue itu wadahnya Alba!"

"Kenapa kue?"

"Mana kutahu!" seru Titania.

Titania selalu bisa membuatku kesal. Bahkan dalam keadaan genting seperti ini dia tetap menyebalkan!

"Kalian manusia-manusia rendah! Jangan berisik!" Alba berbicara sambil mengunyah.

"Kumpulkan saja energi mana mu di satu titik." jelas Alba. "Maka, kau akan membuat wadah untuknya!" Alba mendelik kepada Karen.

"Kami memakan mana dari orang yang membebaskan kami!" lanjutnya.

Aku mengangguk.

Karen terlihat sengsara dan sayapnya tidak kunjung muncul.

Aku tidak mengerti caranya, tapi aku akan mencobanya.

Kupejamkan mataku.

konsentrasi!

Semilir angin menerpa wajahku.

Perlahan badanku terasa hangat.

Aku tidak tahu apa yang terjadi tapi aku mulai merasakan banyak energi memasuki tubuhku--banyak sekali.

Semakin banyak mana yang masuk ke tubuhku. Semakin besar rasa sakit yang timbul.

Kupusatkan seluruh energi itu di telapak tanganku--tempat Karen berada.

Terus mengalir, mengalir seperti air.

Aku merasakannya!

Ini tidak sesulit yang kupikirkan.

Mana terus berdatangan sampai aku kewalahan.

Gawat!

Aku tidak tahu cara menghentikannya.

"Mika! Hentikan!"

Sayup-sayup aku mendengar Titania berteriak--menyuruhku menghentikan ini.

Tubuhku seperti hendak meledak.

Namun aku tidak tahu cara menghentikannya.

"Buka matamu, Tuan Putri!" Seekor peri biru kecil berbicara padaku. Suaranya melengking.

Aku tersentak.

Mataku terbuka dan seluruh mana itu berhenti berdatangan.

Tapi rasa sakitnya belum menghilang.

Ocean EchoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang