PART 1

6.4K 380 28
                                    

"Huh.."

Entah untuk yang ke berapa kalinya Joy menghela napas lelah. Ia bingung ingin bekerja apa, bagaimana, dan dimana. 

Oh ayolah, semua orang berkata ia terlalu polos untuk bekerja dan pada akhirnya harus keluar. Pengalaman itulah yang membuatnya pusing dan semakin pusing. Joy terus saja melihat ke bawah, berjalan asal sambil menendang botol-botol kaleng yang ada di depannya.

"Apa yang harus ku lakukan? Aku harus mengumpulkan uang itu demi kuliah. Jika jenjang pelajaranku hanya sampai SMA, kalau cari kerjaan pasti akan susah dan akan dapat uang darimana?" Joy memberengut dengan polosnya dan terus menunduk ke arah jalan yang ditapakinya.

Hingga akhirnya ia menabrak seseorang karena terlalu asik bergumul dengan pikirannya sendiri.

"AW!" Ringis Joy. Namun, rasanya ia malah ingin menangis sekarang. Matanya sudah mulai merah. Ia berusaha bangkit sambil menahan tangisnya dan mendongak ke atas.

Seketika, mata cerah milik Joy bertabrakan dengan sepasang mata abu milik pemuda itu. Dengan kemunculan gigi kelinci saat tersenyum, membuat Joy terperangah.

Pemuda itu sempat kaget melihat Joy ingin menangis.

"Hmm maaf. Apa kau baik-baik saja?" Tanya pemuda itu dengan tatapan minta maaf dan.. tertarik? Oh ayolah.

Namja mana yang berani menolak pesona Joy? Dia cantik dengan caranya sendiri. Ditambah dengan body-nya yang benar-benar ideal menambah nilai plus pada dirinya.

"Ehmm ya. Ak-aku baik-baik saja. Hehe." Jawab Joy kaku.

Lalu setelah beberapa detik hening, Joy memustuskan untuk segera pergi.
"Ehm, kalau begitu aku permisi dulu." Tapi, langkah Joy terhenti karena sebuah cekalan pada lengan kirinya.

"Tunggu!"

"Boleh kita bicara sebentar?" Daniel hanya penasaran dan ingin mengenal Joy sedikit karena yeoja ini benar-benar membuatnya tergoda.

"O-ohh bicara? Boleh." Jawab Joy langsung. Ia juga penasaran dengan namja tampan di depannya ini.

Melihat setelan kemeja panjang putih dengan satu kancing dilepas, bagian tangan digulung hingga siku, dan celana panjang kulit itu meyakini Joy bahwa pria di depannya ini pasti bekerja di suatu perusahaan.

Daniel pun langsung memberi instruksi pada Joy untuk mengikutinya berjalan ke sebuah restoran di dekat sana.

Setelah memilih tempat duduk dan memesan mereka mulai berbincang.

"Agar ke depannya tidak canggung, lebih baik kita mengawalinya dengan perkenalan."

"Halo. Aku Kang Daniel, panggil saja Daniel. Jadi, siapa namamu?" Lanjutnya.

Joy tersenyum polos. "Namaku Park Soyoung. Tapi lebih sering dipanggil Joy."

"Oh. Ehmm, tadi aku sempat melihat mu menunduk dengan mulut yang terus berucap. Kalau boleh tau.. ada apa?" Tanya Daniel dengan kernyitan di dahinya.

Joy mengehela napas. "Sebenarnya aku sedang mencari pekerjaan untuk uang kuliah ku nanti. Karena kenaikan dari SMA kuliah hari liburnya terhitung 8 bulan. Dan aku harus menyiapkan semuanya lebih awal. Tapi, sudah satu bulan berlalu, aku selalu saja ditolak." Bibirnya mengerucut lalu menghela napas sedih setelahnya.

Dalam hati pun Daniel berpikir, siapa yang bisa menolak pesona menggemaskan Joy?

"Permisi Tuan, Nona. Ini pesanan anda. Silahkan dinikmati." Ujar seorang pelayan yang entah sejak kapan berada di antara mereka.

Daniel meminum White-coffee nya. "Kalau boleh tau, apa alasan yang mereka katakan?"

Joy menggigit ayam pesanannya dengan buas karena ia sedang kesal.

"Huh.. mereka bilang aku masih terlalu polos untuk bekerja. Itukan tidak jelas." Joy memberengut dan di mata Daniel itu membuatnya semakin terlihat seperti anak kecil.

Namun, Daniel malah setuju dengan orang yang menolak Joy itu. Joy memang terlihat sangat innocent. Lihatlah, ia bahkan tidak paham dengan maksud lain di dalam perkataan itu.

Tentu saja Daniel tahu, bahwa maksud mereka berkata 'Joy masih terlalu polos' adalah Joy terlihat belum mahir melakukan kegiatan yang ada di restoran itu. Mungkin mereka malah khawatir Joy melakukan kesalahan.

Daniel melihat pemandangan di depannya. Dimana Joy makan dengan serius tanpa memedulikan Daniel yang ilfeel dengan cara makannya atau tidak. Dia sangat polos.

How cute!, batin Daniel mulai berkoar. Ia harus segera mendapatkan Joy. Tapi, bagaimana?

Daniel berpikir sejenak.

Gotcha! Seketika ide itu muncul dalam benaknya.

"Joy." Panggilnya.

"Ada apa?" Joy mulai mengalihkan perhatiannya pada Daniel sambil mengunyah makanannya.

"Hemm.. bagaimana dengan pelayan. Apa kau mau bekerja di rumahku? Menjadi seorang pelayan?" Tanya Daniel hati-hati. Dia cukup tau bahwa wanita kadang suka pilih-pilih. But, mungkin tidak dengan Joy.

Mendengar itu Joy langsung melotot kemudian mengunyah makanannya dengan cepat lalu buru-buru menelan.

"Ya. Iya. Aku mau. Aku mau sekali. Jadi, kapan aku mulai bisa bekerja?" Ucapnya beruntun dan terburu-buru. Ia sudah tak bisa menahan rasa senangnya saat ini.

Mendengar itu Daniel terkekeh pelan, gadis ini sangat lucu dan semakin membuat pemuda Kang itu ingin memilikinya lebih.

"Mungkin besok atau lusa. Karna kau harus membereskan barang-barang dari rumahmu dulu untuk pindah ke rumahku." Jawab Daniel.

Joy lalu memandang polos Daniel.
"Memang menjadi pelayan harus pindah rumah ya?"

Daniel hanya terkekeh dan mengangguk menanggapi kepolosannya.

Joy tersenyum lebar. "Kalau begitu, berikan saja alamatnya. Mungkin aku akan naik bis kesana."

Mendengar kalimat santai itu lantas membuat Daniel melotot.

Tidak. Ia tidak akan membiarkan gadis polos seperti Joy naik bis. Itu berbahaya bukan?

"A-ah. Lebih baik aku sekalian mengantarmu saja."

Joy melirik ke arah setelan pakaian lalu kembali ke matanya. "Bukannya kau bekerja? Itu bajumu-- "

"Tidak kok. Aku hanya sedang berjalan-jalan saja."

"oh begitu. Baiklah. Kajja kita berangkat. Tapi, aku cuci tangan dulu ya." Jawab Joy yang diangguki Daniel.

Setelah membayar, mereka pergi ke kediaman Joy dengan mobil Daniel.

Tbc..

☕☕☕
Hello guys!🙋
This is my first fanfic story!😹
Hope you like it :)
Don't forget to vomments, friend😃

But before it, aku mau ngucapin selamat natal dan tahun baru buat kita semua.😉 Thanks😊

MY GIRL {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang