PART 2

3.3K 291 16
                                    

Wow!

Hanya kata itu yang melintas melewati pikiran Joy ketika melihat rumah besar milik Daniel. Mungkin kamar sewa Joy yang dulu tidak sampai 1/4 nya rumah ini.

Lalu ia menoleh ke arah Daniel.
"Kang Daniel, kenapa rumahmu besar sekali? Memangnya gajimu besar sekali, ya?" Tanya Joy polos sambil melihat sekeliling ruangan.

"Kang Daniel, kenapa rumahmu besar sekali? Memangnya gajimu besar sekali, ya?" Tanya Joy polos sambil melihat sekeliling ruangan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Begitulah Joy. Bertanya dengan santainya tanpa memperhatikan topik yang lebih sopan. Mungkin ini efek dimanja oleh orang tuanya. Dulu.

Daniel hanya terkekeh sambil mengacak rambut Joy gemas.
"Apakah laporan gajiku sangat penting untuk mu?" Tanya nya kalem.

Joy pun ikut tertawa malu dan semakin terlihat seperti anak kecil.
"Hehehe. Tidak sih. OH IYA!" Sepertinya dia teringat akan suatu hal.

"Apa disini ada kolam renang juga?" Tanya Joy lagi, tapi kali ini ditambah wajah berseri-seri. Joy memang hobi berenang. Namun semenjak tinggal sendiri, ia mulai jarang berenang. Mungkin tidak pernah lagi.

Daniel kontan mengangguk. "Ada di belakang sana."

Dengan tangan terkepal di depan dada dan senyum merekah, Joy berseru layaknya anak-anak yang mendapat ice cream. "Waaaahh!! Jika tugas ku sebagai pelayan sudah selesai, Joy boleh berenang kan?" Tanya nya penuh harap dan membuat Daniel mau tak mau menyetujui. "Iya. Boleh."

"Horeee terima kasih Kang-- Tuan Kang." Ucap Joy malu. Sepertinya ia harus mulai belajar menggunakan panggilan itu dari sekarang.

Daniel pun tertawa pelan.

"Kau tidak perlu seperti itu Joy. Santai saja padaku."

Joy menggeleng cepat. "Tidak. Tidak. Menurut beberapa film yang ku tonton dan beberapa artikel yang ku baca di internet, untuk menjadi pelayan idaman yang paling penting adalah kesopanan kepada Tuan/Nyonya nya." Jelasnya sambil mengangkat jari telunjuk serta mata yang melihat ke atas.

"Baiklah jika itu mau mu. Terserah saja."

"Oh iya. Apa kau tinggal sendiri disini?" Daniel menggeleng.

"Lalu dimana anak dan istri mu? Aku tidak melihat mereka." kata Joy sambil melihat sekitar.

Disini sepi. Sepertinya hanya mereka berdua?

"Aku tidak menikah, Joy. Disini, aku tinggal bersama belasan pelayan, 4 satpam, dan 3 tukang kebun. Tapi, mereka baru akan masuk besok." Entah kenapa Daniel belum menyukai topik pernikahan. Tapi karena Joy yang bertanya, mungkin emosinya sedikit teredam.

"Ooh. Jadi, dimana kamar ku?"

Daniel menunjuk sudut ruangan. "Kamarmu disana. Di seberang kamar kecil. Tidak papa kan?"

"Oke. Aku ke kamar ku dulu."

"Silahkan. Tapi, kau tak perlu langsung bekerja. Lebih baik istirahat saja karena sekarang sudah malam." Joy mengangguk paham.

"Dan juga kalau kau lapar, kau bisa langsung memakan dan mengolah apa saja yang ada di kulkas. Bisa juga sambil mengelilingi rumah ini agar terbiasa." Lanjut Daniel yang kembali diangguki Joy dengan mata yang sibuk menelisuri tiap sudut ruangan.

"Tolong jaga rumah dengan baik. Aku ada urusan sebentar."

"Kau ingin pergi kemana?" Tanya Joy langsung.

"Rahasia. Dahh" Jawab Daniel sambil berjalan keluar dengan tangan melambai.

"KUNCI SAJA PINTUNYA! SEPERTINYA AKU AKAN LAMA! AKU PUNYA KUNCI CADANGAN!" Teriak Daniel sebelum benar-benar menghilang di balik pintu.

Mendengar itu Joy mendengus.
"Huh.. terserah dia saja lah."

"Hoamm.. aku ngantuk. Mungkin melihat-lihatnya besok saja." Monolognya lalu menuju pintu utama untuk menguncinya dan mengecek beberapa pintu lainnya.

Yes! Sudah terkunci semuanya.

"Selamat malam." Ucapnya entah pada siapa sebelum terlelap dalam tidur.

DANIEL POV

Sial. Aku tak bisa lagi menahannya. Gadis itu sukses membuatku bergairah. Dengan tubuhnya  yang benar-benar idamanku dan jangan lupakan wajah cantik menggemaskan miliknya.

Damn! Memikirkannya sekarang membuatku semakin tidak tahan. Adikku sudah menggeliat kecil dibawah sana. Akhirnya aku sampai di sebuah club yang sering ku datangi beberapa bulan belakangan.

"Wow Daniel. Bagaimana harimu?" Tanya bartender itu. Dia memang sudah sangat kenal dengan Daniel.

"Seperti biasa. Wine, please." Ucap Daniel pada sang bartender yang bernama Tirta.

Tirta tersenyum, "As you wish, Bro." Ucap Tirta seraya memberikannya pada Daniel.

Tanpa berpikir lama, Daniel langsung meminum segelas wine sambil mengedarkan pandangannya ke sekeliling club. Banyak sekali perempuan yang mengenakan pakaian minim, menunjukkan kebolehan menari mereka di dance floor. Namun, pandangan Daniel teralihkan ketika sebuah lengan halus menyentuh bagian dada bidangnya.

"Halo. Apa kau sendiri?" Tanya wanita yang tak diketahui namanya dengan kerlingan nakal yang dijawab Daniel dengan senyum menggoda.

Ughh. Kebayang ga si.

"Apa kau membutuhkan sesuatu?" Tanya wanita itu lagi sambil mengelus lembut sesuatu yang berada di pangkal paha Daniel yang sudah mengeras.

Tanpa pikir panjang lagi, Daniel langsung menggendong wanita berpakaian minim itu ke kamar VIP ditemani dengan lumatan kasar khas Daniel.

Ia benar-benar harus menuntaskannya sekarang.

Dan semuanya.. terjadi begitu saja.

☕☕☕

Hello guys!🙋
This is my first fanfic story!😹
Hope you like it :)
Don't forget to vomments, friend😃

Btw, maaf banget ya kalo konfliknya belum jelas dan masih membingungkan, aku usahain deh yang terbaik😂😂 Soalnya saya juga masih amatiran hehe😆

Yeorobun, fighting!

MY GIRL {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang