PART 19

1.4K 142 4
                                    

"Loh, Joy? Kau sudah bangun?"

Joy yang mendengar suara Daniel pun mematung, dengan pelan berbalik. Haduh.. bagaimana jika Daniel nantinya bertanya?

"O-Oh.. aku sudah bangun, kok. Kau saja yang kebo." Ucap Joy sambil berlalu, berusaha menyibukkan dirinya agar tidak terlibat percakapan dengan Daniel. Setidaknya untuk saat ini.

Dan Daniel tau itu semua.

Joy.. Joy..

Rasanya Daniel ingin tertawa sekarang juga. Bukankah tadi dia yang lebih awal bangun?

"Aku juga tak tahu. Aku tadi sempat merasa nyaman dalam tidurku, ya.. seperti memeluk guling. Tapi, tak berapa lama guling yang ku peluk itu hilang, makanya aku terbangun."

Joy semakin gelagapan. "Y-ya ampun hahaha.. mungkin saja kau bermimpi, Tuan Kang Daniel."

Daniel mengangguk sambil diam-diam tersenyum saat mendapati pipi Joy memerah- bahkan hingga kuping.

"Oh iya, di mana Ibuku?"

Joy menoleh sekilas, "itu, tadi katanya Ibumu ingin pergi ke acara temannya di suatu tempat."

"Naik apa?" Tanya Daniel.

"Tadinya, aku ingin mengantar, tapi kata Ibu dia bisa pergi sendiri dengan ojek online."

"Ooh.." Daniel pun mengangguk.

"Baiklah, kajja, kita makan. Aku sudah masak sup rumput laut tadi bersama Ibu."

Senyum Daniel pun merekah,

"Ayo."

***

"Kita akan ke mana?"

"Bagaimana kalau ke Universitas pilihanmu dulu. Aku penasaran bentuknya seperti apa jika dilihat secara langsung. Lagipula, aku harus memastikan jika kau aman nantinya di sana." Tentu saja, Daniel berucap dengan tulus.

Meski ia bejat seperti yang kalian tahu, Daniel juga peduli dengan Joy. Sejak pembicaraan dengan ibunya semalam, ia jadi ingin mencoba untuk perlahan membuka hatinya untuk Joy. Ya.. walaupun umur Joy lima tahun dibawahnya.

Untuk sekarang, satu-satunya wanita tulus, menggemaskan, body-goals, cantik, imut, manja, pintar, dan tak memandang materi yang Daniel lihat hanyalah Joy seorang. Azzekkkk

"Memangnya kenapa?" Tanya Joy sembari terkekeh.

Daniel menggaruk tengkuknya yang tak gatal, "ya setidaknya, agar aku tidak berat melepasmu." Bisa dilihat dengan jelas pipi Daniel bagai kepiting rebus akibat apa yang ia ucapkan, serta Joy dengan senyum malu-malu menatap Daniel dari samping.

Kau tahu Daniel, aku juga malah semakin berat berpisah denganmu, jika kau terus bersikap manis..

Joy kembali menatap lurus jalanan di depan sambil berharap jika nantinya hal itu tidak akan berat. Untuk mereka berdua.

***

"Wahhh! Apakah ini tempatnya?"

Daniel kontan mengangguk pelan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Daniel kontan mengangguk pelan. Dirinya juga kagum memandang pemandangan di hadapannya ini.

Tiba-tiba, Daniel merasakan remasan kuat nan basah di tangannya. Ia pun menatap Joy yang juga sedang menatap Daniel dengan cemas.

"Ada apa?" tanyanya.

Joy menggeleng pelan, "Tidak, hanya saja.. eumhh apa kau yakin?"

Daniel tidak mengerti maksud perkataan Joy lantas membeo sambil mengernyitkan dahinya. "Hmm??"

"Aku-aku.. entah mengapa aku malah tidak yakin dengan pilihanku."

Daniel menatap Joy lembut. Dia tahu sekarang apa yang dipikirkan Joy.

 Dia tahu sekarang apa yang dipikirkan Joy

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Apa yang kau pikirkan?"

Joy berusaha menghindari kontak mata Daniel dengan pura-pura melihat sekeliling. Namun nyatanya, gagal.

"Aku.. merasa tidak pantas saja di sini. Aku yatim piatu, tak punya teman, bahkan sepertinya hanya kau yang aku kenal dan juga beberapa orang." Joy benar-benar merasa tak percaya diri sekarang, dan itu membuat Daniel langsung menangkup hampir seluruh permukaan wajah Joy.

"Joy, tatap aku." Perintah Daniel langsung dilaksanakan Joy dengan cepat dan ragu, ia menatap Daniel yang kini juga menatapnya dengan lembut.

"Tidak ada yang namanya tidak pantas, jika kau merasa mampu. Ke mana Joy yang selama ini percaya diri? Ke mana Joy yang baik hati dan polos?"

Joy hanya menatap Daniel, tanpa berniat memotongnya.

"Dengar, ya. Aku, Kang Daniel sebagai majikan tampanmu, tidak mau mendengar kau mengucapkan kalimat itu lagi. Kau pasti bisa!"

"Ingat! Aku adalah orang pertama yang akan menyemangatimu jika kau merasa putus asa, aku adalah orang pertama yang menghiburmu kala kau bosan, dan aku.. adalah orang pertama yang akan menolongmu, ketika kau jatuh." Kata-kata itu, secara spontan keluar dari mulut Daniel.

Sungguh, ini adalah pertama kalinya Joy mendengarkan kata-kata seindah itu. Ia tak mampu lagi menahan tangisnya. Ia sesenggukan.

Mengikuti feeling, Daniel langsung memeluk Joy erat, membuat Joy tenang. Setelah itu, baru ia melepaskan Joy.

Entah siapa yang memulainya, kedua bibir mungil milik mereka tengah beradu saat ini. Tangan Joy bahkan sudah merayap di leher Daniel. Melampiaskan semua rasa yang sudah dan baru tercipta. Tanpa terburu, tanpa tuntutan waktu.

"Terima kasih, Daniel." Ujar Joy pelan bersamaan dengan air matanya yang mengalir begitu saja sambil memandangi mata Daniel yang saat ini sedang tersenyum ke arahnya.

Hingga mereka kembali mengulanginya.

Melupakan status hubungan keduanya. Majikan dan.. pelayan.

---

MAU NANYA GENKS, SHOULD I MAKE A NEW COVER??
saya sangat berharap dengan pendapat kalian.

MY GIRL {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang