NEXT PART BELUM TAU BAKAL PRIVAT OR KAGAK. MASIH LABIL.
TAPI JANGAN LUPA UNTUK TETAP VOTE DAN KOMEN SEBANYAK-BANYAKNYA YAHH!Daniel masih terus memandangi wanita di depannya ini dengan seksama. Perlahan, tangan kanannya mulai merogoh sebuah kotak yang selama ini selalu ia bawa dan menggenggamnya erat. Kemanapun dan kapanpun. Dia bahkan bisa saja frustasi sendiri jikalau dia lupa taruh atau hilang. Karena memang hanya itulah yang bisa ia gunakan untuk mengingat sepercik kenangan manis mereka.
Dan sekarang. Wanita itu benar-benar nyata dihadapannya. Bukan hanya sekedar doanya, yang terkabul lewat mimpi. Tapi saat ini. Di tengah malam.
"Daniel, aku—" belum sempat Joy berbicara, Daniel sudah lebih dulu masuk ke dalam mobilnya kemudian melewati Joy untuk masuk ke garasi. Joy sendiri hanya bisa menghela napas.
Apa yang ia pikirkan tadi siang tidak sesuai dengan apa yang terjadi sekarang. Selama mobil itu bergerak melewatinya, Joy hanya menunduk.
Saat ia hendak berbalik, sebuah kalimat seperti melewati telinganya, "kau tidak ingin masuk?" mendengar itu, Joy langsung menatap Daniel dengan mata yang perlahan membulat sempurna.
"Ne?"
"Kau mau masuk atau tidak? Ini sudah malam. Kalau tidak mau, yasudah-" saat gerbang akan dia tutup, Joy segera berlari sambil membawa tas dan topi hingga masuk. Membuat Daniel diam-diam menyembunyikan senyumnya.
"Wahh.. rumahmu agak lebih kecil dari sebelumnya," ucap Joy kagum. Ingat, ini hanya agak lebih kecil. Apakah kalian ingat bagaimana ukuran rumah Daniel yang dulu? Inikah yang dinamakan kecil?
Daniel hanya diam sembari meletakkan tas kerjanya di sofa sebelahnya duduk. Tadi, dia berniat untuk segera tidur setelah sampai di rumah. Tapi, kedatangan Joy yang tiba-tiba entah kenapa membuat lelahnya berkurang.
Hening.
Tak ada yang meulai percakapan. Daniel yang hendak meninggalkan ruang tamu terpaku sejenak setelah mendengar Joy mulai berbicara.
"Daniel.. maaf.."
Maaf? Untuk apa?
"Aku rasa, kau tidak pernah berbuat salah selama tiga tahun terakhir?" ia sengaja menekankan kalimat itu untuk memancing Joy agar segera berbicara.
"Emmhh.. a-aku.."
"Bicara yang jelas, Joy.." Daniel sungguh gemas.
Joy melihat kedua telapak tangannya yang saling memilin. "Aku, aku melaggar janjiku."
Daniel sedikit bingung. Janji yang mana?
"Kau mungkin akan menganggap ini sepele. Tapi, bagiku ini—"
Daniel menyela, "bisa segera cepat? Aku mau tidur." Tegasnya dingin. Joy semakin takut untuk memberitahu hal ini. Daniel benar-benar berubah. Dia kembali menjadi pria dingin dan to the point.
"Aku melanggar janjiku. Dua tahun lalu, aku.. sempat berkencan dengan—Jihoon." Ujarnya dengan pelan yang masih bisa di dengar jelas oleh Daniel.
Dia mematung. Darahnya berdesir, dan degupan jantungnya menjadi lebih cepat. Joy.. Joyiee nya.. berkencan? Dengan rivalnya? Daniel ingin marah, bahkan ingin menjadikan Joy miliknya sekarang juga. Tapi, dia bukan siapa-siapa. Ia tidak boleh egois seperti dulu.
Yang dilakukan Daniel hanya menatap tajam Joy, dan ingin langsung masuk ke kamarnya, sebelum suara itu kembali menghentikan langkahnya.
"Aku akan menjelaskannya Daniel. Tapi, kurasa besok saja. Sepertinya, suasana hatimu sedang tidak baik. Aku akan kembali lagi besok." Ujarnya, berusaha memasang senyum setulus mungkin. Berusaha menahan air matanya yang mulai berkumpul.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY GIRL {END}
Fanfiction7-2-2018 s/d 28-7-2018📝 Joy, gadis yang benar-benar polos kehilangan segalanya saat ingin ke jenjang perkuliahan. Ia harus bekerja. Dan menjadi pelayan seorang namja tampan menjadi pilihannya. Daniel, lahir dari keluarga berada dan memiliki harta d...