Next? 42 VOTES and 12 COMMENTS!
Kuat?HAPPY READING!
Joy POV
Tak terasa sudah tiga bulan lebih aku bekerja di rumah Daniel. Dan tidak ada yang berubah. Semua tetap sama.
Aku tetap menjadi Joy yang manja, hubungan ku dengan Daniel pun tak banyak berubah. Kita tetap sesama teman dan aku tetap menjadi pelayan di rumahnya.
Setiap bulan aku selalu mengalami peningkatan dalam bekerja. Seperti tidak mudah lelah dan dapat mengerjakan semua tugas dengan baik.
Oh iya, tentang kejadian di mobil malam itu, kami sudah melupakannya. Karena itu tidak penting. Memang awalnya sedikit canggung, tapi dengan cepat kami langsung bisa mencairkan suasana.
Aku juga terkadang menemani Daniel jika ada suatu pertemuan tentang urusan kantor. Tapi anehnya, sejak kejadian di mobil itu, pakaianku selalu dibuat tertutup. Aku sudah menanyakan ini pada Daniel. "Kenapa?" Dia hanya bilang, "Tidak apa-apa."
Aku yang dasarnya tidak mengetahui apapun hanya bisa diam kemudian mengangguk. Cukup simpel.
"Apa sarapanku pagi ini?" Tanya Daniel yang mengagetkanku.
Aku pun berseru sambil reflek memukulnya. "Ya! Kau mengagetkan ku Tuan."
"Hei! Mana aku tahu. Apa kau tadi melamun makanya sampai kaget?"
"Tidak juga sih. Hehehe.."
"Sarapanmu kali ini hanya nasi goreng telur dan segelas kopi susu. Maaf aku hanya membuat ini. Tadi aku telat bangun." Lanjutku sambil menyesal karna telat bangun. Bagaimana bisa seorang pelayan telat bangun?
"Baiklah. Tidak apa-apa, asal kau yang memasak." Jawab Daniel santai seraya duduk di kursi yang telah disiapkan Joy beserta makanannya.
Daniel memasukkan suapan pertamanya.
"Wahh! Ini enak sekali! Kau mengalami peningkatan dalam bekerja." Kata Daniel sambil menunjuk Joy dengan sendoknya kemudian kembali menyuapkan ke dalam mulutnya.Entah kenapa, pujian itu sangat berarti untuk Joy hingga ia menunduk sambil tersenyum malu.
"Appa-eomma. Aku bisa memasak makanan enak!" Ucap Joy dalam hati.
"Euhmm. Oh iya, apa yang membuatmu sampai telat bangun begitu?" Tanya Daniel sambil menatap Joy dengan kernyitan dahi.
Joy menatap Daniel, kemudian menunduk. "Aku keasikan chatting dengan teman ku hingga lupa waktu. Mianhae."
"Oh."
Namun Daniel masih penasaran. Apakah teman Joy itu perempuan.. atau laki-laki? Mencoba tidak terlihat peduli, Daniel pun langsung menanyakannya pada Joy."Temanmu yang mana?" Tanya Daniel penasaran.
Daniel melihat tangan Joy yang saling memilin. "Apakah dia gugup?" Pertanyaan itu tanpa diminta, hinggap begitu saja di hati Daniel.
"Eummhh. Apa kau ingat.. saat aku menemanimu ke pesta rekan-rekan kerja mu tiga bulan yang lalu?"
Daniel mengangguk sambil kembali memasukkan nasi goreng itu ke dalam mulutnya. Ia pun ikut menjawab dalam hati."Pesta? Memang ada apa dengan pertemuan itu?"
"A-aku chatting dengan orang yang bertemu langsung dengan kita saat itu."
Daniel berpikir keras. Siapa yang bertemu dengan mereka berdua saat itu?
Tapi, tunggu.. jangan bilang..
"Pada saat itu kau bilang bahwa aku pacarmu."
Shit! Tanpa sadar rahang Daniel mengeras, pegangan di sendoknya pun menguat secara perlahan.
"Park Jihoon?" Daniel bertanya dengan tatapan tajam yang menghunus manik mata Joy.Bahkan, suara itu terdengar sangat sinis dan dingin di telinga Joy.
"I-iya."
Daniel berpikir, bagaimanapun juga Jihoon merupakan rival nya dalam apapun. Entah itu cinta ataupun bisnis. Ia semakin yakin bahwa Jihoon sangat iri dengan hidup Daniel.
Tapi, Joy bagaimana bisa--
"Sejak kapan?"
"Sekitar seminggu yang lalu, aku pergi ke supermarket dan tak sengaja bertemu dengannya. Dia yang pertama kali mengenalku, kemudian dia meminta nomor ponselku. Lalu aku memberinya. Jadi sejak saat itu dia sering mengirimiku pesan-- "
"Bagaimana bisa?" Potong Daniel cepat. Ia berusaha menahan gejolak amarahnya sekarang.
Kening Joy mengernyit. "Maksud-- "
"Bagaimana bisa kau memberi nomor ponselmu kesembarang orang!" Bentak Daniel tanpa sadar.
Ini adalah kedua kalinya dia membentak Joy dengan nada sarkas. Dengan cepat Joy menunduk dalam diam dengan genangan air di pelupuk matanya yang mengancam untuk keluar.
Entah apa yang membuatnya sampai tersulut emosi seperti ini, tapi rasanya Daniel ingin sekali marah, mengetahui Joy dekat dengan Jihoon. Rivalnya.
Daniel pun tersenyum sinis sambil memandang Joy, kemudian membanting sendok asal hingga membuat Joy mengangkat kepalanya. Nasi goreng yang ia buat sudah berserakan di meja. "Aku selesai."
Sambil berbalik hendak menuju pintu utama, Daniel tertawa remeh.
"Hh.. seharusnya kau sadar diri Park Soyoung. Kastamu sangat berbeda dengan Jihoon maupun denganku. Jadi, jangan berharap satu dari antara kami mau denganmu. Karena kau pelayan dan menjadi temanku-- kau bisa bergaul dengan Jihoon? Hh.."
"Sebaiknya kau segera bangun dari mimpi mu." Lanjut Daniel.
Percaya atau tidak, perkataan Daniel barusan rasanya seperti menikam hati Joy dengan tombak runcing. Jujur, ia memang sering mendapat celaan saat masih sekolah dulu. Tapi, tidak sampai sesakit ini.
Kilatan kemarahan pun muncul tepat di netra Joy. Demi apapun, dia tidak pernah berniat untuk mendekati salah satu dari antara Daniel maupun Jihoon. Bahkan sekedar berharap pun tidak. Bagaimana bisa Daniel berspekulasi seperti itu?
"Ya! Perlu kau tau, Tuan Kang Daniel. Aku tidak pernah sama sekali berharap-- " Perkataan Joy terhenti begitu saja saat Daniel mengangkat telapak tangannya seakan berkata 'stop', kemudian pergi begitu saja meninggalkan Joy dengan segudang kekesalannya.
Joy pun menunduk dalam kemudian menangis dalam diam. Kristal bening itu tak ingin berhenti daritadi.
Joy sekarang ketakutan. Sifat manja Joy memang masih sedikit bersarang pada dirinya. Secepatnya ia harus pergi dari sini dan mencari pekerjaan baru.
☕☕☕
Heiho!
Saya sangat berharap akan VOTE and COMMENT dari kalian, para readers.😊Yeorobun FIGHTING!

KAMU SEDANG MEMBACA
MY GIRL {END}
Fanfiction7-2-2018 s/d 28-7-2018📝 Joy, gadis yang benar-benar polos kehilangan segalanya saat ingin ke jenjang perkuliahan. Ia harus bekerja. Dan menjadi pelayan seorang namja tampan menjadi pilihannya. Daniel, lahir dari keluarga berada dan memiliki harta d...