Ekstra Part

1.7K 113 12
                                    

"Ada apa, Joy? Kenapa kau kembali menangis?" ucap Daniel dengan sabar.

Joy lagi-lagi menggeleng. "Bukan apa-apa. Ini cuma masalah sepele," ucapnya dengan menekankan pada dua kata terakhir.

Daniel sadar betul jika dirinya sedang disindir. "Joy, kan aku sudah bilang kalau kita tidak perlu membahas itu. Itu cuma sebuah kesalahan kecil dalam hubungan."

Daniel memeluk Joy dari belakang. "Sepele yang aku maksud bukan berarti tak peduli. Aku sangat peduli hingga aku terus mengingatnya bahkan hingga kita memiliki dua buah cinta. Itu cuma kesalahan saja, kau tidak boleh mengingat apapun yang nantinya membuatmu sedih, apalagi usia kandungannya sudah lewat 5 bulan," ucap Daniel dengan lembut.

Joy dengan emosinya yang labil memang membuat dirinya harus memiliki kesabaran lebih. Ia tidak mau melakukan kesalahan lagi. Pernah waktu Joy sedang mengandung anak mereka yang pertama, Joy tiba-tiba saja meledak dan minta ini-itu yang tentunya kurang masuk akal.

Lalu kesabaran Daniel habis kemudian dengan tak sengaja membentaknya. Alhasil, Joy yang kaget pun langsung berjalan cepat ke arah kamar mereka, menyisakan Daniel dengan dada yang masih kembang kempis.

Untung saja saat malam harinya, Daniel berhasil membujuk Joy untuk keluar dan meminta maaf. Dari kesalahan itulah, Daniel kembali diajarkan untuk menjadi calon ayah yang penyabar dan pengertian. Seperti sekarang ini.

"Memangnya, kau ingin menyakiti baby kita yang selanjutnya? Pasti dia sedih merasakan ibunya terus menangis.." Jelas Daniel.

Joy mengangkat kepalanya kemudian menatap wajah Daniel yang semakin hari semakin tampan. "Apa benar begitu?" tanyanya, dengan tangan kanannya yang mengelus dada terbuka Daniel. Membuat lelaki itu berusaha terlihat normal.

"I-iya, begitu. Jadi, kau tidak b-boleh menangis terus Joy." Sial! Joy dengan lancangnya menaruh tangan kirinya dipangkal paha Daniel. Membuat Daniel menggigit bibirnya sambil menutup mata.

Tidak! Tidak! Tidak! Jangan pikirkan hal lain Daniel!

Namun, pertanyaan Joy selanjutnya sukses membuat Daniel memelototkan matanya.

"Bagaimana kabarnya? Apa dia sempat merasa sakit?" tanya Joy dengan enteng, sambil mengelus Danik Junior dari luar.

"E-eumm, Joy. L-lebih baik kita keluar dari kamar ya.."

"Kenapa?" tatapan Joy masih terfokus pada pangkal paha Daniel.

"A-aku tidak yakin untuk.. berpikir jernih kedepannya, jadi-"

Joy langsung memotongnya dan menatap Daniel tajam. "Jadi, kau tidak mau melakukannya?! Begitu?"

Daniel menggeleng cepat. Bukan itu yang dia maksud.

"Aku hanya-"

Terlambat. Joy sudah lebih dulu jinjit dan meraih kepala Daniel, ingin menghabisi bibir Daniel. Daniel pun tak tinggal diam. Ia juga meraih pinggang Joy untuk mendapatkan posisi yang lebih dekat. Untungnya, pintu sudah terkunci sesaat setelah mereka memutuskan untuk membicarakan masalah tadi.

"Kau yakin ingin melanjutkannya? Aku tidak mau memaksamu."

Joy tiba-tiba saja mengeluarkan air matanya. Dan mengangguk cepat. Membuat Daniel dilanda kebingungan.

"Ada apa?"

Ditengah isakannya, Joy menjawab. "Tidak apa-apa. Aku hanya bersyukur kita sudah menikah. Aku benar-benar mencintaimu."

Daniel pun tersenyum hingga matanya menyipit dan memutuskan untuk langsung menuntaskan kegiatan mereka. Ia tak yakin ini akan berlangsung hanya sampai malam. Lebih dari itu. Pasti.

MY GIRL {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang