PART 25

1.7K 159 5
                                    

HOLAA!! MAAF KARENA MEMBUAT KALIAN MENUNGGU LAMA! 
DON'T FORGET TO VOTE + COMMENT !!

BTW DAH PADA PINGSAN BELOM NGELIAT MINHYUN PAMERIN ABS NYA? TINGGAL PLAY MULMED YEEE!!
OIYA SAMA 2 LAGI NIEHH DENGAN TAJUK YG SAMA:
https://www.youtube.com/watch?v=vCpRalPMvL4   (NUNJUKIN LANGSUNG!!)
https://www.youtube.com/watch?v=s9shFz7fgcM   (saat Perform Boomerang)

OKE SEGITU AJA, HAPPY READING!

***

Malam ini, untuk pertama kalinya setelah sekian lama, Daniel dan Joy kembali makan bersama. Tentu saja membuat mereka déjà vu.

Joy jadi ingat. Dulu, saat sudah sekitar seminggu dia bekerja di rumah itu, Daniel sempat mengajaknya makan bersama. Mereka hanya berbasa-basi, tentu saja dengan kepolosan Joy yang susah ditebak.

"Siapa yang memasak ini?" tanya Daniel sambil terus menatap ponselnya yang menampilkan grafik-grafik yang tak dimengerti Joy sama sekali, meski dia sudah mencoba melihat dan memahaminya.

"Aku sama Bibi Jiyo. Aku hanya memotong sayur, Bibi Jiyo yang lainnya. Yeayy!!" serunya tanpa ada rasa malu sedikitpun.

Mendengar itu membuat Daniel mengangkat kepalanya. "Siapa yang tidak menyiapkan peralatan?"
"Aku!"

"Siapa yang tidak ikut mencuci bahan makanan?"
"Aku!"

"Siapa yang tidak mencuci piring?"
"Aku!"

"Siapa yang tidak memotong daging?"
"Bibi Jiyo!"

Alis Daniel terangkat sebelah, seiring dengan kunyahannya yang sudah masuk ke dalam perut. "Bibi Jiyo?"

Joy mangangguk berkali-kali. "He'em. Aku yang memotong daging. Bagus, kan?"

Daniel hanya diam, menatap wajah Joy yang sedang mengunyah makanan dengan rakus.

"Tadi ayam filletnya agak licin, jadi aku salah potong. Sehingga sedikit menggores jari telunjukku. Tapi, aku kuat. Jadi, tidak sakit." Perkataan Joy malah membuat Daniel melotot. "Mana?" tanyanya sambil melihat jari telunjuk Joy.

Joy mangambil tangan kirinya yang sedari tadi ia taruh di bawah meja.

"Ini." Katanya sambil memberi tangannya ke arah Daniel- yang langsung digenggam oleh tangan besar majikannya itu. Seketika rahangnya mengeras.

"Kenapa tidak dicuci? Kenapa tidak plester?!"

Matanya Joy tertarik ke atas. "Mm.. kata Shina, aku hanya perlu menunggu hingga darahnya berhenti. Cukup dilap dengan tissue katanya langsung sembuh."

Dan ajaibnya, Joy mendengar kabar bahwa Shina sudah dipecat dan Bibi Jiyo terancam akan terpecat juga. Tapi anehnya, perlakuan pelayan pun menjadi berubah. Mereka memperlakukan Joy seakan Joy memiliki status berbeda dengan mereka.

Dan sekarang, mereka kembali makan malam bersama. Seakan masih ingat dengan kejadian itu, posisi duduk mereka sama sekali tidak perubahan. Bedanya, mungkin situasilah yang kurang mendukung.

Satu kata yang paling dibenci Joy saat ini.

Awkward.

Tadi siang, setelah berpikir ulang, Joy memutuskan untuk pergi kuliah. Dia juga tidak tahu apa yang akan dia kerjakan jika dirinya tetap stay di rumah ini.

Ia baru selesai kuliah sekitar jam sembilan malam -karena membahas project film pendek yang akan ia buat dengan kelompoknya sebagai tugas semester- dan perjalanan pulang ke rumah Daniel memakan waktu kurang lebih dua jam karena padatnya jalan.

Untuk pakaian Joy memakai kemeja kebesaran milik Daniel, yang tentunya harus dikembalikan.

Pukul 22.55 KST kira-kira dia sampai. Kakinya berjalan mengendap layaknya tikus kecil yang ingin mengambil sepotong keju di dekat kucing—yang tentunya pasti gagal. Daniel ternyata menunggunya di ruang tamu dengan dalih masih belum ingin tidur.

Awalnya mereka hanya diam, hingga keduanya membuka suara secara bersamaan.

"Joy."

"Daniel."

Joy reflek menatap Daniel, menunggu Daniel berbicara. Tapi, karena tak ada sahutan dari seberang, Joy pun melanjutkan ucapannya. "Aku ke sini ingin mengembalikan ini," katanya sambil menunjuk kemeja yang ia pakai, "dan mengambil bajuku." Jelasnya.

Bukannya menjawab, Daniel malah menatap dirinya lekat. "Have you eaten some foods?" tanya Daniel pelan. Entah pendengaran Joy yang memang sangat baik atau pikirannya yang melantur, Joy merasa suara itu cukup dalam dan.. menggoda?

Joy tidak sebodoh itu hanya untuk mengerti apa yang Daniel tanyakan. "No. I just drink some drinks."

Tanpa banyak kata, Daniel pun menutup laptopnya, lalu beranjak ke ruang makan, membuat Joy bingung.

"Apa dia sedang berisyarat agar aku mengikutinya?" gumam Joy seakan bertanya pada dirinya sendiri sambil berjalan mengikuti Daniel dengan langkah pelan.

"Makan."

Lagi, Joy melongo. Di depannya sudah tersaji dua piring berisi nasi dan kawan-kawannya.

"Untukku?" tanyanya meski dia sudah tau jawaban dari pertanyaan bodoh itu.

"Hm"

Joy pun dengan canggung mulai menarik kursi kemudian perlahan duduk. "Selamat makan."

Itulah secara singkatnya kilasan kejadian yang menghantarkannya hingga duduk tepat di depan Daniel. Terkadang, Joy pura-pura mengangkat kepalanya dengan beralasan meregangkan leher agar bisa memperhatikan wajah Daniel.

Setelah cukup puas, dia kembali menundukkan kepalanya dengan senyum tertahan.

Wajah seriusnya masih sama.

Cara makannya tak berubah.

Cara mengunyahnya juga tenang.

Dia tak banyak berubah. Mungkin hanya sikap dinginnya saja.

"Kenapa?"

Saking kagetnya, Joy hampir saja memuntahkan nasi yang sedang ia kunyah. Dengan gerakan kilat, ia langsung menyambar air milik Daniel dan mengurasnya hingga habis.

Sambil menepuk-nepuk dadanya dengan mata yang menyipit, dia menatap Daniel. "Tidak, tidak apa-apa."

"Aku melihatmu memperhatikanku. Ada yang salah?"

Joy menggeleng cepat.

"Lalu?"

"Agak canggung sih mengatakannya, tapi—aku hanya ingin menatapmu saja. Dan aku menyadari kalau.. ternyata kau tak banyak berubah. Tatapanmu, wajahmu, cara makan, dan berjalanmu pun aku masih ingat persis." Setelah mengatakan itu, senyuman lebar Joy perlahan mengendur.

Tunggu, apa yang barusan dia katakan? Dia berkata seakan tak ada yang terjadi di antara mereka. Lagi pula itu juga, masa lalu. Sadar Joy! Sadar!

"DANIEL!! TUNGGU! TUNGGU! AKU BISA JELASKAN!" ucap Joy langsung saat Daniel tiba-tiba beranjak dari kursinya dan berniat untuk menuju kamar atas.

Hhh.. apa yang harus ku lakukan?

-

Bahkan saat Joy terbangun di sofa pagi harinya, pekerja harian di rumah Daniel berkata jika CEO itu sudah berangkat subuh tadi.. dan tak berpesan apapun untuk dirinya. Apa Daniel kembali menghindarinya? Lagi pula, apa yang membuat Daniel terlihat begitu enggan karena adanya dia? Apa Daniel memiliki luka terpendam?

Jika memang benar, bukankah harusnya Joy yang merasakan itu? Joy tidak buta akan berita.

Sore itu, Joy merasa bosan di kelas dan memutuskan untuk membaca artikel-artikel harian. Kemudian, tajuk sebuah berita membuatnya membelalak, dan berusaha untuk menerangkan penglihatannya. Meyakinkan kalau dia tidak salah lihat.

Disitu, terdapat foto Daniel dan seseorang. Di sana terlihat dengan jelas Daniel merangkul pinggang seorang gadis dengan gaun yang cukup terbuka, dengan tajuk, 

'RUMOR : CEO KANG DANIEL MULAI BERKENCAN?'

MY GIRL {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang