Love? Bullshit! { Mingyu Concentrate }

1.2K 174 8
                                    

•••

Author POV

"Ming, ngerjain kerkomnya rumah lo aja lah." kata cowok bernama Jungkook itu.

"Iya Ming, masa rumah gue mulu?" kata Eunwoo, cowok terpinter sekampus.

"Gue gak punya rumah." sahut Mingyu.

"Lah tiap hari lo tinggal dimana? Mentang-mentang bokap lo yang punya nih kampus jadinya lo bilang rumah lo istana gitu?" sahut Dokyeom bercanda.

"Tiap hari gue pulangnya ke neraka."

•••

Author POV

Pradipta Mingyu Rahardi.

Meskipun anak broken home dia masih termasuk kegolongan anak baik.

Ya meskipun beberapa kali pernah mencoba untuk menggunakan narkoba guna menghilangkan stressnya, untungnya ia tak benar-benar kecanduan.

Entahlah ia merasa mati saat orangtuanya benar-benar berpisah. Ia berpikir takdirnya memang benar-benar menjadi orang tak berguna.

Tapi akhirnya ia sadar..

Takdir tak mungkin sekejam itu mempermainkan hatinya, entah kenapa Mingyu percaya pada takdir kala itu.

Beruntung 'pergaulan bebas' nya itu berhenti setelah ia masuk kuliah.

Mingyu bukannya tak memiliki cita-cita, ia bahkan sangat ingin mejadi dokter.

Sedikit memiliki keinginan juga untuk menunjukkan keberhasilannya nanti pada orangtuanya yang sama-sama brengsek dan tak tahu aturan itu.

Saat masuk kejenjang perkuliahan, Mingyu memiliki banyak teman. Tapi tak ada yang benar-benar mengerti dirinya.

Bahkan hanya segelintir orang yang tahu kalau Mingyu itu sebenarnya sangat baik.

Kebanyakan orang memang mengira kalau anak yang broken home itu pasti memiliki masa lalu suram juga masa depan kelam.

Orangtuanya memang tak pernah memperdulikannya lagi.

Tapi siapa juga yang perduli tentang kasih sayang jika hatimu sudah rapuh?

Jawabannya tak ada.

Mingyu tak pernah membutuhkan kasih sayang, mungkin iya beberapa tahun lalu saat ia masih anak-anak.

Tapi kini beranjak dewasa Mingyu tak memperdulikan lagi apa yang disebut dengan cinta.

Tapi tak tahu entah sampai kapan bukan?

•••

Mingyu POV

"Selamat siang Den, mau Bibi bikinin minuman?"

Gue nepis kasar tangan Bibi yang udah kerja lama sama 'keluarga' gue ini.

"Maaf Bi, tapi saya mau istirahat." jawab gue sambil naik tangga yang ngarah kekamar gue.

"Nyonya bilang beliau tak bisa pulang selama seminggu kedepan. Uang jajan akan ditransfer oleh Nyonya."

"Bilangin aja sama dia, gak usah pulang sekalian!"

Shit! Kemana lagi perginya wanita gila uang itu?

Berkencan dengan laki-laki lain?

Ngobrol dicafe berjam-jam?

Gak perduli lagi gue.

Kalian boleh bilang gue anak durhaka.

Ya emang karena kenyataannya kayak gitu. Tapi siapa yang betah hidup kalo lo jadi gue?

Rasanya tiap liat gedung bertingkat pengen loncat aja dari sana.

Pergi. Menghilang dari segala kekacauan yang ada dihidup gue.

Iya, kalo bisa.

Sayangnya gue masih punya rencana buat hidup gue.

Kalo misalnya sekarang orangtua gue yang sialan itu bisa seneng-seneng kenapa gue enggak?

Awalnya gue emang pernah mikirin satu hal..

"Kenapa gue gak jadi nakal aja sekalian?"

"Kenapa gue harus munafik nunjukkin keorang lain kalo gue baik-baik aja?"

"Kenapa gue gak ngelanggar semua aturan aja biar orangtua gue ngerasa kena karma?"

Awalnya juga gue sempet ngelakuin hal-hal macem itu.

Nyebat, make obat, nge-bar sampe yang paling parah gue pernah ikut balapan liar.

Tapi, gue tahu ini semua salah.

Orangtua gue terlalu kotor buat dikasih 'imbalan' dengan cara kayak gini.

Saat itu gue ngerti kalo perbuatan kotor itu gak boleh dibales dengan cara kotor.

Bahkan sampe sekarang aja gue gak pernah lagi dapet apa yang namanya elusan kepala, ucapan selamat tidur.

Emang mungkin kedengeran klise bagi kalian. Iya bagi kalian yang orangtuanya masih utuh.

Tapi buat gue?

Ok, sisi lain.

"Masa anak kuliah masih mau dininaboboin sih?"

"Masa anak kuliah masih pengen dicium-cium sih? Mana cowok lagi,"

Lo pikir aja sendiri.

Saat temen-temen sebaya lo semuanya dateng pas ngambil raport sekolah, lo ngambil sendiri pake alasan kalo orangtua lo sibuk keguru lo.

Mungkin bagi kalian yang punya orangtua lengkap hal itu sepele.

Tapi buat gue yang gak pernah ngerasain lebih kasih sayang orangtua, itu sesuatu yang istimewa.

Anugrah kalo gue bilang.

Tapi 3 tahun gue di SMA, gak pernah sekalipun Mama ataupun Papa gue ngambil raport gue.

Gue gak percaya cinta lagi makanya sampe sekarang.

Karena hal itu kayak cuma omong kosong doang kan buat hidup gue?

•••

Sorry ya tiba-tiba mellow gini :(

Vomment guys..

Kakak Tingkat • GyuPink ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang