Seorang siswi mengelap dahinya yang berkeringat. Baju seragamnya berantakan dan rambutnya mulai lepek. Ia menatap ke depan ketika suara benda jatuh terdengar. Melihat seseorang di hadapannya terjatuh membuatnya tertawa dan rasa lelahnya sedikit menghilang.
"Kok bisa gitu, hahahahah," tawa siswi itu.
"Lo mah gitu, cowoknya jatuh bukan malah dibantuin malah diketawain," ujar orang itu. Siswi itu tersenyum dan menghampiri seseorang yang mengaku kekasihnya itu.
"Iya-iya, sini gue bantuin," ujar siswi itu mengulurkan tangannya. Orang itu tersenyum dan menyambut uluran tangan kekasihnya. Setelah menjabat tangan kekasihnya, senyumnya berubah jail. Ia menarik tangan itu kuat hingga sang kekasih ikut jatuh. Ia bangkit lalu berlari sambil tertawa.
"Alfaaaaa!!!!" Teriak Eshale geram.
"Hahaha peace, honey," balas Alfa sambil berlari. Eshale melihat Alfa yang berlari menjauh geregetan. Kalau Alfa sudah bersama Eshale, jailnya memang udah nggak ketulungan. Kadang Eshale berpikir bagaimana bisa ia sayang dan jatuh cinta bahkan pacaran dengan pria itu jika dirinya hanya dijadikan objek kejailannya saja.
Eshale melihat sekitar dan menghentakkan kakinya sebal. Ia dan Alfa sedang dihukum karena telat, sebab saat di jalan tadi sepeda motor Alfa bannya tiba-tiba bocor. Tapi sekarang, Alfa malah meninggalkan dirinya sendirian bersama hukumannya. Yah, walaupun sepertinya tugas Alfa sudah selesai dan hanya tinggal tugasnya saja. Alfa juga membawa peralatannya saat berlari tadi, mungkin ia ingin sekalian mengembalikan. Tapikan sama saja, tidak seharusnya ia meninggalkan Eshale yang notabenya berstatus pacar.
"Jiah, mbak. Ngapain lo malah duduk dilantai gitu? Bukannya ngepel, nanggung tuh tinggal dikit." Eshale menatap Rene, sahabatnya, sambil merengek.
"Reneeeee, Alfa jahat masa. Udah bikin gue jatuh, malah ditinggalin," adunya sambil merengek.
"Pfft, hahahaha sumpah ya itu anak. Lagian lo berdua itu aneh tau nggak? Gue baru nemu gaya pacaran usil kayak lo berdua gitu, yang ada itu ya cocoknya kalian jadi kucing sama tikus," balas Rene heran.
"Lo jangan ketawa mulu, dong. Bantuin kek gue berdiri ini," gerutu Eshale kesal.
"Iya-iya sini gue bantuin deh," ujar Rene menahan tawa. Baru saja Eshale hendak menjabat tangan Rene, Rene menarik tangannya kembali. "Lo nggak bakal bikin gue jatuh juga, kan?" Pasti Rene.
"Yaelah, gue udah nggak mood bercanda kali," balas Eshale. Sambil tersenyum geli, Rene kembali mengulurkan tangannya pada Eshale. Setelah Eshale berdiri, Rene pamit pergi ke kelas duluan. Sementara Eshale melanjutkan hukumannya secepat yang ia bisa lalu mengembalikan peralatan tadi dan kembali ke kelas.
Saat ketika ia hendak masuk, guru yang mengajar di kelasnya keluar dan berhadapan dengan dirinya. Eshale sempat kelabakan sebelum akhirnya memilih tersenyum sambil menyapa si guru.
"Eh, ibu," ujar Eshale kikuk. Si guru hanya menggelengkan kepalanya dan mengisyaratkan Eshale untuk masuk. Eshale menghembuskan nafas lega dan masuk ke dalam kelas.
Baru saja Eshale menghempaskan tubuhnya ke kursi, bel istirahat berbunyi. Eshale menelungkupkan kepalanya lelah. "Nggak mau jajan, nih? Emang lo nggak laper habis ngepel?" Tawar Rene.
"Lapeeerr, tapi badan gue capek banget," keluh Eshale.
"Yaelah, kayak nggak pernah ngepel aja lo di rumah," ejek Rene.
"Yeee, rumah gue nggak segede sekolah ini kali," balas Eshale kesal.
"Pfft, iya juga ya." Eshale memutar bola matanya bosan dan menarik Rene untuk pergi ke kantin. Mereka berjalan berdua sambil Eshale yang terus-terusan mengeluh kelelahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
BAPER [END]
Teen FictionKetika hubungan menghadapi sebuah ujian dimana hati ingin beralih.. Ketika kebiasaan menimbulkan perasaan.. Dan ketika kesibukan dijadikan alasan... Saat itulah kita tahu, seberapa kuat cinta kita.. Cakra yang sudah memilik Salsa, dan Eshale yang su...