"Adek, dek!" Eshale keluar dari kamarnya dengan wajah bertanya.
"Tumben manggil segala. Biasanya langsung nyerobot masuk ke kamar," sindir Eshale. Ethan menggaruk belakang kepalanya sambil cengengesan. "Ada maunya, ya?" Lanjut Eshale. Ethan tersenyum mengacak rambut Eshale pelan lalu mengangguk.
"Kenapa?" Tanya Eshale.
"Anterin gue ke kampus dong, dek. Badan gue lagi nggak enak," ujar Ethan.
"Yah, kak, gue baru mau jalan. Bareng aja kali gimana?" Tawar Eshale. Sebenarnya, ia juga sedang malas keluar dengan Cakra. Mood-nya semenjak putus dari Alfa belum membaik sama sekali. Hanya saja, ia tidak enak dengan Cakra. Mereka baru jadian, masa Eshale sudah susah diajak bertemu.
"Nggak, ah, dek. Gue maunya sama lo aja. Yuk, lo minta janjian dimana kek gitu sama Cakra," pinta Ethan.
Tin tin
Eshale menghela nafas berat.
"Kalau lo sakit, gak usah masuk dulu lah, kak," ujar Eshale ngeles.
"Gue ada konsul sama dosen tentang PKL gue," balas Ethan. "Yaudah, kalau lo mau jalan, jalan aja sana. Ntar gue berangkat sendiri aja," lanjut Ethan melihat Eshale yang tidak kunjung membalas ucapannya. Eshale langsung gelagapan melihat tingkah kakaknya yang mulai ngambek.
"Jangan dong, kak. Lo katanya gak enak badan. Dianter sopir papa aja. Gue yang nelfonin. Atau bareng gue aja, ayok! Kak Cakra gak bakal keberatan, kok," ujar Eshale.
"Nggak usah. Gue belum terlalu deket sama Cakra. Gak enak, ah. Udah kalau lo mau jalan nggak papa. Serius, deh," balas Ethan meyakinkan.
Tin tin
"Tuh, udah sana!" Eshale merengut lalu menyalami Ethan. Sampai di anak tangga terakhir, Eshale kembali menoleh ke arah Ethan yang masih memperhatikannya. Ethan melambaikan tangan dan Eshale membalasnya.
Eshale segera keluar rumah, lalu tersenyum tipis membalas sambutan Cakra padanya. "Thanks," balas Eshale saat Cakra membukakan pintu mobil untuknya.
Mereka pergi ke suatu mall, sama seperti yang telah direncanakan. Mereka melihat bioskop dahulu. Kali ini, Cakra yang memilih film dan Eshale menurut saja. Mereka melihat film action, kesukaan Cakra dan juga Salsa.
Selama film diputar, selama itu pula Eshale hanya merenung. Ingat jika mood-nya belum kembali? Ia terus-terusan memikirkan Alfa. Ia merasa bersalah dan juga dirinya merasa ada sesuatu yang kurang, bahkan seperti ada yang hilang.
Film berakhir dan Cakra terlihat sangat menyukai alur cerita si film. Terbukti, ketika film usai, ia tidak henti-hentinya untuk memuji sang aktor dan membicarakan kembali adegan-adegan yang menganggumkan pada film. Eshale hanya menyauti dengan iya, hn, atau sesekali tertawa garing.
Cakra mengajak Eshale ke salah satu tempat makan cepat saji. Ia memesan dua buah burger beserta minum dan kentang gireng ukuran besar. Namun, sepertinya ia juga menyadari sikap Eshale yang berbeda hari ini.
"Shal, kamu nggak papa?" Eshale diam tidak menjawab. Ia masih sibuk dengan pikirannya sendiri.
"Shal," panggil Cakra lagi sedikit menggoyangkan lengan Eshale. Eshale terkesiap ia sedikit oleng lalu menoleh ke arah Cakra bertanya.
"Iya, kenapa, kak?" Cakra menghela nafasnya panjang.
"Kamu mikirin apa?" Tanya Cakra.
"Enggak. Aku lagi nggak mikirin apa-apa, kok," jawab Eshale berbohong. Tidak mungkin dirinya akan berbicara terus terang jika dia tengah memikirkan Alfa bukan?
KAMU SEDANG MEMBACA
BAPER [END]
Teen FictionKetika hubungan menghadapi sebuah ujian dimana hati ingin beralih.. Ketika kebiasaan menimbulkan perasaan.. Dan ketika kesibukan dijadikan alasan... Saat itulah kita tahu, seberapa kuat cinta kita.. Cakra yang sudah memilik Salsa, dan Eshale yang su...