- 8 -

111 38 27
                                    

Eshale dengan sekian tenaga berlari menuju kantin terlebih dahulu. Perut ya sudah tidak bisa diajak kompromi, apalagi tadi pagi ia tidak sempat sarapan karena bantuan kesiangan setelah semalam ia-

"Aw!" Eshale terjungkal ke belakang.

"Astaga, Shal! Lo nggak papa? Kenapa musti lari-lari, sih?" Eshale meringis sambil menerima uluran tangan Alfa.

"Shal, lo nggak papa?" Tanya Rene. Ia dan Beta yang tadinya santai-santai saja segera berlari ketika Eshale jatuh.

"Pantat gue sakit," keluh Eshale memegangi pantatnya.

"Lagian lo sih pakai lari-lari segala," ujar Rene.

"Ya kan gue laper. Lo kenapa nggak nangkep gue sih Al pas jatuh tadi, kan kesannya gue nggak malu-malu banget, masih ada romantis-romantisnya dikit gitu," ujar Eshale.

"Kayak di tv-tv, dong. Waktu itu lo gue ajak kayak di tv-tv gak mau. Sekarang minta kayak di tv-tv," balas Alfa.

"Aduh, terlalu banya tv yang lo ucapin," celetuk Beta. Alfa melirik Beta sekilas sebelum menonyor kepala Beta. "Ish, kasar lo ama cewek," lanjut Beta.

"Hei, ngapain pada ngumpul disini?" Rene melambaikan tangannya pada David yang baru saja bergabung dengan mereka.

"Kita-"

Kruuuuk

"Aduh, kantin," ujar Eshale tiba-tiba dan kembali berlari.

"Cewek lo kenapa?" Tanya David.

"Ikutin aja," jawab Alfa terkekeh. David tersenyum dan Beta memutar bola matanya.

"Jadi obat nyamuk lagi deh gue," celetuknya lalu menyusul Eshale.

"Makannya cari cowok," balas Alfa setengah teriak.

"Masih kecil, belum waktunya. Kalian aja yang tua sebelum waktunya," balas Beta ikutan teriak.

"Yeeee, si Beta enak aja kalau ngomong. Jiwa tante-tante dong gue," ujar Rene mengikuti Beta.

"Untung sepupu lo cewek." Alfa terkekeh lalu menepuk bahu David untuk ikut dengan ketiga gadis tadi.

Sampai di kantin, meja ketiga gadis itu sudah penuh dengan makanan. Eshale yang sedang asik makan dan Beta dengan Rene yang sedang mengobrol sambil makan juga. Alfa mengajak David untuk memesan makanan dulu sebelumnya dengan ketiga gadis itu. Makanan sudah siap dan mereka sudah mulai mau makan. Tapi Alfa hampir saja menyemburkan suapan pertamanya ketika mengetahui semua makanan di meja mereka, kecuali empat piring yang tentu saja milik Rene, Beta, David, dan dirinya, yang berarti ada empat piring lain adalah pesanan Eshale.

"Hey! Makanan lo, lo yakin abis? Porsi lo nggak segini, Shal," ujar Alfa.

"Habisss, gue laper kok," balas Eshale santai dan masih terus makan.

"Iya, ta-" piring pertamanya habis dan Eshale pindah ke piring kedua yang berisi bakso. Alfa memilih diam sambil makan dan mengamati Eshale yang terus makan tanpa peduli sekitarnya.

Piring kedua habis, piring ketiga, batagor, akhirnya juga disantap. Kali ini semua mata fokus pada Eshale. Makanan mereka sendiri semua sudah habis dan tidak ada yang ingin dibicarakan. Baru setengah porsi batagor itu dimakan, Eshale sudah mulai menunjukkan wajah kekenyangan. Ia mengambil minumnya, padahal masih ada satu piring sosis-sosisan yang belum ia makan. "Kenapa? Kenyang?" Eshale mengangguk. Ia menjauhkan piring batagornya dan melirik penuh minat sosis-sosisan itu.

Eshale akhirnya mengambil piring itu dan mulai memakannya. Dalam hatinya sendiri, Eshale berusaha meyakinkan kalau ini cuman sedikit dan benar tak lama sosis-sosis tadi habis. Dan kali ini Eshale sudah tidak kuat lagi. Kepalanya ia taruh di atas meja sambil kedua tangannya memegangi perut yang kekenyangan.

BAPER [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang