- 29 - End

38 3 0
                                    

Alfa turun dari kamarnya sambil tersenyum sumringah. Rumahnya sudah sepi, seluruh keluarganya sudah berangkat terlebih dahulu ke rumah Salsa.

Ia mengambil kunci mobilnya lalu berangkat. Ia berhenti sebentar ketika berada di depan rumah Eshale. Iya, ia berencana untuk mengajak Eshale untuk ikut ke acara keluarganya.

Tin tin tin

Alfa dapat melihat Eshale yang mengintip dari balkon kamarnya. Eshale terlihat sangat cantik. Ia mengenakan dress berwarna peach tanpa lengan dengan panjang selutut. Alfa tidak tahu rambut Eshale itu dimodel seperti apa, yang pasti Eshale terlihat berbeda.

Tanpa Alfa sadari, karena saking terpukaunya memperhatikan tampilan Eshale, ia terus membunyikan klakson hingga membuat orang di sekitanya merasa terganggu.

Tok tok tok

Alfa terkesiap, ia langsung menutup kedua telinganya mendengar kerasnya bunyi klason. Klakson mobilnyapun otomatis berhenti berbunyi.

"Mas Alfa, sabar sedikit dong, Mas. Non Eshalenya pasti keluar, kok," cecar Satpam rumah Eshale ketika Alfa membuka kaca mobilnya.

"Iya, Pak. Maaf. Nggak sadar saya," ujar Alfa sambil meringis.

Eshale keluar, beda dengan tadi yang tersenyum. Kini ia cemberut. "Kenapa?" Tanya Alfa.

"Berisik tau. Gue sampai jatuh tadi, lo kayak buru-buru banget," gerutu Eshale. Lagi Alfa meringis sambil menggaruk belakang kepalanya.

"Gue nggak sengaja, Shal. Gue nggak sadar kalau mencet klakson selama itu. Abisnya lo cantik banget," ujar Alfa. Eshale melirik Alfa sekilas masih memberengut, tapi pipinya yang walaupun sudah diberi sedikit merah-merah kentara sekali menjadi semakin merah tidak bisa berbohong. Alfa terkekeh. Ia diam sebentar lalu mencubit lengan Eshale pelan.

"Ih, kok dicubit, sih!" Protes Eshale.

"Abisnya gue bingung. Gue mau megang kepala lo, ntar rambut lo rusak. Mau nyubit pipi lo, ntar make-up lo nempel di tangan gue. Yaudah, gue cubit tangan lo aja," jawab Alfa nyengir. Eshale tertawa kecil mendengar rentetan ucapan Alfa.

"Yaudah nggak usah diapa-apain, dong guenya," balas Eshale.

"Sayangnya, seorang Alfa nggak akan tahan kalau nggak jahilin lo sehari aja," ujar Alfa lalu menyalakan mobilnya. Eshale memutar bola matanya tak urung ia juga tersenyum mendapati dirinya dan Alfa yang sudah kembali seperti biasa.

~~~~~

Tok tok tok

Pintu rumah di hadapannya terbuka dan menampakkan seorang gadis lebih muda darinya yang sedang nyengir melihat kehadirannya. "KAK SALSA CEM-CEMAN LO DAH DATENG, NIH!" Teriak gadis itu sangat keras.

Salsa keluar sambil melotot ke arah Beta. Beta hanya nyengir lalu masuk ke dalam rumah. Cakra terkekeh melihat kekonyolan Beta.

Tin tin tin

Cakra dan Salsa menoleh ke arah sumber suara. Salsa kenal betul itu mobil milik siapa. Dan benar, Alfa keluar dari tempat pengemudi. Tapi, dia tidak sendirian. Salsa sangat familiar dengan wajah gadis itu. Salsa juga tahu kalau gadis itu pacar Alfa, tapi Salsa masih belum mengenal siapa nama gadis itu.

"Lo juga bawa cowok? Ah, nggak asik. Kan niatnya cuma gue yang mau ngenalin pacar. Ikut-ikutan aja, ah, lo," ujar Alfa ketika tepat berada di hadapan Salsa dan Cakra.

Pletak

Salsa melotot. Alfa meringis mengusap ubun-ubunnya yang baru saja dijitak Salsa. Cakra meringis dan Eshale tertawa bahagia.

"Mampus lo! Hahaha." Salsa heran melihat Eshale yang sangat bahagia ketika Alfa kesakitan.

"Kelihatannya bahagia banget," ujar Salsa pada Eshale. Eshale mengangguk lalu tersenyum.

"Iya, bahagia pakek banget. Abisnya Alfa nganiaya gue terus sih, kak," ujar Eshale. Salsa tersenyum.

"Btw, kenalin. Gue Salsa, sepupu Alfa. Ini Cakra," ujar Salsa mengulurkan tangannya. Eshale menyambut dengan senang hati, walaupun sebenarnya ia sudah tahu nama wanita di hadapannya ini. 

"Eshale," ujarnya. Cakra ikut mengulurkan tangannya namun langsung ditampik oleh Eshale. Salsa dan Alfa mengerutkan kedua dahi mereka.

"Gak usah sok formal deh, kak. Kayak nggak kenal aja." Cakra terkekeh mendengar ucapan Eshale.

"Kalian udah saling kenal?" Tanya Alfa. Eshale dan Cakra mengangguk.

"Kenal waktu jadi panitia pensi." Eshale mengangguk menyetujui ucapan Cakra. Salsa dan Alfa mengangguk-anggukkan kepalanya. Salsa mempersilahkan mereka semua masuk.

Salsa dan Alfa masuk terlebih dahulu. Di belakang, Cakra mengarahkan telunjuknya ke bibir. Eshale mengangkat sebelah alisnya lalu mengangguk setuju.

Biarlah rahasia itu hanya beberapa dari mereka yang tahu. Mungkin suatu saat nanti bisa saja terbongkar, tapi biarkan saja. Apa yang akan terjadi nanti, biar mereka pikirkan nanti. Yang penting sekarang ini, biarkan mereka setidaknya merasakan salah satu kebahagiaan mereka. Tanpa ada pikiran-pikiran yang membebani.

TAMAT

That's all

Finally

Yeaaaaaah

Tamat juga

Semoga kalian para pembaca menikmati cerita ini. Dont forget to always send a vote and comment. Thank you ;)

BAPER [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang