- 5 -

186 50 43
                                    

Psst psst

Pfft

Eshale menatap teman-temannya bingung. Rasa-rasanya tidak ada yang aneh dari penampilan gurunya atau ada sesuatu yang salah pada gurunya. Saat ia melihat ke sekeliling kelas juga tidak ada yang aneh atau terlihat telah melakukan sesuatu sehingga minimal muka mereka memerah. Saat ia tanya pada Rene apa ada yang salah, Rene juga ikut bingung. Tapi, kenapa teman-temannya seperti menahan tawa?

Psst psst

Suara itu lagi. Sebenarnya siapa yang membuat suara itu.

Psst psst

"Huh, ternyata dia," celetuk Rene yang membuatnya menoleh dan mendapati Alfa ada di depan kelasnya dan melongokkan wajahnya di kaca dengan berpakaian olahraga dan bertampang konyol dan sedang memperhatikan Eshale. Eshale tersenyum melihat kelakuan Alfa.

"Kamu!" Eshale terkejut langsung menoleh ke sang guru sementara Alfa terjungkal ke belakang. Guru mapel Eshale berjalan keluar kelas dan menyeret Alfa masuk.

"Kamu ngapain celingukan di depan kelas saya?! Kalau ada perlu itu masuk, minta izin, kasih salam!" Alfa nyengir sambil menggaruk belakang kepalanya. Sementara teman-teman Eshale bahkan Renepun, berusaha mati-Martian menahan tawa mereka melihat Alfa kepergok guru killer.

"Eh, hehe, eng, itu, bu. Emm, anu, eng, itu anu." Alfa menggaruk pelipisnya tidak bisa menjawab.

"Anunya kenapa?!" Dan tawa satu kelaspun pecah. Emosi guru mapel Eshale memuncak. Ia menatap satu kelas dengan marah.

Brak

"DIAM!!" Sunyi-senyap seketika. "Kamu! Nama kamu siapa?! Pelajarannya siapa sekarang?!" Bentak guru itu pada Alfa.

"Eng, saya Alfa, bu. Lagi pelajarannya Pak Olahraga," jawab Alfa yang membuat Eshale menggelengkan kepalanya pusing.

"Pak Olahraga siapa?" Mampus! Alfa menepuk  dahinya pelan. Ia lupa siapa nama guru  olahraganya.

"Eh, itu bu, guru olahraga paling gembul," jawab Alfa cengengesan. Guru Eshale memejamkan matanya berusaha menahan emosi. Ia mengisyaratkan Alfa untuk mengikutinya keluar kelas. Alfa melemparkan tatapan minta tolong pada Eshale. Sementara Eshale menatap Alfa meringis sambil melambaikan tangannya lalu memberi semangat.

"Si Alfa nasibnya nggak pernah hoki emang. Kok lo bisa mau sama dia," ujar Beta heran. Eshale tersenyum dan tak berapa lama bel istirahat berbunyi.

"Em, gue boleh ikut istirahat bareng kalian nggak? Selain Alfa sama kakak sepupu gue, cuman kalian yang gue kenal," ujar Beta.

"Ya, nggak papalah. Santai aja kalau sama kita," ujar Rene yang disetujui Eshale dengan mengacungkan satu jempolnya sambil menaik-turunkan alisnya. Mereka bertiga keluar dari kelas menuju kantin. Saat mereka melewati lapangan, tidak sengaja mereka melihat Alfa yang sedang dihukum push up oleh guru olahraganya.

"Pak, dua lima mulu. Lagian si Bapak, biasanya sama saya fine-fine aja, tadi kenapa marah-marah?" Keluh Alfa sambil duduk. Si guru olahraga itu ikut duduk di sebelah Alfa dan menonyor kepala Alfa.

"Heh! Ya dimana wibawa gue di depan Bu Yayuk lo panggil gue Pak Gembul nggak gue hukum. Kalau di luar lo panggil gue itu nggak papa, ini di sekolahan, coy!" Cecar guru olahraga itu yang membuat Eshale dan Rene terkikik, sedang kan Beta menatap Bapak itu bingung. Pak Dimas, guru olahraga yang Alfa panggil gembul, itu memang guru paling muda di sekolah mereka. Jarak umur mereka bahkan hanya selisih lima tahun.

"Ya, tapi kan kasih sepuluh atau lima belas kek maksimal gitu. Ini kasih lima puluh," gerutu Alfa kelelahan.

"Udah sana pergi istirahat lo. Ngeluh mulu aja bisanya, mau gue tambahin?" Ancam Pak Dimas.

"E-eh, iya-iya ini istirahat," ujar Alfa kabur lalu menghampiri Eshale, Rene, dan Beta.

"Fa, kok lo nggak sopan gitu ama itu guru?" Tanya Beta heran.

"Biasa kali, Bet. Kalau Pak Dimas emang gitu, muka doang tua, umur cuman selisih lima tahun dari kita. Dia malah sering diajak anak-anak cowoknya kalau lagi hangout gitu," jelas Rene.

"Iya. Eh, ngomong-ngomong lo sejak kapan udah mulai masuk? Tinggal dimana juga lo sekarang?" Tanya Alfa pada Beta.

"Baru tadi. Gue tinggal di rumah kak Salsa sekarang," jawab Beta. Eshale dan Rene yang tidak tahu siapa kak Salsa hanya diam. Mereka lanjutnya menuju kantin sambil melewati mading sekolah.

"Ada pendaftaran panitia SP tuh," ujar Alfa.

"Ikut yuk, Shal, Bet!" Ajak Rene.

"Gue ada acara keluarga bareng Alfa tanggal itu," jawab Beta diangguki Alfa. Rene menatap Eshale tajam.

"Harus iya, nggak ada penolakan. Gue mau ke ruang OSIS dulu daftarin kita," ujar Rene lalu pergi sebelum Eshale dapat protes.

"Udah yuk ngantin! Laper gue," ajak Beta jalan lebih dulu. Alfa menarik lengan Eshale pelan memberi iya rat untuk ikut ke kantin.

Tak lama setelah sepasang kekasih itu pergi, sepasang kekasih lainnya datang juga menghampiri mading sekolah. "Ikut yuk!" Ajak Cakra. Salsa menggelengkan kepalanya tidak minat.

"Nggak ah, lagian di tanggal itu aku juga ada acara keluarga. Kamu daftarin aja, nambah pengalaman. Kamu kan cowok," ujar Salsa yang diangguki Cakra. Mereka yang awalnya hendak ke kantin, putar balik pergi ke ruang OSIS. Disana, mereka bertemu Rene dan David yang kebetulan juga ikut mendaftar.

"Eh, kak, lo ikut daftar juga?" Sapa David pada Cakra, mereka bersalaman terlebih dulu sebelumnya.

"Iya, nih. Gue disuruh cewek gue, nambah pengalaman kata dia," jawab Cakra melirik Salsa yang terlihat biasa saja.

"Widih, so sweet banget sih, demi ceweknya," goda David.

"Bisa aja lo. Lo sendiri, daftar juga?" Tanya Cakra.

"Iya nih, bareng cewek gue," jawab David mengedikkan kepalanya ke Rene. Cakra baru saja hendak mengatakan sesuatu pada Salsa, namun Salsa sudah lebih dulu menatap Cakra datar.

"Okok, kamu ada acara keluarga," ujar Cakra lebih dulu yang membuat David terkikik dan Rene tersenyum. Cowoknya romantis, ceweknya jutek, batin Rene.

~~~~~~

Halooooooo

Nice to see you, guys. Thanks for kept read this story, don't forget to gift vote and comment. See you to next chapter ;)

Bye bye👋👋👋

BAPER [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang