- 17 -

39 7 0
                                    

Eshale duduk di trotoar deket sekolahnya. Semua panitia hampir berkumpul semua. Ia lelah sedari tadi berdiri menunggu. Rencananya hari ini mereka ingin keluar bersama merayakan susksesnya acara kemaren.

Cakra melihat Eshale yang duduk di trotoar menghampiri gadis itu dan duduk di sampingnya. "Duduk di dalem mobil, gih! Dari pada di sini, kotor," ujar Cakra.

Eshale langsung mengangguk dan masuk ke dalam mobil Cakra. Tak lama, semua panitia sudah datang dan mereka mulai pergi dari sana menuju salah satu tempat makan.

Eshale masuk terlebih dulu karena dirinya yang mem-booking tempat. "Ada yang bisa dibantu, mbak?" Tanya salah satu pelayan wanita.

"Private room atas nama Eshale," jawab Eshale.

"Oh, mari sebelah sini." Eshale meminta pelayan tadi menunggu sementara dirinya memanggil teman-temannya yang lain.

Mereka masuk ke dalam suatu ruangan yang terdapat dua meja panjang. Mereka memilih untuk duduk sesuai gender masing-masing. Hitung-hitung sesama perempuan yang masih belum saling kenal bisa berkenalan.

Eshale duduk di samping Rene. Mereka mulai memesan beberapa makanan aambil mengobrol dan berkenalan satu sama lain. Tapi, Eshale heran. Banyak kakak kelas yang setelah berkenalan mulai berbisik-bisik sambil melirik ke arahnya. Apa Eshale pernah berbuat salah dengan mereka?

Mencoba tidak peduli, ia memilih berbaur dengan yang lainnya. Mereka saling mengobrol tentang sekolah, kepanitiaan kemarin, bahkan tentang obrolan pribadi mereka.

Setelah makan-makan, mereka berfoto-foto sebelum akhirnya memilih pulang. Rencananya mereka ingin menonton bioskop, tapi karena banyak yang tidak bisa rencana itu dibatalkan.

Tapi, Eshale dan Cakra tidak. Setelah dari tempat makan itu, mereka pergi ke satu mall di Jakarta. Habis dari parkir, Cakra menggenggam tangan Eshale. Eshale sedikit salah tingkah. Ia menggoyangkan tangannya membuat Cakra melihat ke arahnya.

"Kenapa?" Tanya Cakra. Eshale mengangkat tangannya menunjukkan tangan mereka pada Cakra.

"Biar gue nggak pusing nyariin lo kalau kesasar," jawab Cakra sambil tersenyum bercanda.

"Yailah, kak. Cuman disini," ujar Eshale tertawa kecil mendengar alasan tidak logis Cakra. Cakra ikut tertawa dan menggenggam tangan Eshale semakin erat.

Mereka pergi menonton bioskop. Cakra hendak langsung mengantri tiket untuk film genre fantasi atau action namun Eshale menyebutkan satu judul film genre romance. Cakra merasa sedikit aneh dengan film yang akan ia tonton, biasanya-

Ah, iya. Biasanya Salsa yang menyukai genre fantasi atau action. Ia lupa saat ini sedang bersama dengan Eshale. Lagi, saat ia hendak langsung masuk saja, Eshale mengajaknya membeli beberapa camilan dan minuman. Bukannya itu mengganggu saat menonton filmnya?

Salsa yang berkata seperti itu Cakra. Entah darimana suara itu datang memberi tahu Cakra. Ah, iya, itu Salsa. Akhirnya Cakra mengikuti Eshale yang sedang membeli beberapa camilan dan minuman.

Sepanjang filn ditayangkan, Eshale tidak henti-hentinya memuji sang aktor laki-laki ketika mencoba mengambil hati sang aktris. Eshale juga ikut menangis ketika momen-momen sedih ditayangkan. Cakra menatap Eshale. Eshale sangat berbeda dari Salsa. Salsa yang selalu tertidur jika temannya mengajak ia serta Salsa menonton film romansa. Salsa yang sangat terlihat antusias menonton film fantasi.

Hampir dua jam akhirnya film telah usai. Cakra meregangkan tubuhnya sementara Eshale mengusap sisa-sisa air matanya.

"Hmm, cowok yang main tadi itu siapa, ya? Bikin baper, ah, aktingnya," celoteh Eshale sepanjang jalan. Cakra terkekeh mendengar celotehan Eshale. Beda Eshale dan Salsa, jika Eshale tidak tahu satu persatu pemain film yang ia lihat, namun Salsa, ia mengetahui segalanya, sampai ke seluk beluk film itu.

"Habis gini mau ngapain?" Tanya Cakra.

"Capek, ah, kak. Mau pulang aja," jawab Eshale. Cakra mengangguk  kembali menggenggam tangan Eshale sampai parkiran. Seperti biasa, Cakra akan membukakan Eshale pintu sebelum ia beralih masuk ke bangku supir.

Eshale yang tipe cewek periang, sesekali ikut bernyanyi sesuai lagu yang terputar dari radio mobil Cakra. "Sampai." Eshale mengangguk lalu melepas sabuk pengamannya. Ia tersenyum ke arah Cakra.

"Makasih, kak," ucap Eshale. Cakra mengangguk dan Eshale keluar. Sebelum masuk, Eshale menyempatkan melambaikan tangan pada Cakra lalu berbalik masuk rumah.

"Siapa, dek?"

"Astaga!" Ethan mengangkat satu alisnya.

"Kenapa?" Tanya Ethan lagi.

"Gak usah kayak gitu gak bisa apa? Bikin kaget tau!" Sungut Eshale kesal lalu melewati Ethan begitu saja.

"Dek, gue tadi tanya padahal," ucap Ethan mengikuti Eshale. Eshale tidak menjawab dan malah masuk ke kamarnya lalu merebahkan diri di atas tempat tidur. Ethan mengikuti Eshale ke kamarnya dan juga ikut merebahkan diri di sebelah Eshale.

"Dek," ujar Ethan.

"Astaga, kak. Oke, tadi itu kak Cakra. Dia kakak kelasku sekaligus kemaren dia juga anak sie acara sama kayak aku," jawab Eshale akhirnya karena lelah terus-terusan diikuti oleh Ethan.

"Lo nggak suka sama dia, kan?" Pasti Ethan yang lagi-lagi tidak langsung mendapat jawaban dari Eshale.

"Dia punya cewek atau nggak?" Tanya Ethan lagi. Eshale tidak menjawab. Ethan yang melihat Eshale hanya diam menghela nafasnya.

"Gue cuma nggak mau lo dapet cowok yang salah. Oke sekarang ada gue yang siap nampung dukanya lo, gue yang siap buat njagain lo. Tapi nanti kalau gue udah gak ada siapa yang bisa gantiin posisi itu kecuali pasangan lo? Gue nggak bermaksud bandingin Alfa sama temen lo tadi. Tapi, Shal, walaupun Alfa orangnya komedian kayak gitu, tapi dia cowok baik-baik. Gue nggak bilang juga kalau temen lo gak baik, cuma kalau dia singel, fine-fine aja. Tapi, kalau dia masih statusnya pacar orang sekarang, walaupun ending nya dia mutusin ceweknya, tapi nggak bisa dipastiin kalau dia nggak bakal ngelakuin hal yang sama ke lo." Ethan bangkit lalu beranjak pergi dari kamar Eshale.

"Satu lagi." Eshale menatap Ethan yang ada di depan pintunya memegang gagang pintu.

"Gue nggak mau adek gue dianggap perebut cowok orang atau bahkan cewek nggak baik." Dan dengan itu pintu tertutup berbarengan dengan ucapan Ethan yang terngiang di kepala Eshale. Benarkah ia mengkhawatirkan Cakra atau malah dirinyalah yang bersikap seperti itu pada Cakra?

~~~~~~~~

BAPER [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang