Cakra dan Salsa bergandengan tangan menuju kelas mereka. Salsa yang biasanya memang terkenal cuek, hari ini benar-benar tidak mood bicara. Ada yang aneh dengan perasaannya. Ia merasa sesak dan tidak enak.
"Sal, nanti nanti kalau kamu mau istirahat, duluan aja. Daripada nanti kamu kelaparan. Aku ada wawancara buat yang daftar panitia," ujar Cakra. Salsa mengangguk paham.
"Cie, yang habis gini jadi orang sibuk. Bakal jarang nih sama aku," celetuk Salsa begitu saja. Bahkan ia tidak merencanakan untuk berkata seperti itu. Dan Cakra sendiri tidak suka dengan cetusan itu.
"Kamu kok ngomong gitu, sih?" Ujar Cakra tidak suka.
"Ak-aku...." Salsa sendiri tidak bisa menjelaskan apapun.
"Aku tau kamu emang orangnya gini. Tapi, seenggaknya kamu bisa nggak sih mikirin perasaan aku dulu sebelum kamu ngomong apa yang ada di pikirin kamu?" Tambah Cakra marah.
"Ca-Cakra, aku.....aku nggak maksud-" Cakra mengusap wajahnya dan menutup matanya menahan emosi.
"Maafin aku. Lebih baik kalau kita nggak usah ngomongin hal ini dulu," ujar Cakra akhirnya. Salsa mengangguk dan mereka kembali melanjutkan jalan mereka. Sampai di depan kelas Salsa, Salsa langsung masuk ke kelas karena Cakra sendiri setelah menyuruhnya masuk, langsung pergi begitu saja.
Di lain tempat, Eshale baru saja masuk ke gerbang sekolahnya sambil menggerutu. Ia menghentakkan kakinya kesal sesekali mengumpat. "Eshale!" Eshale hafal sekali dengan suara itu. Ia memilih mempercepat langkahnya menuju kelas.
"Shal, Eshale,"
"Apa sih?!" Ujar Eshale kesal.
"Sorry, gue ngga tau kalau lo-Aw!" Eshale menginjak kaki Alfa kuat lalu berlari menuju kelas dan menutup pintu kelasnya menggunakan kursi.
"Nyebeliiiiiiiiiin!" Geram Eshale. Ia berjalan ke tempat duduknya dengan bersungut-sungut-sungut. Teman-teman sekelasnya sudah tidak heran melihat Eshale yang marah-marah seperti itu. Pikiran mereka, pasti Alfa.
Dan tak lama, Alfa berada di depan kelas Eshale. Ia berusaha membuka pintunya tapi tidak bisa. Sesekali ia juga meneriakkan nama Eshale dan mengintip lewat jendela. Teman-teman Eshale yang baru datang dan tidak bisa masuk juga ikut-ikutan memanggil Eshale.
"Shal, bukain noh! Berisik banget elah," gerutu Bagas teman sekelasnya.
"Buka sendiri!" Balas Eshale ketus. Sambil mencibir, Bagas berjalan ke arah pintu, menyingkirkan kursinya lalu membuka pintu. Saat Alfa hendak masuk, ketua kelas Eshale yang tadinya juga terjebak di luar menghadang Alfa.
"Udah, mending lo balik ke kelas lo sono! Lagian lima menit lagi masuk, ntar kalau Eshale ngamuk lagi, kelas dikunci lagi terus ada yang belum masuk apalagi ada guru yang mau masuk, gue yang kena imbasnya. Selesain ntar pas istirahat aje, serah lo deh abis gitu mau apain dia." Eshale yang mendengarnya, melempar batu kecil yang entah datang dari mana ke arah depan dan mendarat mulus di kepala Pak Ketu.
"Kok gue malah yang lo timpuk?!" Protesnya sambil mengusap dahinya kesakitan. Eshale tidak peduli dan membuang mukanya begitu saja. Alfa yang melihat Eshale begitu, memilih kembali ke kelasnya membiarkan Eshale berada di emosinya dulu. Lagipula, pagi ini dia juga ada kuis.
"Kenapa lagi sih lo berdua?" Tanya Rene akhirnya. Beta yang sedari tadi menyaksikan tontonan itu juga ikut membalikkan badan. Eshale menarik nafasnya dan mulai menceritakan kejadian tadi pagi.
Pagi hari yang cukup cerah berubah jadi panas waktu Eshale sudah memakai helm dan baru hendak naik ke atas motor Alfa namun Alfa sudah berangkat lebih dahulu. Eshale dengan tampang bodohnya dan Alfa yang tidak kunjung kembali setelah sepuluh menit.
KAMU SEDANG MEMBACA
BAPER [END]
Teen FictionKetika hubungan menghadapi sebuah ujian dimana hati ingin beralih.. Ketika kebiasaan menimbulkan perasaan.. Dan ketika kesibukan dijadikan alasan... Saat itulah kita tahu, seberapa kuat cinta kita.. Cakra yang sudah memilik Salsa, dan Eshale yang su...