- 19 -

36 8 0
                                    

Eshale tersenyum melihat pantulan dirinya di depan cermin. Malam ini ia diajak pergi Cakra ke sebuah pameran foto milik sepupunya. Maka dari itu kali ini Eshale mengenakan pakaian yang formal.

Tin tin

Eshale lari kecil ke arah balkon mengintip siapa yang datang. Mengetahui yang datanga adalah Cakra, Eshale langsung keliar dari kamar dan pamit ke Mamanya.

"Hai!" Sapa Eshale sumringah. Cakra menatap Eshale dari atas sampai bawah. Eshale yang biasanya memanh feminin, hari ini terlihat lebih feminin dan kalem.

"Kak? Jalan sekarang?" Ujar Eshale membuyarkan pikiran Cakra. Cakra tersenyum mengangguk lalu membukakan pintu untuk Eshale.

Cakra memegang dadanya yang deg-degan. Entah kenapa baru saja ia teringat Salsa. Salsa yang biasanya selalu meganggap Cakra lebay jika membukakan pintu untuknya. Tapi Eshale tidak pernah protes. Eshale malah menyukai perilakunya.

Tidak-tidak. Cakra tidak boleh bimbang, ia sudah mempersiapkan semuanya. Ia lari memutari mobil dan duduk di sebelah Eshale. Ya, hari ini ia menggunakan jasa mobil. Ingat, dia sudah mempersiapkan segalanya.

Kali ini, bukan Cakra yang membukakan pintu. Melainkan sopir Cakra tadi. Setelah turun lebih dahulu, Cakra menunggu Eshale dan menaruh tangan Eshale di lekukan lengannya.

Eshale melihat sekitarnya dengan takjub. Mobil-mobil mewah berjejeran. Wanita-wanita cantik dengan gaun-gaun mahal turun dari mobil-mobil itu. Tidak hanya itu, pria-pria tampan juga banyak yang hadir disana. Ingatkan Eshale untuk mengajak teman wanitanya yang untuk pergi kesini agar mendapat pasangan. Terkecuali Rene, akan habis dihajar David jika ia mengenalkan Rene dengan lelaki yang lebih tampan darinya.

Cakra mengajak Eshale masuk ke dalam. Mereka berdua disambut dengan foto-foto yang indah. Ada foto pemandangan, foto-foto gedung-gedung, foto orang, dan masih banyak lagi. Mereka kembali masuk lebih dalam ke tempat pameran tersebut.

Di tengah ruangan, Eshale dapat melihat seorang pria yang sedang dikerubungi beberapa orang yang ingin berjabatan tangan dengannya. Sekilas pria itu melirik ke arah Esgale dan Cakra sebelum kembali melihat kami dengan wajah sumringah. Ia melambaikan tangannya yang dibalas oleh Cakra.

Pria itu terlihat meminta izin pada orang-orang disekitarnya lalu berjalan ke arah Cakra sambil merentangkan kedua tangannya. Cakra melepaskan tangannya dari Eshale lalu memeluk orang itu. Cakra dan orang itu terlihat akrab.

"Nah, Shal, ini Zidan. Sepupu gue. Dan, ini Eshale ehm......adik kelas gue," ujar Cakra memperkenalkan. Eshale tersenyum lalu menjabat tangan Zidan.

"Eshale."

"Zidan."

"Foto-fotonya keren, kak," ujar Eshale basa-basi.

"Yaiyalah, Zidan gitu," balas Zidan pura-pura sombong. Cakra memutar bola matanya tersenyum sementara Eshale tertawa kecil.

"Zidan! Eh, ada Cakra," ujar seorang gadis seumuran mereka menghampiri ketiganya.

"Hei, Ran! Dateng juga lo, kapan balik Indonesia?" Sapa Cakra memeluk Rania sekilas.

"Dua hari yang lalu. Dijemput Arland sama Arya dari sana. Masa pameran cowok gue, guenya nggak dateng," jawab Rania. Ia lalu melirik Eshale sambil mencolek-colek lengan Cakra antusias.

"Oh, Shal, ini Rania pacarnya Zidan. Rania ini Eshale," ujar Cakra memperkenalkan lagi.

"Wih, masih imut-imut nih. Kelas sepuluh atau kelas sebelas?" Tanya Rania.

"Kelas sebelas, kak," jawab Eshale.

"Oh, gitu, sekarang nyarinya dedek-dedek emesh. Yang sepantaran lo kemanain?" Ujar Rania menggoda Cakra. Cakra melotot sementara Eshale hanya tersenyum.

Eshale pamit untuk memisahkan diri dari ketiga orang itu. Ia ingin melihat-lihat foto yang lain. Eshale memang tidak menggeluti dunia fotogravi, tapi ia selalu suka melihat hasil jepretan orang-orang. Ternyata, selain memperlihatkan hasil-hasil jepretannya, Zidan juga menyediakan sudut untuk para pengunjung yang ingin berfoto. Eshale langsung menuju ke tempat itu dengan antusias. Ia melakukan beberapa pose dan hasil dari posenya tadi langsung jadi. Well, tidak buruklah, batinnya.

Cakra menghampirinya lalu mengajak dirinya pergi dari tempat itu. Eshale yang masih betah disana hampir menolak sebelum Cakra mengucapkan ia punyabsesuatu yang spesial untuk Eshale. Akhirnya, mereka berdua keluar dan kembali masuk ke dalam mobil lalu pergi dari sana.

~~~~~

Mereka sampai di sebuah taman keluarga. Entah taman itu milik keluarga siapa. Yang Eshale pikirkan hanyalah pemandangan taman itu yang ada di hadapannya. Sangat indah.

Lampu-lampu tumblr terpasang di sekitar taman itu. Ditengah-tengah taman ada dua kursi dan satu meja bundar dengan mawar merah di atasnya. Disekelilingnya   mawar merah ditanam mengelilingi meja itu. Dan ada satu jalan setapak menuju meja tadi.

Pintu terbuka, entah sejak kapan Cakra yang ada di sampingnya tiba-tiba sudah di luar dan membukakan pintu untuknya. Eshale tersenyum lalu turun dengan menerima uluran tangan Cakra. Cakra menuntunnya ke arah meja itu dan menarikkan kursi untuk Eshale.

Para pelayan datang membawakan berbagai macam makanan. Pertama, makanan pembuka. Mereka makan dalam diam. Kedua, dessert yang disajikan. Eshale mengerutkan dahinya bingung. "Kok-"

"Sengaja. Menu utamanya dijadiin yang terakhir," potong Cakra. Eshale mengangkat satu alisnya sambil tersenyum sebelum mengangguk-anggukkan kepalanya.

Dessert habis, pelayan membereskan semuanya termasuk mawar yang ada di meja tadi. Pelayan lain membawakan satu buah piring besar yang masih tertutupi ke tengah meja. Eshale penasaran, makanan apa yang ada di dalam sana.

"Dilihatin doang? Buka gih!" ujar Cakra melihat wajah penasaran Eshale.

"Boleh?" Tanya Eshale.

"Bolehlah, Shal." Eshale menggaruk leher belakangnya lalu mendekatkan lursinya lalu mulai membuka penutup itu. Saat penutup itu sudah terbuka, Eshale melihat-

Tidak ada.

Piring itu kosong. Tidak ada apapun di atasnya. Eshale mengernyitkan dahinya bingung. Ia menatap Cakra meminta jawaban. Cakra tersenyum lalu terkekeh.

"Coba lo cari di sekitar situ. Siapa tau ada," ujar Cakra. Menuruti perkataan Cakra. Eshale membolak-balik penutup tadi. Tidak ada apa-apa.

Giliran si piring. Ketika piring sudah terbalik, sebuah kertas kecil tertempel di bagian belakang piring.

'Be mine'

Eshale melipat bibirnya tidak bisa mengucapkan apa-apa. Cakra menggengg tangan Eshale yang ada di atas meja. "How?" Tanya Cakra. Eshale terdenyum lalu mengangguk.

~~~~~

Eshale melambaikan tangannya lalu masuk ke dalam rumah dengan senyum yang tidak hilang-hilang dari wajahnya. Rumahnya sepi dan ia tidak peduli. Ia masuk ke dalam kamar lalu berputar-putar dan berakhir rebahan di atas tempat tidur.

Senang? Tentu. Mempunyai kekasih yang sesuai dengan tipenya-Alfa.

Eshale bangkit terduduk. Astaga bagaimana ia bisa melupakan Alfa. Ia masih berstatus pacar orang dan ia malah menerima cinta orang lain?

Drrt drrt

Alfa: Besok jalan yuk! Gue jemput.

Eshale: Iya

Eshale langsung mengiyakan. Mungkin ini menjadi yang terakhir.

~~~~~~~~

Hiyaaak, ada yang tau siapa Rania, Zidan, Arland, dan Arya?

Baca ENOUGH, pasti tau heheh. (Promosi mode on)

BAPER [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang