- 23 - Cakra dan Salsa

29 4 0
                                    

Cakra melihat ponselnya bisan. Ia terus-terusan me-missed call dan mengirimi Eshale pesan tapi sama sekali tidak ada yang dibalas. Bahkan, semarah-marahnya Salsa pada dirinya, gadis itu tetap membalas pesan Cakra. Lalu apa bedanya dengan Salsa jika seperti ini sikap Eshale. Bahkan, ia kemarin menyempatkan membeli bunga dan pergi ke rumah Eshale tapi entah ada apa, Eshale tidak bisa ditemui.

Tapi, ada yang berbeda. Ia menjadi kesal dengan Eshale. Padahal, dulu jika ia dan Salsa marahan lalu Salsa bersikap seperti Eshale saat ini, bukan marah, ia malah khawatir.

"Cakra, ayo! Anterin mama ke panti!" Cakra mengangguk. Ia berdiri memasukkan ponselnya ke dalam saku dan mengambil kunci mobil.

Ia segera melajukan mobilnya ketika sang Mama sudah masuk ke dalam mobil. Panti yang Mama Cakra maksud bukanlah panti milik mereka. Mereka hanyalah salah satu donatur di sana. Panti itu juga yang mempertemukannya dengan Salsa.

Kala itu, mereka baru saja lulus SMP sehingga hari libur masih panjang. Cakra yang memang sudah terbiasa pergi ke sana, merasa asing melihat wajah Salsa yang memang belum pernah ke sana. Dan disitulah mereka berkenalan hingga dipertemukan lagi di SMA sampai akhirnya mereka memilih untuk memiliki hubungan kekasih.

Cakra mengerjapkan matanya, mengapa dirinya malah bernostalgia. Dulu, Mamanya sudah jarang ke sini karena selalu Salsa dan Cakra yang mewakilkan, tapi karena hubungan mereka yang telah usai, Cakra kembali pergi ke panti bersama Mamanya.

"Ah, bu Santi. Assalamualaikum," sapa ibu pengurus panti ketika mereka baru sampai.

"Waalaikumsalam bu," balas Mama Cakra. Mereka bersalaman dan berpelukan rua ala ibu-ibu.

"Sudah lama bu Santi nggak kemari," ujar ibu pengurus panti.

"Iya, bu. Kan udah ada Cakra sama Salsa. Nah, berhubung mereka putus jadi saya kesini sendiri," balas Mama Cakra sambil melirik anak sulungnya itu. Cakra yang merasa tersindir hanya memutar bola matanya malas.

"Loh, sudah nggak bareng lagi toh? Saya kira itu Mbak Salsa lagi nungguin Mas Cakranya." Mendengar ucapan ibu panti, Cakra langsung mengedarkan pandangannya dan menemui Salsa sedang bermain dengan anak-anak panti.

Salsa yang kini ia lihat bukan Salsa seperti saat bersamanya. Salsa ini seperti Salsa yang pertama kali ia lihat atau Salsa yang selalu ia ajak kesini. Ia tidak terlihat cuek dan jutek sedikitpun. Salsa yang ini terlihat lebih dewasa dan sangat perhatian. Melihat bagaimana perilakunya memperlakukan anak-anak panti.

Ini seharusnya tidak boleh terjadi. Karena saat ini, Cakra merasa sangat merindukan kehadiran Salsa di sisinya. Cakra tahu itu salah. Bahkan baru beberapa hari mereka putus, dan baru beberapa hari juga ia dan Eshale pacaran.

Cakra melihat ke arah Mamanya tadi berdiri namun tidak ada. Akhirnya ia memilih melangkahkan kakinya ke arah Salsa dan anak-anak panti berada. "Yeey, pangerannya dateng," teriak salah satu anak panti girang ketika melihat Cakra datang.

Salsa langsung menoleh ke arah Cakra. Cakra tersenyum melihat Salsa, namun tidak dengan Salsa. Ia menatap Cakra datar dan kembali sibuk dengan anak-anak panti lainnya. Cakra menelan senyumnya pahit. Tidak heran jika Salsa begitu padanya sekarang. Memang yang salah disini adalah dirinya bukan Salsa.

"Putri, Putri nggak mau nyapa Pangeran? Pangerannya Putri udah datang loh," lanjut anak tadi. Dari dulu, mereka memang dipanggil Pangeran dan Putri, hal itu pertama kali terjadi ketika mereka mempraktekkan sebuah cerita dari buku dongen.

"Ayo pangeran, duduk di sebelah Putri!" Cakra ditarik untuk duduk di sebelah Salsa. Dengan senang hati Cakra menuruti kemauan anak itu. Baru saja Cakra duduk, namun Salsa sudah membereskan barangnya dan beranjak pergi.

"Kak Salsa pamit pulang dulu ya, dah," ucap Salsa pamit sambil melambaikan tangan.

"Loh, Putri kok pergi?" Salsa hanya tersenyum lalu melenggang pergi. Cakra langsung bangkit untuk menyusul Salsa.

"Pangeran mau nyusul Putri dulu, ya?" Pamit Cakra pelan pada anak-anak itu lalu berlari mengejar Salsa.

"Salsa! Salsa!" Salsa sama sekali tidak menghiraukan panggilan Cakra sama sekali.

"Sal!" Dan hap. Cakra berhasil meraih pergelangan tangan Salsa.

"Apa?" Tanya Salsa datar.

"Sal," panggil Cakra. Salsa memutar bola matanya malas.

"Kalau nggak ada yang mau lo omongin, bisa lepasin tangan gue? Gue mau ke kamar mandi," ujar Salsa yang membuat Cakra langsung melepas tangan Salsa. Ia menggaruk belakang kepalanya malu. Ia kira Salsa malas berada di dekatnya hingga langsung pergi.

Salsa menghilang seiring menutupnya pintu panti. Cakra memilih menunggu di sana karena ada sesuatu yang ingin ia bicarakan pada Salsa. Ia takut jika ia kembali pada anak-anak tadi, ia tidak akan tahu jika Salsa tiba-tiba pergi.

Cakra memperhatikan anak-anak panti sambil tersenyum. Ia tidak sadar jika Salsa di belakangnya berjalan berjingkat untuk pergi dari panti. Namun naas, tepat ketika dirinya berada di belakang Cakra, Cakra tidak sengaja berbalik dan mendapati dirinya yang hendak pergi. Cakra segera berlari menghampiri Salsa.

"Kenapa lagi?" Tanya Salsa malas.

"Lo mau kemana?" Tanya Cakra.

"Mau balik," jawab Salsa datar. Cakra mengambil kedua tangan Salsa lalu menggenggamnya dan langsung ditepis oleh si empunya.

"Lo mau apa?" Tanya Salsa langsung.

"Ok, gue cuman mau minta maaf.
Gue tahu gue emang brengsek. Nggak-nggak, gue bener-bener brengsek. Gue...gue mau...mau..kita....balikan?"

Bodoh!

Kenapa kalimat itu yang terucap dari mulut Cakra. Jelas-jelas dirinya hanya berniat minta maaf. Tapi, ada sesuatu jauh dalam lubuk hatinya yang membenarkan perkataan itu.

Salsa mengernyit mendengar ucapan Cakra. Ia langsung menoleh ke arah lain melihat Cakra yang mulai mendongak hendak melihatnya. "Gue udah maafin lo. Tapi untuk yang terkahir, gue gak bisa." Dan dengan itu Salsa pergi.

Cakra tidak terkejut jika Salsa akan menolaknya, namun entah mengapa ada sesuatu yang membuat hatinya terluka mendengar penolakan Salsa. Ia menatap Salsa hingga gadis itu benar-benar pergi dari area panti. Ia memilih berbalik dan masuk ke dalam panti tanpa mengetahui seseorang sedang mengintipnya dari luar sambil berusaha menahan isak tangisnya.

Salsa, dengan bohongnya dia mengaku tidak ingin kembali pada Cakra. Namun sejujurnya, rasa itu masih tetap ada untuk Cakra. Bahkan, perasaan itu kembali menguat dengan bertemunya dirinya dengan Cakra sekarang.

~~~~~~~~

BAPER [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang