- 13 -

43 11 0
                                    

"Eshale!"

Eshale berbalik, senyumnya merekah menemukan Cakra berlari ke arahnya. "Kenapa, kak?"

"Ikut gue, yuk!" Ajak Cakra tiba-tiba.

"Kemana?" Tanya Eshale.

"Ngambil lampu tumblr punya adek gue ketinggalan. Padahal entar dekorasi udah mau dilihat sama anak OSIS. Sekalian ntar makan siang di luar aja bareng," jawab Cakra.

"Ayo! Tapi, gimana ijin keluarnya, kak?" Tanya Eshale. Cakra menunjukkan surat undangan sisa.

"Yaudah, yuk!" Eshale tersenyum mengangguk. Cakra langsung menarik tangannya yang membuat Eshale merona dan sedikit salah tingkah.

"Eh, tapi, kak, emang kita nggak kelamaan kalau makan siang dulu? Ntar kalau anak-anak nungguin lampunya gimana?" Tanya Eshale khawatir.

"Nggak bakal kelamaan kayaknya kalau cuman makan siang. Mereka masih mau ngurusin yang lain. Lagian habis gini kita free class, kok." Eshale mangut-mangut sambil tersenyum ketika Cakra membukakan pintu mobil untuknya.

Selama diperjalanan, Cakra dan Eshale tidak ada yang saling membuka obrolan. Merasa sepi, Eshale meminta izin untuk menyalakan radio. Dan lagu Everything has Change milik Taylor Swift mengalun memenuhi seisi mobil. Eshale yang awalnya hanya bersenandung mulai mengeluarkan suaranya saat menginjak bagian chorus. Tak lama saat masuk second verse, bagian Ed Sheeran, Cakra ikut bernyanyi. Wajahnya merona ketika ia menoleh untuk melihat Cakra yang tengah menyanyi ternyata juga sambil memandangi dirinya.

Astaga, kenapa ada pria seromantis dirinya, batin Eshale.

Dan berakhir mereka berdua menyanyi bersama semua lagu yang diputar dari radio. Bahkan sesekali mereka bercanda dengan mengikuti si penyiar atau iklan dari radio.

"Sampai nih. Turun yuk," ajak Cakra. Eshale mengangguk. Pintu sebelah Eshale sudah tertutup lebih dulu, bahkan ia belum sempat membuka seat belt-nya. Dan tiba-tiba pintu mobilnya terbuka menampakkan Cakra yang membukakan pintu untuknya. Sebenarnya, selama bersama Cakra, Cakra selalu membukakan pintu untuknya, tapi Eshale belum terbiasa sehingga seringkali merona jika mendapatkan perlakuan ini dari Cakra. Maklum, ia tidak pernah mendapatkan perlakuan seperti ini dari Alfa.

Eshale menggelengkan kepalanya pelan. Selalu saja jika ia sedang mendeskripsikan bagaimana romantisnya Cakra dan betapa pemuda itu sangat memenuhi kriteria pemuda idamannya, ia juga akan membandingkannya dengan alfa yang notabenenya saat ini adalah kekasihnya.

"Kenapa kok geleng-geleng?" Tanya Cakra. Eshale semakin merona ketika kepergok bertingkah bodoh.

"Ah, enggak kok. Cuman lagi mikirin sesuatu," jawab Eshale salah tingkah. Cakra terkekeh mencubit pipi Eshale lembut.

"Yaudah, ayo masuk!" ajak Cakra. Sesekali Cakra melirik ke arah Eshale yang berjalan di sampingnya. Eshale cantik, sangat perhantian, dan manis. Bahkan ia selalu merona mendapat perhatian dari dirinya. Padahal, pacarnya sendiri yang selalu mendapatkan perlakuan yang sama bahkan lebih romantis, bersikap biasa saja. Beruntungnya jika ia bisa bersanding dengan Eshale dan selalu mendapati sikap manis dari gadia itu.

Kini ganti Cakra yang menggelengkan kepala pelan, bahkan ia sampai tersenyum menyadari pikiran bodohnya.

"Kenapa sekarang gantian kakak yang geleng-geleng? Senyam-senyum lagi," ujar Eshale. Cakra terkekeh mengetahui dirinya kini yang dipergoki oleh Eshale.

"Lo jahil juga ya ternyata," ujar Cakra mengacak rambut Eshale gemas.

"Kayaknya gue ketularan Alfa deh kak, heheh." ujar Eshale menyebut nama kekasihnya yang entah kenapa membuat Cakra seketika tersenyum kecut.

Cakra membuka pintu rumah yang langsung disambut adik Cakra yang kebetulan sudah pulang sekolah karena sedang ada rapat. "Loh, kok, udah balik, kak? Oh iya, lampukan?" Cakra mengangguk lalu menyuruh Eshale untuk masuk.

"Sama siapa, kak? Kok bukan kak Salsa? Baru ya?" Cecar adik Cakra sedangkan Eshale hanya tersenyum dan Cakra hanya memiting kepala adiknya mendengar betawa cerewet adiknya ini.

Di lain tempat, Salsa keluar kelas bersama teman sebangkunya sekaligus sahabatnya. Mereka pergi ke kantin dan memesan makanan. Saat sudah sampai di tempat duduk, mereka langsung makan sambil sesekali mengobrol.

"Lo kok nggak bareng Cakra? Biasanya Cakra langsung ke kelas sampai gue lo kacangin mulu, atau nggak gue jadi obat nyamuk," ujar Frenda.

"Kapan gue ngacangin lo, hah? Bukannya kalau ada lo selalu dia yang gue kacangin," ujar Salsa lalu tertawa yang juga diikuti Frenda.

"Iyaya? Kasian Cakra, hahaha. Lagian lo juga kenapa ngacangin dia, gue mah sans kali, paham mah kalau lagi bareng sama orang pacaran. Lagian yang lain juga gitu, kalau gue sendiri sih gak tau ya. Punya pacar aja enggak," ujar Frenda yang berakhir di tertawakan Salsa.

"Kasian banget sih lo, Mblo. Lagian ya, gimanapun gue udah sama Cakra, gue juga bakalan tetep ngebelain temenlah," ujar Salsa.

"Gue setuju kalau gue udah lebih dulu kenal sama lo, Sal. Tapikan lo lebih dulu kenal sama Cakra daripada gue. Jangan terlalu mentingin temen, Sal. Siapa tahu dia yang malah punya niat buat nikung lo," ujar Frenda.

"Kok lo ngomong gitu? Lo nggak ada niatan buat nikung gue kan, Fren?" ujar Salsa bercanda. Frenda memutar bola matanya.

"Ya nggak gue lah. Tapi gue serius. Jangan terlalu mentingin temen juga. Bisa-bisa dia kurang nyaman dan malah ninggalin lo," ujar Frenda.

"Ya bodo amat. Kalau gitu, dia belum nerima gue sepenuhnyalah," ujar Salsa enteng.

"Iya gue setuju. Tapi kan kalau hubungan itu kedua belah pihak harus saling mengerti. Lo udah ngertiin Cakra belom? Gue sering ngelihat dia cemberut kalau lo lagi asik sama anak-anak daripada dia," ujar Frenda.

"Kok lo jadi serius gini, sih. Udah ah, nggak usah ngomongin hubungan gue mulu. Ngomongin yang lain aja. Ghibah kek, apa kek," ujar Salsa berusaha mengalihkan pembicaraan karena merasa yang diucapkan Frenda memang benar.

"Tumben lo mau ghibah, biasanya anti ghibah. Bilang aja lo mau ngeles," ujar Frenda yang disambut tawa oleh Salsa. Dia memang tidak bisa menyembunyikan apapun dari sahabatnya yang satu ini.

"Sal, gue ngelihat Cakra sama anak kelas sebelas. Romantis banget pakek dibukain segala mobilnya," ujar salah satu teman sekelasnya lalu pergi begitu saja. Salsa yang awalnya berusaha acuh terpaksa berdiri karena Frenda yang ingin melihat dan dirinya yang sebetulnya juga penasaran.

Dan benar, Salsa melihat Cakra dengan seorang gadis. Mereka sudah tidak berada di parkiran, mereka sedang berjalan berdua di koridor kelas sebelas. Menuju ke aula. Rasa sakit dan resah mulai menggeluti hati Salsa. Dan hatinya semakin tercubit ketika melihat Cakra tertawa bersama dengan gadis itu, walaupun si gadis hanya terkekeh. Bahkan Cakra tidak pernah tertawa seperti itu saat bersama dirinya.

"Mereka mau ke aula," Salsa berdeham karena suaranya yang terdengar aneh akibat tenggorokannya yang terasa tercekat. "Mungkin mereka cuman teman sedivisi habis ada urusan," lanjutnya pada Frenda yang sebenarnya lebih tertuju pada hatinya agar lebih tenang.

Frenda meremas pelan bahu Salsa. Salsa menoleh dan menampilkan senyum palsunya. "Balik ke kantin, yuk! Gue masih laper," ujar Salsa menarik Frenda.

~~~~~~

Konflik di mulai ;)

Btw, guys...
Apakah kalian gak kasihan ama gueeeeee

Vote kek yaampuuuuun. Kasih semangat dong, pengen hapus ini cerita jadinya. Padahal udah tamat dari tahu kapan tinggal up doang.

Vote yayaya, jangan lupa comment juga

Salam sayang wkwkwkwk

BAPER [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang