"Nih," ujar Alfa menyerahkan helm pada Eshale. Ia diam melihat depan sampai Eshale benar-benar naik ke atas motornya. Tapi, ketika Eshale sudah berasa di atas motornya, Alfa juga tak kunjung berangkat.
"Kok nggak jalan-jalan, Al?" Tanya Eshale bingung.
"Oh, udah?" Tanya balik Alfa.
"Udah," jawab Eshale yang masih bingung.
"Oh, heheh. Mastiin aja lo udah bener-bener naik. Takut yang kemaren kejadian lagi. Kayak orang bego gue jadinya," ujar Alfa. Eshale tertawa memukul pundak Alfa pelan.
"Emang bego. Udah ah, yuk, berangkat! Kemaleman ntar pulangnya." Alfa ikut terkekeh lalu mengangguk dan menyalakan motornya pergi dari rumah Eshale.
Mereka pergi ke sebuah mall. Di parkiran, ketika Eshale membuka helmnya, rambutnya terlihat sedikit berantakan. Ia berdecak sebal sambil menata kembali rambutnya agar rapi. "Sekali-kali bawa mobil kek," celetuk Eshale. Alfa yang juga tengah menata rambutnya, ikut memegang rambut Eshale. Tapi, bukannya ikut memperbaiki, Alfa malah mengacak-ngacaknya.
"Alfaaaaaa!" Alfa terkekeh lalu turun dari motornya.
"Ntar gue bawa mobil, pas wisuda tapi," ujar Alfa bergurau.
"Lo mah gitu. Emang gak mau apa lihat ceweknya jadi tetep cantik gitu. Kalau gini kan berantakan jadinya," balas Eshale.
"Bukan nggak mau ngelihat lo cantik. Kalau lo cantik banyak yang suka dong sama lo. Ntar kalau lo ninggal gue gimana? Jadi mending orang-orang ngelihat lo jelek aja. Cantiknya cuman gue yang ngelihat," ujar Alfa membuat Eshale merona.
"Ah, lo mah," balas Eshale memalingkan wajahnya sambil kedua tangannya yang ada di pipi. Alfa terkekeh melihat Eshale malu. Padahal ia tidak niat memuji. Ia berniat mengejek Eshale karena tampilannya yang kini berantakan.
"Lo mah juga gitu. Dikatain malah melting." Eshale mengerutkan dahinya bingung.
"Rambut lo berantakan. Lipstik lo juga rada jembret ke atas. Pasti kena waktu lo mau pakek helm tadi." Eshale melotot dan mendorong Alfa dari motornya. Ia mengaca lewat sepion dan langsung menata rambutnya dan menghampus sisa-sisa lipstik, walaupun itu sebenarnya lips gloss, yang melebar ke bawah hidungnya dengan tisu. Eshale memukul lengan Alfa kesal setelah tampilannya rapi kembali.
"Lo ih!" Ujar Eshale kesal. Alfa yang tetap tidak merasa bersalah merangkul bahu Eshale sambil terkekeh.
"Masuk, yuk! Udah cantik gitu," ajak Alfa. Eshale yang masih sedikit ngambek hanya diam dan mengikuti Alfa yang menuntunnya.
~~~~~
"Gimana kamu kemarin? Keterima jadi panitia?" Cakra diam tidak menjawab pertanyaan Salsa dan malah mengambil sapu tangannya dan mengelap keringat Salsa yang bercucuran karena habis basket.
"Iya, aku keterima," jawabnya setelah memberikan Salsa minuman.
"Oh, ya? Sie apa?" Tanya Salsa lagi setelah minum.
"Sie acara," jawab Cakra.
"Waw," respon Salsa.
"Aku malah nggak suka," ujar Cakra.
"Loh, kenapa?" Tanya Salsa bingung. Mereka berdua berdiri menuju ruang ganti olahraga cewek.
"Susah. Ngatur jadwal. Padahal aku daftarnya sie konsumsi. Mana tugasnya double sama sie humas," jawab Cakra.
"Yeee, itu mah kamu berarti cuman pingin kelihatan jadi panitia aja. Lagian mereka pasti tau kali kamu sering ikut acara-acara. Jelas kamu ditaruh di acara," ujar Salsa.
"Iya juga, sih. Yaudahlah biarin aja." Salsa menggelengkan kepalanya dan masuk ke ruang ganti. Cakra menunggu di luar sambil memainkan ponselnya. Sesekali ia menoleh ketika ada anak yang lewat atau menyapa yang memang dia kenal.
Salsa keluar dengan baju seragamnya. Cakra memasukkan ponselnya dalam saku dan beralih menggenggam tangan Salsa menuju parkiran. "Jadi? Mau jalan dulu?" Tawar Cakra. Salsa diam sebentar mengecek arlojinya.
"Boleh, deh. Makan yuk, laper." Cakra mengangguk lalu menjalankan mobilnya. Mereka berhenti di sebuah mall, dan masih dengan Cakra yang membukakan pintu untuk Salsa.
Mereka memilih makan di food court. Setelah memilih tempat duduk. Mereka masih melihat-lihat ingin memesan apa. Tiba-tiba, ada mbak-mbak yang datang menghampiri mereka menawarkan makanan. Saat mbaknya menjelaskan mereka baru tau kalau stand mbak ini yang paling sepi karena hanya menyajikan makanan rumahan.
Kasihan, Salsa membujuk Cakra untuk makan di mbak ini aja. "Saya mau ikan daging yang ini sama sayur asem aja. Minumnya air mineral," ujar Salsa. Cakra menghela nafas lalu kembali melihat menu.
"Sayur bayam sama dadar jagung boleh, deh. Minumnya air juga," ujar Cakra akhirnya. Setelah mencatat mbak-mbak itu pergi.
"Kamu kenapa pesen itu sih? Kalau itu kan kita bisa makan di rumah aja," ujar Cakra.
"Yah, gak papa lah. Ntar nambah beli-beli kentang atau sosis goreng gitu. Lagian kasihan. Standnya sepi," balas Salsa. Benar juga apa kata Salsa. Walaupun cuek, ada sisi peduli Salsa ketika momen-momen seperti ini. Karena sebenarnya hati Salsa sangat sensitif.
"Aku ke kamar mandi dulu ya?" Salsa mengangguk.
~~~~~
"Capek?" Eshale mengangguk. "Salah siapa ngajak ngepump. Kalah nggak terima lagi," lanjutnya Alfa bercanda.
"Ck, sombong!" Cibir Eshale. Alfa tertawa lalu merangkul Eshale.
"Makan yuk!" Ajak Alfa.
"Ayuk!" Balas Eshale antusias. Mereka berjalan ke arah food court. Setelah memilih tempat duduk di depan stand langganan mereka, Eshale pamit ke kamar mandi dulu. Kebanyakan lompat-lompat membuatnya ingin pipis. Kamar mandi tidak seramai biasanya sehingga membuatnya mengantri.
Selesai dengan urusannya, Eshale mencuci tangannya sebentar sebelum langsung keluar dari kamar mandi. "Eshale?" Eshale berbalik melihat siapa yang memanggil dirinya.
"Eh, kak Cakra? Loh baru balik dari sekolah? Sore banget?" Balas Eshale melihat Cakra keluar dari kamar mandi pria dan masih menggunakan seragam sekolah.
"Iya, cewek gue baru selesai basket," jawab Cakra membuat Eshale menganggukkan kepalanya. "Lo sendiri kesini sama siapa?" Tanya balik Cakra.
"Heheh, sama cowok gue juga sih, kak. Dia paling lagi mesen makanan," jawab Eshale.
"Lah, nggak lo temenin? Emang dia tahu lo mau pesen apa?" Tanya Cakra heran.
"Udah hafal mah dia. Yaudah, gue duluan ya, kak," pamit Eshale. Cakra juga berbelok ke arah yang beda menghampiri Salsa. Udah punya pacar ternyata, batin Cakra tanpa sadar.
Eh, kok
Eshale duduk di mejanya sementara Alfa memesan. Ia menoleh ke belakang melihat Cakra yang juga pergi dari tempat mereka mengobrol. Ternyata kakak ganteng udah punya pacar, batin Eshale.
"Lama banget lo ke kamar mandinya, antri?" Ujar Alfa dengan pesanan mereka. Eshale mengambil minumnya menggelengkan kepala.
"Enggak, tadi gue ketemu kakak kelas yang sama-sama sie acaranya sama gue. Yah, ngobrol-ngobrol bentarlah," jawab Eshale.
"Kenapa nggak diajak barengan kita aja?" Ujar Alfa lagi.
"Nggak ah. Dia ama pacaranya. Dikira ganggu ntar kita," jawab Eshale. Alfa mengangguk dan mulai menyantap makanannya.
~~~~~~~~
I give you the seventh chapter now, hope you'll like it. Don't forget to keep vote and comment. See you next chapter, bye ;)
KAMU SEDANG MEMBACA
BAPER [END]
Teen FictionKetika hubungan menghadapi sebuah ujian dimana hati ingin beralih.. Ketika kebiasaan menimbulkan perasaan.. Dan ketika kesibukan dijadikan alasan... Saat itulah kita tahu, seberapa kuat cinta kita.. Cakra yang sudah memilik Salsa, dan Eshale yang su...