Alfa menghela nafasnya bosan. Ia mengambil gitarnya memetiknya asal namun tidak juga menghilangkan rasa bosannya. Alfa bangkit dan berjalan ke arah balkon kamarnya. Ia sedikit melongokkan badannya agar dapat melihat rumah Eshale. Sejak kejadian air mancur waktu itu, Alfa belum berani kembali menemui Eshale. Ia takut yang ada mereka malah kembali bertengkar. Satu hal yang benar-benar ingin Alfa jauhi.
Alfa sempat mengirimi Eshale pesan ingin bertemu gadis itu, tapi Eshale membalasnya dengan keinginan yang berbanding terbalik dengan Alfa. Eshale masih tidak ingin diganggu. Alfa sempat berfikir, kan acara pensi sudah lewat, apa lagi yang membuat gadis itu sibuk. Alfa menggelengkan kepala tidak paham apa yang sebenarnya ada di kepala para gadis. Terlalu.....rumit.
Ia kembali masuk ke dalam kamar dan mengambil ponselnya. Membuka satu persatu aplikasi yang mungkin dapat membuatnya sedikit bersemangat hari ini.
David. Alfa tidak sengaja memencet nomor David ketika dirinya membuka aplikasi kontak. Hmmm, sepertinya dirinya harus berkonsultasi pada sahabatnya satu itu.
Alfa bangkit mengambil jaket, donpet, ponsel dan kunci motor sebelun keluar kamar dan menuju garasi. Bahkan dirinya belum sama sekali memanaskan motornya hari ini.
~~~~~
Tok tok tok
Tok tok tok
"Alfa?" Alfa berbalik dan menampilkan cengirannya.
"Hello, brotha," sapa Alfa tiba-tiba langsung masuk ke rumah David melewati pria itu begitu saja dan hendak masuk ke kamar David sebelum dirinya merasa melewati bayangan seorang wanita di ruang keluarga rumah David.
"Rene?" ujar Alfa bingung. Rene berbalik menatap Alfa ikut bingung. David masuk dan menghampiri mereja berdua.
"Loh, Vid. Lo bilang orangtua lo keluar kota. Kok ada dia sekarang? Kalian berduaan di dalam rumah?" cecar Alfa heboh.
"Apaan sih? Ada mbok Nah, pak Sapri, sama sopir bokap gue noh yang baru mau balik," balas David.
"Nah, terus, kalau sopir bokap lo dah balik berarti kalian cuma berempat? Cowok dua, cewek dua. Dua pasangan di dalam rumah-"
"Heh!" bentak Rene memotong ucapan Alfa.
"Apa?" Tanya Alfa merasa tidak bersalah.
"Lo pikir kita pasangan apa? Pasangan mesum? Enak aja! Kita pacaran secara sehat tau!" Balas Rene kesal.
"Lah yang bilang lo berdua pasangan mesum siapa. Gue kan belum selese ngomong. Udah main srobot aja. Mau banget lo gue katain pasangan mesum sama David?" Balas Alfa menahan tawanya melihat wajah kesal Rene.
"ALFA!" Teriak Rene gemas.
"Kalian berdua stop!" ujar David akhirnya lelah. Rene dan Alfa langsung menutup mulut masing-maaing dan melihat ke arah David. "Duduk lo, nyet!" Lanjut David lagi menyuruh Alfa duduk.
"Sial! Muka ganteng gini dipanggil Monyet," gerutu Alfa.
Alfa berjalan dari arah tangga mendekati David yang sudah duduk di samping Rene. Ia memilih duduk di sofa lain yang cukup untuk tiga orang dan rebahan di atas sana. "Tamu nggak tau diri!" Celetuk Rene yang masih kesal.
David mengacak rambut Rene pelan, sementara Alfa hanya melirik Rene. Alfa diam menatap langit-langit rumah David sambil mendengarkan percakapan David dan Rene. Ah, iya, ia teringat.
"Hai, love birds. Boleh gue curhat sebentar?" Tanya Alfa mengubah posisi menjadi tengkurap agar dapat melihat ke arah mereka.
"Curhat apa?" Saut Rene masih sedikit kesal. Alfa kembali berbaring menatap langit-langit rumah David.
"Eshale," jawab Alfa yang membuat kedua sejoli tadi saling pandang.
"Kita dengerin," ucap Rene dan David kompak. Alfa tersenyum kecil sedikit iri.
Alfa diam bingung harus memulai darimana. Banyak yang ingin ia ceritakan. Alfa menarik nafasnya panjang lalu mulai bercerita panjanv lebar. Semua keluh kesah ia curahkan kepada kedua sejoli itu. Dari wajahnya yang sedih, bingung, senang, dan entah apa lagi.
Rene dan David dengan setia mendengarkan semua ucaoan yang didengarkan Alfa. Jika seperti ini, terlihat sangat jelas bahwa Alfa benar-benar mencintai Eshale.
"Gue cuman takut. Takut kalau dia berpaling ke cowok lain. Yah, walaupun disini gue nggak boleh egois. Tapi gue nggak bisa munafik kalau pingin Eshale cuman buat gue," ujar Alfa.
David diam berpikir, Rene menggigit bibirnya bingung harus bilang apa. Ia takut apa yang akan ia katakan malah membawa dampak buruk dan ia tidak mau jika dianggap mengadu domba Eshale dan Alfa, tapi jika Alfa tidak diberitahu-
"Fa, sebenarnya...... Nggak jadi, deh." David mengerutkan dahinya menatap Rene penasaran.
"Kamu mau ngomong apa?" .
"Eeem, ini tentang Eshale. Dia ngomong sama aku." Lalu Rene membisikkan sesuatu pada David, meminta pertimbangan kekasihnya, sebaiknya ia menceritakan pada Alfa atau tidak.
"Kasih tau aja. Tapi, jangan sebut nama," jawab David juga berbisik.
"Malah ngegibah lo berdua," seru Alfa kesal karena dua orang di hadapannya malah saling berbisik.
"Bawel lu kayak cewek," balas David. Alfa hanya mencebikkan bibirnya membalas ucapan David dan menarik celana Rene agar perhatian gadis itu beralih padanya.
"Eshale curhat apa?" Tanya Alfa penasaran.
"Well, dia emang pernah bilang kalau dia naksir cowok. Baru naksir, oke? Belum tentu dia tertarik buat jadiin dia cowoknya," sela Rene sebelum Alfa berhasil membuka mulut. "Eshale bilang, cowok yang satu ini romantis dan yah, gitu deh, pokoknya sesuai tipe dia katanya," lanjut Rene tidak bisa berkata apa-apa karena melihat wajah Alfa yang berubah.
Suasana di runah David berubah menyedihkan. Rene menundukkan tidak tega menatap ke arah Alfa. Alfa sendiri menunduk kepikiran ucapan Rene. Walau belum pasti, dan tidak seharusnya ia percaya begitu mudah, tapi masih ada kemungkinan bukan?
Melihat kedua orang di depannya yang tampak tidak ada yang akan membuka suara, David akhirnya menghela nafasnya lalu menepuk pundak Alfa.
"Coba lo sedikit berubah. Jangan jahil-jahil, Fa. Lo tau sendiri Eshale kesel lo jahilin terus. Coba lo lakuin sesuatu yang kemungkinannya Eshale suka. Don't give up, bro. Lo udah lama sama dia, masa iya bubar gitu aja cuman gara-gara satu figuran doang," ujar David menyemangati. Alfa tersenyum balik menepuk bahu David. Alfa menarik rambut Rene lebih dahulu sebelum pamit pulang.
Alfa menaiki motornya dan melaju pergi dari rumah David. Di sepanjang perjalanan ia memikirkan ucapan David. Ia juga memikirkan cara untuk menyenangkan hati Eshale.
~~~~~~~~~
KAMU SEDANG MEMBACA
BAPER [END]
Teen FictionKetika hubungan menghadapi sebuah ujian dimana hati ingin beralih.. Ketika kebiasaan menimbulkan perasaan.. Dan ketika kesibukan dijadikan alasan... Saat itulah kita tahu, seberapa kuat cinta kita.. Cakra yang sudah memilik Salsa, dan Eshale yang su...