- 11 -

123 25 31
                                    

Hari H semakin dekat. Para panitia semakin sibuk mengurusi tanggung jawab mereka masing-masing. Eshale dan Cakra juga semakin dekat seiring sering bertemunya mereka. Cakra yang menurut Eshale merupakan tipe pacar yang perfect dan Eshale yang menurut Cakra tipe cewek yang akan selalu menghargai apa yang dilakukan sesorang untuknya membuat mereka berdua merasa cocok dan memilih menjalankan tugas bersama. Seperti saat ini, mereka sedang berada pada salah satu SMA untuk menemui ketua ekskur band disana dengan niatan mengundang band dari sekolah itu untuk tampil di acara sekolahnya.  

"Gue nggak bisa ngasih keputusan sepihak dulu hari ini. Kalau dari guenya sendiri ya, ok-ok aja. Band kita juga lagi gak ada kegiatan sama sekali, hitung-hitung biar ada kegiatanlah. Tapi gak tau lagi kalau personil lainnya mungkin ada kegiatan sendiri. Biar nanti gue omongin dulu ama mereka, masalah ngabarin gampanglah gue ada kontak Cakra kok. Ntar gue ngehubungin lewat dia aja." Eshale mengangguk paham. 

"Yaudah, kalau gitu kita berdua balik dulu. Thanks, ya bro. Gue tunggu kabar dari lo." Si ketua band tadi mengangguk dan salaman dengan Cakra dan juga Eshale. Sampai di parkiran, perut Eshale berbunyi karena memang dia baru sarapan saja hari ini. 

"Laper?" Tanya Cakra. Eshale merasa ke gap sedang memegangi perutnya menampakan cengirannya.  

"Heheh, iya nih, kak. Baru sarapan doang tadi pagi," jawab Eshale. 

"Yaudah, kita makan dulu baru balik ke sekolah," ujar Cakra mengusap kepala Eshale pelan. Eshale mengangguk sambil tersenyum senang. 

Mereka berhenti di salah satu tempat makan. Eshale yang memang sudah kelaparan langsung memanggil pelayan dan memesan beberapa makanan. Sementara Cakra langsung asik dengan ponselnya setelah memesan makanan. Merasa tidak ada yang harus dibicarakan, Eshale ikut berkutan dengan ponselnya. Ia mengecek chatnya dengan Alfa yang belum dibalas dari semalam. Dan benar saja, sampai saat ini pun belum Alfa balas-balas juga. Eshale mendengus kesal dan kembali mengirimi Alfa pesan bersamaan dengan Cakra yang menghela nafas berat. 

"Kenapa, kak?" Tanya Eshale. 

"Lo sendiri kenapa?" balik tanya Cakra. 

"Oh, ini. Biasa dikabarin malah gak dibales," jawab Eshale malas. 

"Lo duluan yang ngechat dia?" Tanya Cakra. Eshale mengangguk. 

"Mending cowok lo dong dari pada gue. Cewek gue tipe cewek yang cuek, dan prinsipnya kalau dalam masalah percintaan dia gak bakal mulai kalau bukan cowok yang mulai duluan. Nah, udah gue turutin. Tapi balik ke sifat awalnya dia, cuek. Guenya malah yang dicuekin." Eshale terkekeh.  

"Ya, yang sabar dong, kak. Demi pacar, heheh." Cakra berdecak menatap Eshale yang mengejeknya. 

"Kayak lo enggak aja. Barusan lo duluan yang ngeluh," balas Cakra. 

"Iya ih, si Alfa. Kalau ada butuhnya baru ngechat. Kalau nggak ada ya nggak bakal chating kalau bukan gue duluan yang mulai," gerutu Eshale yang teringat Alfa yang tidak kunjung membalas pesannya. Cakra terkekeh menggelengkan kepalanya kecil. 

"Kayaknya nasib kita sama," ujar Cakra. Eshale mendengus kesal sambil mengangguk.  

Pesanan datang dan mereka mulai makan sambil terus mengobrol sambil sesekali bercanda. Cakra menatap Eshale yang tertawa kecil merasa kalau dirinya mulai menyukai gadis di depannya ini. Sedangkan Eshale bersama dengan Cakra akhirnya ia bisa merasakan situasi bersama seorang pria yang ia angan-angankan. 

"Udah kenyang nih, kak. Balik ke sekolah yuk!" Ajak Eshale. 

"Yaudah, yuk!" ujar Cakra. Mereka kembali masuk ke mobil Cakra dan pergi menuju sekolah. Sampai di parkiran sekolah, Eshale merapikan rambutnya sebentar sebelum pamit untuk pergi ke kelasnya. 

Alfa yang sedang bermain basket dan tidak sengaja melihat ke arah parkiran mobil melihat seorang siswi yang ia yakin itu Eshale dari perawakannya turun dari mobil dengan dibukakan pintu oleh seorang pria yang tidak dapat ia lihat jelas wajahnya. Dan benar, ternyata itu Eshale ketika Eshale berjalan mendekat ke arah kelasnya yang berada di depan lapangan basket. 

"Shal!" Panggil Alfa. Eshale yang kesal karena pesannya tadi tidak dibalas mendengus kesal dan membalas sapaan Alfa malas. 

"Hei!" balas Eshale.

"Lo dari mana aja dari tadi pagi? Kok gak ada di kelas? Terus lo abis darimana ama itu cowok? Dia siapa?" cecar Alfa membuat Eshale yang sudah sangat lelah bepergian dari pagi belum kegiatannya selama semingguan ini semakin lelah mendengar pertanyaan Alfa. 

"Sok-sokan nanya. Lo yang dari tadi malem dicariin kemana aja?" Balas Eshale kesal.

"Lah, kan, udah gue read," ujar Alfa.

"Ya, terus? Gak lo bales gitu? Cuek banget sih, udah diperhatiin juga," ujar Eshale tak mau kalah.

"Bukan gitu. Maksud gue, gue mau ngomong langsung aja ke lonya gitu," balas Alfa.

"Tapikan seenggaknya bales kek sekata-dua kata gitu," ujar Eshale yang masih kesal.

"Ya, maaf. Guekan gak ngerti lo maunya gitu." Eshale mendengus kesal dan berbalik.

"Lo mah dari dulu gak pernah ngerti," ujarnya sambil berjalan ke arah kelas. Alfa menggaruk tengkuknya yang tidak gatal kebingungan.

"Kan lebih enak langsung ketemu maksud guenya. Cewek emang ribet," gumam Alfa menggrlengkan kepala lalu berbalik pergi.

Eshale sudah berada di depan kelasnya. Ia berbalik mendapati Alfa yang tidak kunjung memanggilnya. Mendapati Alfa yang juga berjalan menjauh membuat Eshale semakin sebal. Ia menghentakkan kakinya sambil mencebik. "Dasar cowok nggak peka!"

~~~~~~~~

Bab ini segini dulu ya. Ketemu lagi di chapter selanjutnya. Dah

BAPER [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang