Eshale masuk sekolah lagi hari ini. Berbeda jika kemaren ia tampak lesu, hari ini Eshale sudah kembali seperti dulu. Eshale yang bawel dan tidak bisa diam. Teman-teman Eshale juga ikut senang, karena sebenarnya tidak ada yang bikin suasana berisik selain Eshale.
Jam sekolah telah usai. Sebenarnya, Alfa mengajaknya pulang bersana hari ini, mengingat hubungannya telah membaik walaupun mereka belum tahu status mereka apa, yang pasti Eshale senang karena ia sudah ada lagi untuk Alfa. Tapi Eshale sengaja meminta untuk bertemu dengan Cakra terlebih dulu dan beralasan pada Alfa ada urusan yang harus diselesaikan.
Ia tidak sepenuhnya bohong karena memang benar ia ada urusan atau lebih tepatnya urusan mengenai hubungannya dengan Cakra. Eshale segera pergi ke kantin menemui Cakra yang sudah menunggunya di sana. Cakra sendiri sudah tidak ambil pusing mengenai sikap Eshale kemarin-kemarin. Ia lebih ingin mengungkapkan perasaannya yang sebenarnya.
"Halo, kak," sapa Eshale yang terlihat senang. Cakra menjadi merasa bersalah dengan gadis ini. Melihat Eshale yang terlihat senang bertemu dengannya. Padahal jika dari sudut pandang Eshale, bukan itu yang membuatnya senang.
"Aku mau ngomong," ujar mereka bersamaan.
"Aku duluan, ya? Ladies first," ujar Eshale. Cakra mengangguk mempersilahkan.
"Aku minta maaf kemarin tiba-tiba nyebelinnya kebangetan. Ngilang gitu aja lagi waktu keluar bareng. Aku juga baru ngaktifin HP kemaren dan pesan sama telfon kakak-" Eshale menggigit lidahnya tidak enak. Cakra mengangguk dan meminta Eshale untuk meneruskan.
"Jadi sebenarnya tiga hari yang lalu kakak aku meninggal." Cakra menatap Eshale terkejut. Eshale menghela nafasnya. "Pas waktu kita jalan, kakak aku kecelakaan. Inget aku nerima telfon? Itu aku dikabarin. Aku nggak bisa mikir apa-apa selain mikirin kondisi kak Ethan. Jadi aku langsung pergi gitu aja. Dan maaf juga buat bunganya. Bunganya sempat aku buang," jelas Eshale meminta maaf.
"Buang?" Celetuk Cakra tidak percaya. Eshale menggigit bagian dalam mulutnya gelagapan bukan begitu maksudnya. Cakra sendiri sebenarnya tidak mempermasalahkan hanya saja baru kali ini ia memberi bunga dan malah dibuang.
"Eh, bu-bukan gitu maksudnya. Maksudnya wak-waktu itu aku kayak kesel sama semua orang termasuk aku sendiri. Gak aku buang kok, kak. Masih ada di kamar cuman waktu itu sempat aku lempar gitu," jelas Eshale takut. Cakra terkekeh lalu menggelengkan kepalanya.
"Nggak masalah kali, Shal kalau di buang sekalipun. Cuma ini, kakakmu meninggal dan aku nggak tahu apa-apa?" Eahale meringis mengusap leher belakangnya.
"Nggak tau juga, kak. Eh, tapi waktu itu kakak ke rumah kan? Nggak ada yang ngasih tau?" Cakra menggelengkan kepalanya. Eshale mengangguk-anggukkan kepalanya bingung.
"Yaudah, sekarang kakak mau ngomong apa?" Tanya Eshale memutuskan untuk mendengarkan ucapan Cakra sebelum ia mengucapkan masalah intinya.
Jantung Cakra terasa seperti baru berdetak kembali. "Uhm, sebenernya gini." Cakra bingung harus mengutarakannya bagimana. Melihat gadis ini yang seakan baru pulih dari keterpurukannya, Cakra malah akan menambah bebannya lagi. Tapi, jika ia meneruskan, sama saja ia menyakiti dan membohongi Eshale.
"Shal, sorry, sorry banget. Gue nggak bermaksud untuk bikin lo sedih lagi. Tapi kalau gue terusin, gue sama aja nyakitin lo."
"To the point, kak," pinta Eshale mendengar Cakra yang kembali menggunakan lo-gue pada dirinya.
"Kalau gue minta putus gimana?" Eshale mengangkat satu alisnya. Sementara Cakra berusaha menyiapkan mental takut-takut Eshale menangis, berbeda dengan Eshale yang tersenyum.
"Ya, nggak papa kita putus aja," jawab Eshale enteng. Cakra langsung mendongak. Saking terkejutnya, apa yang dilakukanya tadi membuat lehernya sakit. Eshale meringis melihat Cakra kesakitan.
"Lo ngomong apa barusan?" Tanya Cakra masih mengusap leher belakangnya.
"Nggak papa kalau kakak mau putus." Cakra melihat Eshale ngeri. Eshale terkekeh melihat ekspresi Cakra.
"Lo mau putus nggak sih dari gue sebenernya, kak? Gitu amat ekspresinya." Cakra diam. "Yah, sebenernya itu juga yang mau gue omongin," lanjut Eshale.
"Lo mau minta putus?" Tebak Cakra dan Eshale mengangguk.
"Iyap. Gue sadar kak kalau sebenernya selama ini gue cuma kagum sama lo. Apa yang ada di diri lo, nggak ada di diri cowok gue yang super jahil itu. Gue pingin punya cowok kayak lo, tapi yang gue pinginin itu dia yang bisa merlakuin gue kayak lo. Bukan lo ataupun orang lain. Gue juga sadar kalau gue cuma kebawa perasaan aja. Ya, mungkin ini juga karena intensitas ketemunya kita lebih sering gara-gara acara kemarin daripada gue ketemu sama dia. Dan sekarang gue juga sadar, gue nggak boleh memaksakan kehendak yang gue pinginin. Karena mungkin yang gue butuhin itu belum tentu yang jadi idaman gue." Cakra tersenyum mendengar penuturan panjang Eshale. Ia sangat setuju dengan perkataan Eshale.
"Sama. Gue juga ngerasa apa yang lo rasain. Dan sekarang gue sadar, kalau cewek yang super bawel kayak lo itu gak klop sama gue. Gue sukanya yang jutek-jutek aja." Eshale tersenyum bahagia, akhirnya selesai juga.
"Jadi kita sekarang temenan?" Cakra mengangguk.
"Ok, gue janji gue bakalan bantuin lo balikan sama cowok lo kemarin," ujar Cakra. Eshale langsung menggelengkan kepalanya tidak setuju.
"Nggak usah. Kalau kakak yang ikut ngomong sama dia urusannya makin panjang. Tapi kalau kakak butuh bantuan Eshale buat balikan, maksudnya bukan berarti ngomong ke cewek kakak kemarin, maksudnya kayak nyusun rencana atau dekor-dekor yang, yah, sesuai dengan tipe cewek kakak, Eshale bisa bantu." Cakra mengangguk-anggukkan kepalanya paham.
Masalah mereka telah usai. Eshale yang tidak sabar ingin segera sampai rumah, pamit duluan jika Cakra masih mau di sekolah. Namun, Cakra yang dari awal sudah mengajak Eshale pulang bareng tetap mengantarnya pulang. Itung-itung sebagai awal mula tanda persahabatan. Eshale tersenyum dan mengangguk mengikuti langkah Cakra.
~~~~~~~~
KAMU SEDANG MEMBACA
BAPER [END]
Teen FictionKetika hubungan menghadapi sebuah ujian dimana hati ingin beralih.. Ketika kebiasaan menimbulkan perasaan.. Dan ketika kesibukan dijadikan alasan... Saat itulah kita tahu, seberapa kuat cinta kita.. Cakra yang sudah memilik Salsa, dan Eshale yang su...