Tok tok
Eshale bangun dari tidurnya karena mendengar samar-samar ketukan pintu. Ia menyibak selimutnya lalu keluar dari kamar. Suasana rumahnya sangat sepi, Eshale heran siapa yang bertamu sepagi ini.
Tok tok
"Iya, sebentar!" Balas Eshale berteriak.
Eshale membuka pintu dan mendapati Cakra berdiri dengan cengirannya.
"Kak Cakra?" Cakra menggaruk belakang kepalanya masih dengan cengirannya. Sementara Eshale merengut merasa tidurnya terganggu.
"Masuk, deh," ujar Eshale akhirnya.
"Gak ikhlas banget lo kayaknya nyuruh gue masuknya," balas Cakra lalu duduk di sofa yang berbeda dengan Eshale.
"Ya, abisnya pagi-pagi banget ke rumah orang. Kan gue masih tidur, kak," gerutu Eshale menggaruk pipinya.
"Pagi gimana? Orang udah jam sepuluh juga." Eshale memicingkan matanya ke arah Cakra. Ia masuk ke dalam rumah dan hanya menemukan tukang kebun rumahnya.
"Mang, mbok kemana?" Tanya Eshale.
"Ke pasar, Non. Paling sebentar lagi udah pulang. Udah siang juga." Eshale berbalik melihat kondisi rumahnya yang sangat sepi.
"Mama sama Papa juga kemana, Mang?" Tanya Eshale lagi.
"Tuan nganterin Nyonya arisan, Non." Eshale mengangguk-anggukkan kepalanya lalu berbalik kembali menghampiri Cakra yang menunggu dirinya.
"Gimana? Masih jam lima pagikah?" Eshale meringis menggaruk belakang kepalanya.
"Ada apa, kak?" Tanya Eshale.
"Gue perlu bantuan lo."
~~~~~
Cakra menghela nafas panjang. Ia merapikan kembali pakaiannya. Seminggu setelah ia meminta pendapat dari Eshale, hari inilah dirinya akan kembali mencoba mencairkan hati Salsa.
Tak lama, sebuah mobil putih datang di depan restoran. Semua lampu langsung dimatikan. Sesuai dengan rencana, Beta akan mengajak Salsa ke restoran itu. Cakra tidak mengenal Beta. Eshale yang mengenalnya. Dan Eshale sebenarnya tidak tahu jika Cakra adalah kekasih sepupu pacarnya. Hal ini baru ia ketahui ketika ia meminta pendapat Rene yang secara tidak sengaja menyebutkan nama Salsa sehingga Beta menoleh.
Beta yang dari awal tidak tahu masalah Eshale dan Cakra, sempat marah kepada Eshale. Sebenarnya, bukan urusannya juga, sih. Tapi, kedua orang itu adalah keluarganya, walaupun Eshale sebenarnya juga tidak tahu. Namun, ketika melihat Eshale yang merasa bersalah dan siap membantu, akhirnya ia mau membantu mereka.
"Heh! Lo kok bawa gue ke restoran tutup, sih?" Beta tidak menghiraukan dan tetap masuk ke dalam restoran yang gelap itu. Mau tidak mau, Salsa mengikuti Beta.
Salsa merutuki keputusannya barusan. Restoran sangat gelap, ia tidak bisa mencari Beta jika dalam keadaan begini. Belum lagi, ketika ia masuk ke dalam pintu restoran tertutup otomatis. Itu tadi Beta asli apa setan nyamar jadi Beta ya, batin Salsa takut. Jujur, untuk hal-hal berbau mistis, sebisa mungkin Salsa akan menjauhinya.
"Bet! Beta! Beta, lo dimana?!" teriak Salsa melihat sekitarnya walaupun ia tahu hasilnya nihil karena keadaan restoran yang benar-benar gelap.
"Heh, Sial! Lo ngerjain gue, ya?! Beta, serius ih! Gue takut ini!"
Dan lampu langsung menyala. Hal pertama yang ia lihat adalah kolase dari foto-fotonya. Salsa hampir tidak menyadari jika semua itu foto-foto dirinya. Ada yang ketika saat dia masih bayi, anak-anak, namun yang paling banyak yaitu foto dirinya saat
Dalam kolase itu, ada foto bagian terang dan bagian gelap. Bagian terang seperti membentuk sebuah tulisan. Maaf.
Alis Salsa terangkat sebelah. Tiba-tiba, suara piano muncul. Salsa langsung membalikkan badannya, refleks.
I found the love for me
Darling just dive right in
Follow my lead
Well I found the girl
Beautiful and sweet
I never knew you were the someone waiting for meCakra mengalihkan pandangannya dari piano menatap Salsa. Tatapan penuh penyesalan sekaligus tatapn cinta.
Cause we were just kids when we fell in love
Not knowing what it was
I will not give you up this time
Darling, just kiss me slow, your heart is all I own
And in your eyes you're holding mineSalsa menggigit bibirnya, berusaha kerasa menahan air matanya yang hendak keluar. Cakra benar, sekaut apapun dirinya mengelak, nyatanya seluruh hatinya memang memilih Cakra.
Baby, I dancing in the dark with you between my arms
Barefoot on the grass, listening to our favorite song
When you said you look a mess, I whispered underneath my breath, but you heard it
Darling, you look perfect tonight.Dua kali Cakra menyanyikan lagu ini. Saat anniversary mereka yang ketiga dan saat ini. Cakra tidak berbohong di kedua kesempatan ini. Salsa memang terlihat sangat cantik. Hal ini juga terjadi karena Beta.
Beta tidak berkata jika ia mengajak Salsa ke restaurant, melainkan ke pesta temannya. Beta menyuruhnya untuk berdandan, siapa tahu dia akan bertemu pria yang dapat membantunya Move On. Maka dari itu Salsa sedikit berdandan.
Lagu selesai dimainkan. Cakra mengambil bucket bunga yang sedari tadi berada di atas piano lalu berjalan mendekati Salsa. "Lo ngapain sih pakek acara begini-beginian?! Kan udah gue bilang gue nggak bisa," semprot Salsa langsung. Air mata yang sedari tadi ia tahan, turun sudah membasahi pipinya.
"Seenggaknya kasih aku kesempatan kedua, Sal," mohon Cakra mengusap air mata di wajah Salsa.
Rene, David, dan Beta yang berada di dapur melihat ke arah mereka berdua sedih. Eshale yang sangat merasa bersalah, entah sudah sejak kapan memilih pergi dari sana.
"Lo tuh masalahnya nggak tau," geram Salsa.
"Makanya kasih tau aku, Sal," balas Cakra.
"Please!"
Salsa berdecak tidak suka.
"Ah, kalau gini kan aku jadi nggak bisa nolak," ujar Salsa akhirnya. Wajah Cakra berubah cerah. Mendengar Salsa kembali menggunakan aku-kamu, serta jawaban dari Salsa juga yang tak dapat menolaknya.
Cakra langsung memeluk Salsa erat. Semuanya tersenyum lega. Beta langsung memberi kode pada para pelayan untuk melanjutkan tugas mereka. Sementara mereka bertiga memilih pergi dari sana agar kedua sejoli itu bisa dapat menikmati kebersamaan mereka yang akhirnya kembali.
~~~~~~~~
KAMU SEDANG MEMBACA
BAPER [END]
Teen FictionKetika hubungan menghadapi sebuah ujian dimana hati ingin beralih.. Ketika kebiasaan menimbulkan perasaan.. Dan ketika kesibukan dijadikan alasan... Saat itulah kita tahu, seberapa kuat cinta kita.. Cakra yang sudah memilik Salsa, dan Eshale yang su...