19

7.2K 497 90
                                    

Kenanga menatap sedikit tajam pada Asoka, mendengar pertanyaan Asoka hatinya mendadak diliputi perasaan tak tentu.

Ada rasa takut yang sering muncul dihati ada gelisah yang tak dimengerti, dan itu membuat batin Kenanga jelas tak karuan.

"Gak haruskan kita nginep didaerah ini?" tanya Kenanga.

"Trus mau gimana? Cari taksi atau angkot? Naik ojek buat pulang, gak ada yang lewatkan? trus mobilnya gimana hmm? mau ditinggalin gitu aja disini" jawab Asoka.

Yang juga dengan beberapa pertanyaan, Asoka sendiri tak habis fikir kenapa ban mobil bisa kempes dan pas hujan pula, meski Asoka bilang cari penginapan tapi dirinya sendiri tak tau dimana letak penginapannya.

"Aarrggghh" desah kesal Kenanga sedikit terdengar menjawab pertanyaan Asoka.

Lalu melangkah masuk lagi kedalam tempat makan, terlihat berbicara dengan salah satu pelayan tempat makan itu, Asoka yang hendak mendekati tak jadi, karna Kenanga kini kembali melangkah kearahnya.

Tampak juga seorang yang tadi Kenanga ajak bicara, kini datang membawa sebuah payung yang langsung diberikannya pada Kenanga.

Setelahnya tanpa bicara apapun pada Asoka, begitu saja Kenanga melangkah dengan berteduh dbawah payung, Asoka jelas tak mau buang waktu melihat itu, karna langsung berlari kecil memburu Kenanga, dan ikut berteduh dibawah payung yang Kenanga pegang, tersenyum Asoka mendapati tatapan tajam Kenanga.

"Gak usah nempel gini, bisakan?" tanya Kenanga.

Melihat pada bahu Asoka yang jelas menempel pada bahunya, begitu dekat memang tak berjarak, tentu saja begitu namanya juga satu payung berdua.

"Kalau gak nempel ntar baju aku basah gimana? Kan gak punya baju ganti" jawab Asoka terlihat polos.

"Nyebelin" ucap Kenanga.

Lalu kembali melangkah, yang tentu saja diikuti Asoka dengan senyuman manisnya, tangan kanan Asoka kini merangkul bahu Kenanga, sedang tangan kirinya ikut memeganggi payung yang dipegang Kenanga, yang tentu saja membuat tangan Kenanga tergenggam dengan sendirinya oleh tangan Asoka.

Langkah Kenanga kembali terhenti karna ulah Asoka, dibuangnya nafas Kenanga dengan sebal, ntah sebal karna apa hanya Kenanga yang tau, karna dibalik raut kesal Kenanga ada debaran-debaran yang kian jelas menganggu lajunya detak dihati, yang seakan berlomba cepat dengan derasnya hujan.

"Kenapa lagi?" tanya Asoka sok polos.

Ntah tak mau menjawab atau karna apa, Kenanga hanya diam saja, tapi menarik tangannya dari gagang payung juga genggaman Asoka, lalu ntah dengan sadar atau tidak menelusupkan tangannya pada pinggang Asoka memeluknya lembut, lalu kembali melangkah membuat Asoka ikut melangkah.

Asoka yang sering dibuat bingung oleh sikap Kenanga yang semakin tak tertebak, terkadang begitu galak tak tersentuh, tapi terkadang bak lembut meluluh.

Hati dan tubuh Asoka terasa begitu hangat, meski hujan cukup deras sedang melanda, meski hanya berteduh dibawah payung saja, tapi pelukan satu tangan Kenanga dipinggannya seolah ampuh bak selimut yang menghagatkan.

Senyum Asoka tak henti terukir mengiringgi langkahnya, langkah yang tak Asoka tau akan kemana, sampai Kenanga menghentikan langkahnya tepat didepan bangunan 2 lantai yang bertuliskan Hotel Sinar, yang meski tertulis begitu tapi lebih mirip penginapan sederhana, melihat didaerah yang memang masih terbilang biasa saja.

Sekali lagi Asoka dibuat tak mengerti akan sikap Kenanga, yang tadinya terlihat jelas tak mau bermalam didaerah itu, kini malah sudah berdiri didepan hotel.

Cinta Setaman (GxG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang