15

6.4K 461 122
                                    


Mata kedua orang itu kini sama tak percayanya saling menatap dalam, hal yang tak pernah disangka-sangkanya kini kejadian. Sama kaget jelas tak bisa dielakkan.

"Widuri?" sebut tante Viola.

Pada wanita seumurannya yang masih jelas raut tak percayannya itu.

Tapi tante Duri justru membuang pandangannya kesembarang, seolah tak tahan atau tak bisa melawan tatapan wanita didepannya, sementara Asoka melihat kejadian didepannya dengan fikiran yang bertanya-tanya.

"Ada maksud apa anda datang kerumah saya?" tanya tante Duri.
Jelas pura-pura bersikap tenang, mencoba menekan rasa gugup tak percayanya yang sedari tadi terus menyeruak.

"Begini, teman saya bilang anda punya kebun bunga juga kios bunga, maksud saya kesini ingin mencari beberapa bunga untuk taman kecil dirumah" ucap tante Viola.

Mencoba mengikuti permainan tante Duri yang sok tenang, padahal dalamnya hati jelas tak karu-karuan.

"iya saya memang punya kebun bunga juga kios bunga kecil-kecilan" jawab tante Duri berpura biasa.

"Kalau begitu pas" ucap tante Viola.

Tersenyum penuh arti, yang sedari tadi tatapnya sengaja tak mau berpaling dari wanita didepannya.

"Asoka, kamu dari tadi atau?" tanya tante Duri yang baru menyadari lagi adanya Asoka.

Membuat tante Viola menatap Asoka seolah minta penjelasan.

"Gini tante-tanteku yang cantik biar aku jelaskan" ucap Asoka.

Menatap keduanya bergantian dengan sedikit cenggiran dibibirnya.

Lalu menjelaskan pada kedua tante didepannya, jikalau mereka memanglah sudah saling kenal, tadi Asoka berniat mengatakan itu pada tante Viola tapi tante Viola seolah tak memberinya kesempatan.

Keduanya mendengarkan penjelasan Asoka dengan sesekali saling lirik tak jelas, ntahlah kenapa dengan kedua orang itu.

Asoka sedikit menangkap gelagat aneh pada dua tante didepannya, tapi ntah apa maksudnya biarkan sajalah fikir Asoka.

Hingga seorang gadis datang dengan sepedanya, seorang gadis yang langsung membuat mata Asoka tak berkedip menatapnya.

Meski hanya dilewati saja tapi Asoka sudah merasa berbunga-bunga, ya begitulah Kenanga yang baru pulang dari kios bunganya.

Kenanga menyapa tante Duri juga tamunya, tapi tidak termasuk Asoka, karna meski matanya melirik Asoka tapi sengaja Kenanga abaikan.

Setelahnya begitu saja Kenanga langsung pamit untuk kedalam, Asoka yang tau tak mau tinggal diam, karna langsung pamit juga untuk mengikuti Kenanga.

jika tante Duri tampak biasa saja melihatnya, tapi sedikit berbeda dengan tante Viola yang jelas penasaran ingin tau dengan sikap Asoka yang seolah sudah akrab dengan Kenanga, meski didepan mungkin terlihat biasa, tapi dari tatap keduanya orang-orang tertentu akan bisa mengartikannya beda.

Keadaan terasa semakin canggung bagi keduanya kala Asoka menyusul Kenanga, tatapan keduanya antara saling gugup juga tersirat sesuatu.

"Kamu apa kabar?" tanya tante Viola mencoba tak diam.

"Baik, kamu sendiri?" jawab tante Duri juga bertanya.

"Seperti yang kamu lihat" jawab tante Viola.

Menatap lekat pada wanita seumuran dirinya didepannya itu, seolah ada mau yang sudah begitu lama tak dipertemu.

Sementara tante Duri sendiri nampak tak tenang, merasa tak tahan membalas tatap wanita didepannya, hingga matanya menatap kesana kemari tak jelas.
Hingga tarikan lembut dirasanya membuat tubuhnya sedikit terhuyung kaget, lalu menempel tepat didada wanita didepannya, dan setelahnya rengkuhan erat yang dirasanya dari kedua tangan yang melingkari tubuhnya.

Membuat jantung tante Duri sejenak terhenti, menahan nafasnya yang dirasa sulit dihembuskan, kala benar-benar merasakan hangatnya dekapan dari wanita yang baru ditemuinya lagi.

Tak berani berucap apapun, dibuat menjadi kelu dan tak tentu meski bukan hal yang baru, sementara tante Viola terlihat begitu meresapi pelukannya pada wanita yang kini tampak pasrah, meski belum juga terasa membalas dekapannya tapi bagi tante Viola tak mengapa, karena bisa begini lagi saja menurutnya suatu keajaiban yang amat membahagiakan.

***********

Sementara Asoka yang sengaja mengikuti Kenanga, kini jadi bingung sendiri mencari alasan.

"Heii" sapa Asoka.

Menjadi salah tingkah tak jelas, karena tatapan Kenanga yang sayu-sayu bak merayu.

"Ngapain?" tanya Kenanga.

Lalu bersandar didepan pintu kamarnya, lebih menatap Asoka dengan sengaja meski ada yang dirinya tutupi.

"Kangen" jawab Asoka lirih antara berani dan malu.

"Coba ulangi" pinta Kenanga.

Membuat Asoka menatap gugup, karna sejujurnya tak seberani itu lebih berterus terang, meski kadang lajunya rindu tak mampu dibelenggu.

Melangkah beberapa Asoka lebih mendekat pada Kenanga, yang sedang menatapnya nampak tenang.

"Kangen" ulang Asoka.

Dengan jelas, tak selirih tadi meski juga tak keras, tepat didepan Kenanga yang kini sedang berpura-pura tenang lebih tepatnya.

"Ulangi lagi" lagi pinta Kenanga ntah apa maksudnya.

Menatap tepat kemata Asoka, yang juga sedang menatapnya lembut tapi mendalam, selangkah lagi Asoka lebih mendekat tepat didepan Kenanga, bahkan hampir menyenggol tubuh Kenanga, seolah dipancing Asoka yang meski gugup tapi coba dilanjut mengikuti pancingan Kenanga.

"Kangen, aku...aku kangen kamu" ucap Asoka.

Kali ini terdengar sangat jelas, karena sengaja lebih mendekat pada Kenanga, bahkan wajah keduanya juga terlihat hampir tak ada jarak, karena hidung keduanyapun sempat saling bersenggolan, yang mampu membuat tubuh keduanya sedikit sama menegang, ditambah nafas keduanya yang seolah bergantian saling meremangkan.

Tatapan yang begitu dekat bener-benar hampir tak berjarak, karena tubuh Asoka kini sudah benar menempel pada tubuh Kenanga yang bersandar didepan pintu kamarnya, jantung yang saling berdebar bersahutan tak dipedulikannya lagi.

Bahkan rasa berani Asoka seolah semakin diuji, kala Kenanga nampak diam tak berkutik didepannya, hingga dengan lancangnya kini Asoka sedikit memiringkan kepalanya, memajukannya perlahan menuju apa yang ingin dirasanya.

Bibirnyapun sudah hampir sekali menyentuh bibir Kenanga, lebih dimajukannya lebih dekat sampai akhirnya tubuh Kenanga terdorong kebelakang seiring pintu kamarnya yang terbuka, yang seketika membuat bibir keduanya langsung jauh tak jadi bersentuh.

Tentu keduanya sama kagetnya, meski tak membuat Kenanga jatuh tapi Asoka yang ingin meraih tubuh Kenanga, langsung ditepis Kenanga.

"Gara-gara kamu nih" tuduh Kenanga jutek.

Jelas menutupi rasa gugupnya, ntah apa yang kini ada dihatinya ntah bersyukur ntah sebaliknya.

"Ko aku si, pintunya tu yang rese" jawab Asoka membela diri.

Merasa sedikit tak percaya pada dirinya sendiri yang hampir saja mencium Kenanga, dalam batin Asoka memaki pintu yang terbukanya begitu tak tepat waktu menurutnya.

"Iya pintunya yang rese, kaya kamu" ucap Kenanga.

Yang meski sengaja atau tidak jika tadi meremas gagang pintu terlalu kuat, begitupun dengan tubuhnya yang bersandar sebegitu tegangnya sedikit tertekan tubuh Asoka, yang justru membuat pintu terbuka, saat dirasa bibir Asoka sangat hampir menyentuh bibirnya, membuat jantungnya deg-degan dengan liarnya.

Ditatapnya lagi Kenanga yang kini jelas rautnya terlihat jutek menantang itu, dibiarkannya Kenanga menyamakannya dengan pintu, karena bagi Asoka apapun itu asal Kenanga yang mengatainya akan terdengar manis.

Akan lebih manis lagi jika hal tadi benar terjadi, bibir yang dikhayalan Asoka begitu manis meski tak jadi, bibir yang kini dipandangi lekat oleh Asoka, membuat pemiliknya kembali salah tingkah.

Seolah Asoka tak ingin siakan waktu yang setiap saat ditunggu-tunggu, tak bisa lagi ditahan keinginan yang makin hari makin sukar diredakan.............

TBC

Cinta Setaman (GxG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang