Part 9 TERGANTUNG

1.2K 22 0
                                    

Sub judul untuk part 9 ini adalah "tergantung", bukan maksudnya digantungin hubungannya sama gebetan ya guys ...

Tergantung .... ya jika dilihat-lihat dan dirasakan semua yang kita lakukan memang "tergantung", ya tergantung siapa yang menjalani dan merasakan. Akhir-akhir ini tersadar akan sesuatu yang sangat sangat penting bahwasannya bersyukur memang suatu kewajiban yang hakiki. Bahkan mensyukuri hal-hal kecil yang sebenarnya mungkin tidak kita sadari. Terkadang kita hanya terus-terusan memikirkan dan mengkhawatirkan hal-hal yang tidak kita punya atau hal-hal yang ada pada orang lain, seperti misalnya kita selalu memandang orang lain itu bahagia, punya segalanya bahkan yang kita inginkan. Mungkin sangat sering, bahkan terlalu sering kita berpikir seperti itu. Rasanya terkadang kita juga iri dengan apa yang dimiliki oleh orang lain dan merasa bahwa orang lain memiliki kehidupan lebih baik dari kita. Tapi semua itu kan kita hanya melihatnya saja tanpa mengalami apa yang orang lain alami. Sampai suatu ketika aku mendapatkan tamparan dari seorang teman. Saat itu kami sedang mengobrol tentang pekerjaan. Aku mengeluh betapa sulitnya mencari kerja dan mengatakan pada temanku yang sudah bekerja kira-kira seperti ini " Enak ya kerja jadi *sensor*, kerjanya santai, gampang lagi". Lalu temanku itu menjawab "Kata siapa enak? Aku kerja seperti ini banyak resikonya, banyak ruginya, berat. Kerja itu "sawang sinawang" (tergantung siapa yang memandang dan bagaimana cara memandangnya). 

Setelah itu, aku pun mulai tersadar .... terkadang kita memang terlalu mudah memandang kebahagiaan orang lain. Kita melihat kebahagiaan orang lain yang sebenarnya belum tentu mereka bahagia menjalaninya. Ada satu quotes yang selalu aku ingat, tapi lupa ciptaan siapa, kurang lebih isinya seperti ini "kebahagiaan itu ada di atas kepala kita, oleh karena itu kita tidak bisa melihatnya, tapi kita bisa melihat kebahagiaan orang lain". Ya, kata-kata itu menurutku benar sekali, kita terlalu sibuk melihat kebahagiaan orang lain, tapi kita tidak pernah menyadari kebahagiaan kita sendiri, padahal kita punya kebahagiaan kita sendiri. Kita terlalu sering menyibukkan diri dengan memandang kehidupan orang lain dan hanya terus berkomentar, oleh karena itu kita tidak pernah bersyukur dengan apa yang kita miliki. Padahal terkadang ketika kita "ingin" memiliki kehidupan seperti orang lain, di saat itu juga orang lain itu "ingin" memiliki kehidupan seperti kita. Yah, semua itu memang "tergantung", tergantung siapa yang merasakan, tergantung siapa yang memandang, dan tergantung siapa yang menjalani. 

Jika terus melihat pada kehidupan orang lain dan terus merutuki apa yang tidak kita punya, sampai kapanpun kita akan terus merasa kurang dan tidak mensyukuri apa yang kita miliki. Apa yang kita miliki, sekecil apapun walaupun bagi kita tidak bermakna atau berpengaruh apapun, harus kita syukuri. Dan hal-hal yang belum kita miliki, bukan berarti kita tidak bisa memilikinya, karena Allah menjawab doa kita dengan berbagai cara, maka sudah sepatutnya kita bersabar dan tak henti berdoa. 

"Terkadang ada hal-hal yang berjalan tak sesuai dengan rencana kita, itu bukan berarti takdir tidak berpihak pada kita. Percayalah mungkin ada sesuatu yang perlu terjadi dulu sebelum itu." (byrizaaidapalupi)

Semoga tulisan ini bermanfaat dan memotivasi banyak orang. Semua untaian kata ini tidak akan berguna atau merubah apapun, kecuali dimulai dari diri kalian sendiri. Keep fighting!!!

Titik TerendahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang