Part 14 KITA

891 14 0
                                    

Banyak hal yang aku takutkan darimu, tapi bukan masa lalumu. Karena aku selalu yakin manusia dapat berubah dan dia berhak untuk berubah. Aku tidak ingin menghakimi masa lalumu atau entah apapun kesalahanmu di masa lalu. Jujur aku tidak peduli itu, karena pada dasarnya aku hanya ingin melihatmu saat ini dan masa depan kelak. Bukan itu yang membuat aku ketakutan.

Aku justru takut, aku jatuh terlalu dalam pada perasaan yang tidak mungkin mudah untuk kau pertanggungjawabkan. Aku takut, di kala aku mulai bergantung padamu dan pada saat itu kamu lelah menopangku. Aku tidak sedikitpun meragukan segala perlakuan baikmu kepadaku, aku juga tidak pernah meragukan ketulusanmu, karena aku Cuma ingin melihat apa yang kamu tunjukkan padaku dan membuatku bahagia.

Aku senang berada di sampingmu, aku senang kamu hadir di hidupku, tapi di sisi lain banyak ragu yang aku sembunyikan. Meskipun aku selalu menciptakan ilusi untuk meyakinkan bahwa kamu yang terbaik, tapi pada akhirnya aku harus menyadarkan diriku bahwa itu hanya ilusi. Pada akhirnya, perasaanku memang salah, bagaimanapun seharusnya aku tidak boleh terlalu meyakinkan diri.

Aku selalu berusaha tidak meragukan apapun darimu dan aku ingin selalu mempercayai setiap perkataanmu, sekalipun mungkin apa yang kamu katakan semuanya bohong. Aku ingin selalu yakin bahwa aku ada di sebagian hatimu dan aku masuk daftar prioritasmu. Tapi, kali ini sepertinya aku harus kembali menyerah pada keadaan. Karena kembali lagi, meskipun aku telah menyiapkan hati akan segala resiko, sejujurnya aku belum siap.

Aku tidak ingin menghakimi bahwa mungkin tidak ada ketertarikan dirimu kepadaku, tapi sepertinya memang tidak ada. Aku menyadari bahwa kita saat ini berada di titik sepi masing-masing. Dimana kebetulan-kebetulan terus bermunculan dan menciptakan ilusi diantara kita dan seolah-olah kita saling menjatuhkan hati. Ini hanya rasa kesepian, hanya untuk memenuhi kebutuhan diantara kita, bukan rasa yang sesungguhnya. Ini bukan arah yang sebenarnya kita bisa tempuh bersama, kita hanya sedang berjalan bersama tanpa saling menatap, tanpa ada kata, dan tanpa saling menggenggam satu sama lain. Kita hanya berjalan bersama, bukan saling menggenggam dan saling bertatapan. Bukan. Ini hanya sebatas itu. Pasti akan ada saatnya kita saling memilih jalan masing-masing dan dengan mudahnya berpisah.

Sebelum terlalu dalam aku jatuh padamu. Bolehkah aku pamit mundur? Aku hanya takut, apa yang aku rasakan, apa yang aku berikan adalah hanya sebatas angin lalu bagimu, padahal aku sudah menyayangimu tanpa "tapi". Sederhana, aku cuma ingin "Kita" yang sebenarnya. Bukan hanya "Aku" dan "Kamu".

Titik TerendahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang