Kutulis ini sambil mendengarkan "Take Me On" by Saltnpaper. Entah kenapa lagu ini menyentuh banget ... :(
Mungkin jika kutulis dengan kata-kata tak akan cukup satu atau dua halaman, begitu banyak yang ingin aku katakan namun tak pernah sampai. Terlalu sulit mengungkapkan perasaan dengan ucapan, tapi mudah merangkai kata. Itulah salah satu alasan mengapa aku lebih senang mencurahkan perasaan dengan tulisan dan bisa merasa lega setelahnya.
Kata pertama teruntuk kalian yang begitu menyayangiku adalah "MAAF". Maaf, maaf dan maaf. Mungkin seribu kata maaf tak akan bisa menutupi rasa kecewa kalian padaku, terutama teruntuk kedua orang tuaku yang sudah begitu menyayangiku dan mengorbankan segalanya untukku. Ingin rasanya aku bersimpuh di hadapan kalian dan menangis sejadi-jadinya, tiada kata lain yang ingin aku sampaikan. Aku hanya ingin meminta maaf atas "keputusan" ini. Aku menyayangi kalian, aku ingin membuat kalian bahagia, tapi maaf mungkin caraku tidak mudah dimengerti oleh kalian.
Tanpa kalian mengatakannya, aku tahu raut kecewa itu .... aku tahu rasa sedih dan kecewa itu. Aku mungkin bukanlah anak yang berbakti, yang bisa menuruti semua permintaan kalian. Maaf, ijinkan aku sekali ini untuk memilih jalan hidupku, yang bahkan belum pasti. Aku tahu kekhawatiran kalian akan masa depanku, terkadang aku sendiri juga mengkhawatirkan itu. Tidak hanya khawatir, bahkan terkadang aku terlalu takut untuk menatap hari esok.
Aku bukanlah seperti orang lain. Itu bukan sebuah pembelaan, tapi aku tidak ingin disamakan dengan orang lain. Aku mempunyai prinsipku sendiri, punya impianku sendiri dan aku punya caraku sendiri, karena tidak akan pernah ada orang lain yang bisa mengerti kita lebih dari diri kita sendiri. Berulang kali aku menegaskan, aku menyayangi diriku sendiri karena dari situlah kita bisa mencintai orang lain. Aku merasa diriku berharga dan pantas untuk disayangi. Siapa lagi yang bisa menyayangi kita kalau tidak dimulai dari diri kita sendiri?
Bukan tanpa alasan aku mengambil keputusan besar ini. Inilah pertama kalinya aku mengambil sebuah keputusan besar untuk masa depanku. Mungkin keputusan ini adalah keputusan tersulit yang harus aku ambil, bahkan tidak sebulan atau dua bulan untuk memutuskan ini semua. Butuh berbagai pertimbangan, butuh pengorbanan dan butuh keikhlasan untuk keputusan ini.
Egois? Kerasa kepala? Ya, mungkin hampir semua orang akan berpikir seperti itu. Bodoh? Tidak bersyukur? Ya, mungkin semua anggapan itu akan aku terima. Tapi, setiap orang punya batas kemampuannya masing-masing. Mungkin hal tersebut terlihat mudah bagi orang lain, tapi tidak bagiku, begitupun sebaliknya. Ada beberapa part dalam kehidupan kita yang mungkin akan sulit kita lewati karena kita belum mampu. Itu kelemahan kita? Ya, itu sebuah kelemahan, semua orang memilikinya. Bisa diatasi? Ada yang bisa dan ada yang tidak bisa dipaksakan. Kenapa? Karena kembali lagi ada batas disana. Batas yang mungkin pencapaian sebesar itu adalah cukup bagi dirinya.
Bersambung Bagian 2 .......
KAMU SEDANG MEMBACA
Titik Terendah
AcakKetika kamu berada di titik terendah hidupmu, jangan ragu untuk terus berharap dan berdoa. Luangkan waktu untuk menumpahkan perasaanmu pada goresan pena.