Bab VII - pertanyaan mas yukki

86.9K 4.1K 20
                                    


icha pov

pagi sudah menjelang, aku terbangun dan melihat sekeliling ruangan, ruangan megah di hiasi ukiran kayu yang indah dan selimut putih yang hangat, aku dimana ini, aaa baru inget, kemarin aku sudah sah jadi nyonya yurisa sagara dan ini kamar kami, betapa nyaman dan indahnya.

aku berpaling ke arah mas yukki yang sedang lelap tidur,

"pagi mas, wajah ketika kamu tidur sangat damai" aku berkata dalam hati tanpa berani keluar suara.

aku takut dia terbangun karena sentuhan ku, aku takut dia marah dan menghina aku lagi. aku gak kuat setiap dia mengatakan aku wanita murahan dan caci makinya padaku.

entah lah aku merasa jantungku berdetak setiap kali dia menatap ku dengan mata indah nya, mata yang mengingatkan ku dengan seseorang di masa lalu ku yang kelam.

setelah mandi dan menggunakan jubah mandi, aku mengintip melalui pintu kamar mandi, "mudah2an dia blm bangun" lalu aku berjalan berjinjit menuju lemari baju kami.

aku membuka pintu lemari, aku melihat puluhan bahkan ratusan baju bermerek yang setau aku harganya satu bajunya bisa menghabiskan 1 bulan gaji ku.

"mungkin mami yang menyiapkan ini semua"kataku pelan sambil memilih gaun hijau selutut.

"baju ini bagus banget" ucapku lagi. mudah2an mas yukki suka dengan penampilan ku ini. aku kembali masuk ke kamar mandi untuk mengganti baju.

setelah mengganti baju, aku melihat mas yukki masih terlelap dan aku gak berani untuk membangunkannya.

"pagi menantu cantik mami" kata mami setelah dia melihat aku turun dari tangga.

"pagi mi, pagi davin sayang" kataku sambil berjalan ke ruang makan

"agi mi, papih ana mi" tanya jagoan ku.

"papih masih tidur sayang, kamu mam dulu ya" jawab ku lalu aku mengambil bubur ayam untuk davin dan mami.

"kamu gak makan sayang" tanya mami setelah menerima mangkok bubur.

"nanti saja mi, nunggu mas yukki bangun, kasian makan sendirian" jawab ku

"ih kamu mesra amat sama suaminya, mami jadi iri, ingin nikah lagi deh rasanya" mami lalu ketawa dan melanjutkan makan nya.

"maaf pi, mami iri aja kok, mami janji gak bakal nikah lagi" ucap mami setelah matanya melihat figura papi di atas lemari dekat meja makan.

aku tertawa melihat mertuaku mengoceh sejak dimulai sarapan sampai buburnya habis.

sudah 1 jam aku menunggu di meja makan, mas yukki belum juga turun. mungkin dia nunggu makanan diantar ke atas. aku pun menyiapkan bubur ayam dan membawa ke atas.

aku masuk ke kamar dan melihat mas yukki sudah duduk di atas sofa depan tv.

"sarapan dulu mas" tanyaku kemudian aku meletakkan baki diatas meja.

"kita harus bicara cha" mas yukki menoleh ku sekilas.

"bicara apa mas" jawabku

"ambil kursi dan duduk disana" katanya sambil menunjuk kursi meja rias ku.

"ada apa mas, aku ada salah sama mas?" tanyaku ketakutan.

"jawab dengan jujur, tujuan kamu mau menikah dengan mas apa?, demi harta, demi status atau kamu emang jatuh cinta sama mas?" tanya nya lagi.

lidahku kelu, seburuk itukah aku hingga dia menganggap aku menikah dengan nya hanya demi harta dan status.

"a..aku menikah demi davin mas, itu saja maa gak ada alasan lain" elak ku. aku menunduk tidak berani menatap wajahnya yang datar tanpa ekspresi.

"cuma itu saja?" tanya mas yukki lagi. "iya" jawab ku.

"oke sekarang bawa bubur itu ke bawah, aku malas makan, ingin tidur, kamu jgn ganggu dan kalo bisa ketika mandi dan tidur saja kamu masuk ke kamar ini, mengerti!!!" bentaknya kepada ku.

aku kaget, dia mengusirku.. apakah jawaban ku ada yg salah? kenapa dia marah?, aku pun membawa baki tadi kebawah.

ya sudahlah mungkin mas yukki emang lagi gak selera, besok aku akan coba memasak makanan buat mas yukki. tekad ku sudah bulat, aku akan membuat mas yukki menerima ku sebagai istrinya demi kebahagiaan davin.

yukki pov

aku tau dia berbohong, mungkin jawaban nya tadi itu benar tapi aku merasa dia menyembunyikan sesuatu, tapi apa? aku sangat marah ketika dia tidak jujur dan aku mengusirnya.

ketika aku mulai memejamkan mata, hp ku berbunyi "ya halo, kenapa catherine?" tanya ku kepada sekretaris baru ku dia cantik, sexy dan hot.

"iya besok saya ke kantor" jawab ku

..........

"malam ini? ke apartemen kamu?" tanyaku

............

"baiklah, tunggu aku" aku pun menutup hp dan bersiap menuju apartemen catherine.

aku turun dan melihat mami dan icha sedang memasak. "kemana mas?" icha melihat ku pakai baju jalan.

"mau tau aja, ini bukan urusan kamu, urus aja mami dan davin," jawab ku. aku masih kesal dengan ketidak jujuran nya.

"yukki kamu apa2an sih, kok gitu ngomong sama istri, diakan cuma nanya," bela mami

"udah deh mi jangan ceramah, aku telat" jawabku sambil berlalu keluar.

"mas aku dan davin ikut ya" tanyanya. "ngapain ikut? aku mau bersenang2 dengan teman ku, wanita dirumah aja" elak ku.

aku kan mw ke apartemen catherine ngapain dia mau ikut. ganggu aja.

"iya gpp aku di mobil aja mas, kasian davin dari tadi minta jalan keluar" jawab nya sambil mengendong davin. anak itu melirik ku dan tersenyum. aku luluh dan berkata "oke kamu dan davin ikut tapi di mobil saja, aku banyak urusan gak bisa bawa kalian turun" kataku sinis.

kemudian kami memasuki mobil dan berjalan menuju apartemen catherine.

sepanjang perjalanan kami diam membisu cuma suara davin yang memecah keheningan "pih tiyum davin" kata davin.

"davin mau papi cium? nanti ya sayang,  papi lagi bawa mobil nih jadi gak bisa cium" jawabku  ku

tiba2 davin menangis " hiks tiyum pi tiyum avin." rengek nya

"iya sayang nanti papi cium ya kalo udah sampai" jawabku lagi.

bukannya aku gak mau cium tapi ini di tol gimana mau berhenti, tangis davin makin keras, icha sibuk menenangkan sambil mencium davin "mommy udah cium davin kan, jadi diam  ya sayang, papi lagi bw mobil" bujuk icha ke davin.

"ga au di tiyum mommy, maunya papi" davin masih meraung.

icha melihat ku dengan mata sendunya...."mas aku mohon sekali ini" dia menatap dengan wajah ibanya

"aku bukan gak mau cha, tapi ini tol gimana mau berhenti" dia diam "iya ya aku kok lupa" katanya sambil memukul kepalanya

"nanti setelah tol ini ada restoran kita berhenti disana dan akan aku cium anak ku," kataku

tbc

1. Masa Lalu IstrikuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang