Limbus

3.6K 250 4
                                        

Latifa membuka matanya, meraba-raba tubuhnya. Memastikan apa dia benar-benar hidup atau sudah mati. Setelan blouse satin berwarna peach, dan midi skirt masih terlihat utuh. Tidak ada bekas darah di kepalanya, ataupun ditubuhnya.

Seingatnya, malam itu di jalan pahlawan, dia memang mengemudi mobilnya di arah yang berlawanan, hampir menabrak truk muatan peti kemas. Lalu membanting stir ke kiri, Yang pada akhirnya menabrak pohon besar dipinggir jalan bersama seorang pengendara motor sport.

Latifa melihat sekeliling, semuanya memang tampak aneh, tidak ada awan,langit maupun tanda-tanda kehidupan, seperti angin berhembus. Tiang-tiang kayu menghitam, tanah yang kering retak, hingga daun kering berserakan.

Sempat terbersit di fikiran latifa jika tempat ini adalah neraka. Tapi, pastinya neraka jauh lebih mengerikan daripada ruang waktu--tak berujung ini.

"Kau.. !!!" Tunjuk seorang pemuda yang mendekat ke arah latifa. Tak lain adalah sang pengemudi motor sport. Mengenakan jaket grey dengan celana katun hitam.

"gara-gara cara mengemudimu itu,aku menabrak mobilmu dan terlempar jauh, dan sekarang.. aku mati tragis bersama cewek sepertimu!"

Latifa hanya bergeming mendengar umpatan aland atas kekesalanya. Kedua tanganya meremas rambut dan tubuhnya terasa lemas

"Aku.. mati..??" Latifa berbicara lirih,lalu menangis "bagaimana dengan Ibu... emilia sayangku.."

Aland mendengus, bisa - bisanya gadis yang membuatnya mati tak menghiraukanya. Yang ada justru menangisi ibu dan saudaranya itu.

"Apa kamu sekarang menyesal,ha? Setelah melakukan ini semua padaku?"

Latifa menatap tajam mata aland dan berdiri,

"Dengar, aku tidak bermaksud untuk mati,apalagi bersamamu! Malam itu emosiku sedang kacau,ini semua karna--" Latifa memejamkan mata,menggigit bibir

"Aku putus dengan pacarku, Ryan"

Mendengar hal itu, alan tertawa heran, "whuaa!! Cewek yang sedang emosi di jalan memang mengerikan"

Latifa menunduk bersalah, aland masih terlihat kesal dengan latifa. Dia mengepalkan kedua telapak tangan dan berteriak,

"Aaaargh!!! Aku bahkan belum mewujudkan impianku sebagai pelukis"

Pertengkaran itu berhenti ketika mendengar langkah kaki dan gesekan kain yang menyapu tanah. Mendengar itu mereka berdua merasa takut. Latifa mencengkeram lengan aland, dan aland memegang tangan latifa.

Seseorang dengan hoodie cape yang menjuntai ke tanah menghampiri mereka. Tinggi seperti aland, tapi wajahnya putih pucat dan memiliki warna mata merah, terlalu menyeramkan untuk menjadi manusia, tapi terlalu tampan untuk menjadi setan.

"Kenapa kalian disini?"

"Ka-kami berdua kecelakaan dijalan, lalu entah kenapa kami di-disini?" Latifa menjawab terbata-bata. Tanganya gemetar, aland yang merasakanya menggenggam tangan sarah.

"Siapa kamu?" Tanya aland

"Dmitri.. malaikat kematian" dmitri menjawab dengan senyum liciknya.

"Dmitri..." latifa menggumam

"Dmitri.. dimana kami?" Aland merendahkan suaranya

"Limbus.. dunia antara kehidupan dan kematian. Dan kulihat.. mm.. kalian masih ingin tetap hidup" mata merah dmitri menjelajah dua manusia yang tidak rela akan kematianya.

"Iya!!" Latifa dan aland menjawab serentak.

"Cih.. semua orang mati,pasti ingin hidup kembali" kata dmitri

"Semua yang berada di limbus pasti akan menuju kematian"

"Tapi..." dmitri melanjutkan

"Aku akan membiarkan kalian berdua lolos di dalam limbus"

Aland dan latifa menghela nafas lega,akhirnya mereka berdua bisa kembali ke dunia.

"Hanya 40 hari waktu kalian. Jika waktu kalian habis, kalian akan berada di limbus lagi"

Latifa terbelalak,

"Dmitri.. apa kau mempermainankan kami!"

"Bukankah kalian yang ingin tetap hidup?" dmitri menjawab dengan geram, mendekati mereka berdua secepat kilat dan menatap tajam.

"Latifa... Aland... kembalilah, Takdir yang akan mempertemukan kalian"

Dmitri menunjuk mereka berdua,lalu mementikkan jarinya, dan wuss.. aland bersama latifa menghilang di depanya.

Seseorang datang dari belakang dmitri, membuka hoodie cape hitamnya. Dia lebih pendek dari dmitri, dan menundukkan kepalanya semacam menghormatinya.

"Dmitri.. bukankah ini memang waktunya dia mati?"

Dmitri melirik matanya ke arah temanya itu,

"Ya.. aku hanya ingin membiarkan mereka lolos sejenak di limbus ini"

"Ini adalah belas kasihanmu sejak 3000 tahun terakhir,dmitri"

Dmitri membalikkan badan, berjalan melewati temanya yang masih heran dengan keputusan langka-nya.

----------------------------------

Author note :

Jadi, tempat limbus ini terinspirasi dari game Limbo. bagi kalian yang pernah memainkanya, ini adalah game yang bawaanya bikin banting hape pas maininya, kkkk~~~

Love after die [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang