part. 34

1.3K 91 0
                                    

Latifa membuka pintu rumah aland, dan mendapati sebuah buku berserakan dan berbagai perlengkapan melukis. Latifa merapikan semua buku aland dan membersihkanya.

Dia kemudian mendapati aland sedang tidur terlelap dengan memakai sepatu running miliknya. Latifa menghela nafas. Dia berfikir bahwa aland lembur semalaman untuk mempersiapkan acara penyuluhanya.

Dia lalu melepas sepatu aland dan menyelimuti tubuhnya. Aland menyadari kehadiran latifa, kemudian menarik tanganya hingga latifa terjatuh di tempat tidur.

"Butuh endorfin" kata aland. Kemudian dia merebahkan badan latifa di atas kasur dan memeluknya.

"Endorfin katamu.." gumam latifa

"Hmm.." aland mengangguk. Kemudian mendekatkan wajahnya ke bahu latifa. "Kamu datang di saat yang tepat"

"Abis lembur?" Tanya latifa.

"Yah.. begitulah. Aku habis mengunjungi sangatta. Besok adalah acaranya. Jadi kami bekerja keras sampai pagi. Mereka.. sangat-sangat memprihatinkan"

Latifa membalikkan badanya menghadap aland.

"Kamu adalah dokter terbaik land. Semoga acara besok sukses." Kata latifah sambil membelai pipi aland.

"Thanks,.."

aland meraih tangan latifa, kemudian mencium bibir latifa penuh-penuh. Latifa mendorong sedikit tubuh aland yang kini sudah berada diatasnya.

"Ayolah.. ini masih pagi.." kata latifa menolak halus.

Aland menyeringai, "kamu pernah denger nggak? Kalo bangunin cowok pagi-pagi itu berbahaya"

Latifa mengernyitkan dahi. Menatap aland penuh tanya.

"Kok bisa? Aku baru tahu. Tapi ya.. aku sama ryan nggak per--"

Belum selesai menyelesaikan bicaranya, aland menempelkan telunjuknya di bibir latifa.

"Hanya ada kita disini. Aku dan kamu. Jangan bicarakan orang selain kita"

Latifa mengalihkan pembicaraan "Jadi kamu.. pengen endorfinmu.. atau apalah.. bikin kamu senang pagi ini"

Kemudian aland menyeringai, "Nice..."

Latifa lalu mencengkeram kedua bahu aland dan membantingnya kesamping. Kini mereka bertukar posisi. Latifa duduk tepat diatas pinggang aland yang berbaring.

Aland terkekeh heran, dia tidak menyangka apa yang dilakukan latifa.

"Whuaaa... apa ini.. kamu nggak hanya bikin aku tenang. Tapi juga.. kacau" aland menggenggam tangan latifa. Dan menempelkanya di dada.

"Latifa.. kau tau. Kau selalu melakukan sesuatu yang tidak terduga. Bahkan sekarang."

"Benarkah?" Tanya latifa.. di menelusupkan tanganyadi balik kaos aland. Dan perlahan menaikkan tanganya bersamaan dengan pakaian aland.

"Dan aku.. suka" sahut aland. Dia meraih tengkuk latifa dan menciumnya.

******

"Hei kamu.." kata aland sambil mendekap tubuh latifa yang hanyut di dadanya.

Dia menutup badan latifa yang terbuka dengan selimut.

"Ck.. kenapa kamu selalu memanggilku seperti itu. Aku punya nama tau" latifah berdecak jengkel.

"Hehe.." goda aland.

"Aland.." panggil latifa

"Hmm.."

"Kau tau, irama paling indah adalah detak jantungmu. Dan nafas paling menenangkan adalah nafasmu." Kata latifa. Membuat aland tersipu malu.

"Latifa.. aku ingin menanyakan suatu hal kepadamu"

"Apa?" Tanya latifa mendongak menatap aland.

Aland menatap serius wajah latifah.

"Bagaimana jika nantinya salah satu diantara kita akan mati? Aku.. atau kamu"

Latifa tampak kecewa, dia mengerutkan alisnya.

"Bukankah kita masih punya mustika itu? Setidaknya kita punya harapan"

Aland terdiam sejenak. Dia berfikir jika selama ini dia tidak memberi tahu tiga syarat yang diajukan pak tedjo. Karena aland menganggap itu tidak perlu.

Karena dia ingin terus tetap hidup mencapai tujuanya, setidaknya dia selalu menyimpan keduanya.

"Bukankah kamu yang bilang.. kita akan selalu bersama?" Tanya latifa. Membuat aland terpaksa tersenyum.

Love after die [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang