Part.37

1.3K 92 0
                                    

"Kenapa kamu sangat bersemangat sekali mengajakku kembali ke london, nindy?"

"Ayolah, prof. Philips bahkan merekomendasikan beasiswa untukmu land. Beliau ingin kamu kembali kesana" pinta nindy, kali ini dia tampak serius.

"Aku nggak akan kembali jadi dokter lagi"

Mata nindy melebar, dia terkejut mendengar keputusan aland. Setahunya, aland adalah dokter muda paling cerdas yang ia kenal.

"Kenapa? Prestasimu udah diakui dimanapun land"

"Kenapa aku harus memberitahumu,nindy? Ini keputusanku. Dan aku yang menjalaninya" jawab aland jengkel.

"Karena kamu dokter berbakat yang aku kenal"

Aland tersenyum kecut. Dia tak habis pikir bagaimana nindy menilainya. "Berbakat? Tau apa kamu tentangku?"

Nindy diam membisu. Tak ada yang salah dari ucapan aland. Selama ini dia hanya mengagumi aland, tapi tak benar-benar mengenalnya

"Apa itu karena kamu akan menikahi seorang seniman?" Potong nindy, membuat aland menatap tajam nindy.

"Apa maksudmu?"

"Kamu.. ingin menjadi pelukis kan?" Kata nindy.

"Prof. Philip mempunyai teman seorang seniman hebat di london. Kamu bisa terus menjadi dokter dan mengembangkan lukisanmu land"

"Nindy,kau--"

aland tampak murka, sebelum sempat menyelesaikan amarahnya, anggra datang dengan menepuk bahu kedua rekanya itu.

"Hei-hei.. ayolah.. kita di sini untuk penyuluhan"

Aland menepis tangan anggra, dia menunjuk tanganya ke arah nindy. "Salahkan dia yang merusak suasana"

Aland lalu beranjak pergi,

"Kamu kemana?!" Tanya anggra.

"Bagianku udah selesai kan?" Aland mengalihkan tubuhnya, dan menjauh sambil melambaikan tanganya

***********

Aland menghela nafas panjang, akhirnya dia menemukan sebuah tempat sepi yang jauh dari keramaian. Dia tak habis pikir, surya menyuruh seseorang untuk membujuknya kembali ke london untuk tetap mempertahankan profesinya.

Aland lalu mengeluarkan mustikanya, melihat bola hitam sempurna itu utuh di genggamanya.

"Kenapa kamu sangat sensitif sekali kalau mereka membicarakan tentang 'wanitamu' "

Daeh duduk disebelah aland, aland hanya menoleh ke arah daeh lalu menatap kembali mustikanya itu sambil menghela nafas panjang.

"Dan kenapa kamu selalu muncul ketika aku sedang melihat mustika ini?"  Aland bertanya balik. Kali ini dia sudah merasa terbiasa dengan kehadiran daeh yang selalu tiba-tiba.

"Ayolah.. aku heran kenapa mereka mempercayai itu" tatap daeh pada mustika itu.

"Karena mereka ingin hidup" sahut aland.

"Kehidupan dan kematian adalah takdir yang berjalan beriringan" jawab daeh santai.

"Lalu?" Tatap aland pada mata daeh yang berwarna merah darah

"Kamu hanya harus menerima takdirmu"

"Bukankah manusia bisa mengubah takdir?"

"Kamu benar.. dan takdirmu sudah berubah"

"Belum.. takdirku akan berubah jika aku terus hidup"

Daeh berdecak sambil menggelengkan kepalanya. Dia menghilang disamping aland dan seketika berdiri di hadapanya.

"Itulah kenapa aku membenci manusia, dia benar-benar egois" mata merah daeh semakin menyala. Dia mendekatkan wajahnya kepada aland

"Aku ingin terus hidup" jawab aland mantap

"Mesikpun dia memiliki jiwa yang lain?" Tanya daeh.

"Apa maksudmu?" Aland mengerutkan alisnya.

"Renungkanlah.." kata daeh. Dia lalu mengilang bersamaan jatuhnya sehelai daun ke tanah

Love after die [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang