Part. 26

1.5K 106 1
                                    

Daeh tertawa sinis sambil memegang dagunya yang runcing. Dia melihat aland memunguti bola mustika itu seperti memunguti nyawanya.

"Kamu kira itu bisa membuatmu lolos dari maut" dalam sekejap daeh mencondongkan badanya dan mendekatkan wajahnya di depan aland hingga berjarak lima senti. Hingga membuat aland berteriak dan begidik melihat mata merahnya.

"B-bagai..mana..k-kamu bisa tau" jawab aland gugup

Daeh melepaskan pandanganya, dia lalu duduk disamping aland sambil melipat tanganya.

"Eeee.. bukanya aku sudah bilang dari awal. Aku malikat mautmu" kata daeh santai. Suaranya tampak menggema di kamar aland. Tapi hanya dia yang mendengarnya.

Degup jantung aland semakin rak terkendali. Dia menghadapi mautnya saat ini. Aland menggenggam erat dua mustika itu dan berharap itu bisa menyelamatkanya. Daeh hanya melihat tangan aland yang menggenggam erat.

"Aku mengetahui apapun tentang jiwa yang akan kuambil." Lanjut daeh

"Malaikat mautku.. jangan bilang kalau sebenarnya aku.." kata aland ragu.

"Benar. Kau yang seharusnya mati malam itu. Kau pasti menyadarinya kan" pertegas daeh.

Dada aland terasa sesak dan sakit. Entah kenapa dia pernah merasakan itu sebelumnya.

"Jangan mendekat.." aland mundur sambil meremas dadanya yang bertambah nyeri.

Daeh berdiri melihat aland yang duduk merasakan sakitnya.

"Tidak... tenang saja jiwaku. Meskipun kau benar-benar percaya dengan mustika itu. Tapi ingat satu hal, cepat atau lambat aku akan menjemputmu"

Daeh melirik pintu, kemudian menghilang bersamaan dengan masuknya martha. Dia terkejut melihat aland kesakitan.

"Aland!!" Teriak martha sambil menghampiri aland.

Martha lalu membantu aland berdiri dan membaringkanya di tempat tidur. Dia lalu mengambil stetoskop dan memeriksa aland. Martha lalu mengambil foto x-ray aland seelah kecelakaan.

"Padahal mama sudah melarangmu pergi setelah pulang ke rumah sakit" kata martha menyesal.

"Sekarang.. ayo pergi ke rumah sakit" kata martha sambil membantu aland.

Mereka berdua lalu pergi ke rumah sakit. Surya tampak kesal, namun perasaan itu seketika berubah ketika melihat anak satu-satunya sakit.

Sesampainya dirumah sakit, aland melakukan pemeriksaan ulang dan melakukan foto x-ray. Anggra yang menangani aland sejak kejadian tampak kaget melihat perubahan foto sinar-x miliknya yang menunjukkan tulang rusuknya tampak sedikit bergeser

"Kau harusnya beristirahat,land. saat itu kaki dan tulang rusukmu retak. kami lebih mementingkan operasi kakimu terlebih dahulu. dan menyarankan agar tidak banyak aktifitas setelah keluar dari rumah sakit." kata anggra sambil menunjukkan foto x-ray aland di depan viewer.

surya tampak kecewa, dia mengusap wajahnya sambil menghela nafas sesal.

"apa papa bilang.. kamu nggak usah ikutan acara pameran seni lukis atau apalah. lebih baik kamu membuka praktekmu sendiri saja dan duduk manis disana" kata surya sambil meyakinkan aland. martha menatap tajam surya. dia memberi isyarat ini bukan saat yang tepat untuk membujuk aland.

"aku sudah tidak punya banya waktu lagi" kata aland sambil menunduk.

"tidak punya waktu? kamu masih muda,nak. setidaknya kamu bisa hidup bertahun-tahun kemudian" kata surya percaya diri.

anggra menatap heran ayah aland yang tampak sangat percaya diri dan ambisi. dia lalu menepuk bahu aland.

"sementara ini, kamu harus banyak beristirahat,lan. kurangi  kegiatan yang berlebihan."

di luar ruangan, martha merangkul erat bahu aland. dan surya berjalan di sampingnya. di sepanjang jalan aland hanya menatap lantai rumah sakit dan termenung. martha mencoba menenangkan aland, jauh di lubuk hatinya dia ingin membuat anak satu-satunya itu bahagia.

"sementara ini beristirahatlah dirumah" kata martha.

aland menggelengkan kepala, baginya sudah cukup jelas, ia tidak ingin tinggal  lagi di rumah itu.

Love after die [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang