Hari kedua galeri bienalle sedikit ramai pengunjung. ada yang sekedar menilik, menikmati seni maupun membeli salah satu karya seni yang ada. aland menatap sebuah kanvas kosong yang berjejer diantara lukisan - lukisan yang menempel di dinding. sebuah tulisan "guest art" mencuri perhatinya.
"melukislah.." kata seseorang yang berdiri di samping aland.
"ryan.."
aland menatap ryan yang kini berpakaian santai. dengan jeans biru dan kaos batik lengan pendek. rambut gondrongnya dikuncir, meskipun ada beberapa anak rambut yang keluar.
"kenapa kanvas ini kosong?" kata aland
"oh.. seperti tulisan di papan guest art ini untuk pengunjung yang ingin melukis bebas. jadi diakhir acara, akan ada penghargaan guest art dengan lukisan terbaik. hanya beberapa pengunjung yang sudah melukis"
"boleh aku mencoba"
"silahkan.." Ryan lalu mengambil palet, kuas dan beberapa warna cat kepada aland
"dimana latifa?" tanya ryan.
"galeri kayu.. dia sepertinya senang dengan ukiran kayu"
"latifa memang menyukainya. mm.. selamat melukis" ryan menepuk bahu aland, memberi semangat.
aland menatap langkah ryan pergi, menuju galeri kayu seperti yang dia bilang.
aland mengalihkan pandanganya menatap warna-warna cat minyak yang berjejer di hadapanya. Dia mulai membuat goresan tipis sketsa dari pensil yang dia bawa. kemudian membubuhkan tipis-tipis cat minyak dengan warna dasar.
Aland benar-benar hanyut di dunianya sendiri. Dia bahkan tak menyadari beberapa pasang mata silih berganti menilik lukisanya. dia fokus dengan apa yang dia kerjakan. seorang pemuda berdiri di sampingnya, melihat lukisan aland yang hampir setengah jadi. pemuda itu berpakaian sama seperti ryan. jeans biru dengan banyak robekan dan kaos batik. rupanya dia adalah salah satu bagian dari acara jogja bienalle.
"hai..." sapa pemuda itu ramah.
aland menoleh dan menyapa kembali pemuda dengan tinggi sedang disampingnya.
"narto.. aku pelukis di acara ini" narto menjabat tangan aland
"aland.." aland menjabat tangan narto
"apa judul lukisanya?"
"aku belum memberinya.. tapi, ini tentang kematian"
"maksudmu kehidupan setelah kematian" narto menunjuk bagian seseorang di lukisan aland yang tampak melebur.
"iya.."
narto mengangguk ragu, dia terdiam sejenak seperti memikirkan sesuatu. sambil terus memandang lukisan aland.
"kenapa?" tanya aland balik
"kamu mengingatkanku pada cerita bapak. dia dikabarkan mati saat bertugas menjadi pemadam kebakaran, tapi kau tau? tidak ada jasad ditemukan di tempat kejadian. tapi bapak mengakui bahwa dia telah bertemu dengan temanya itu "
"sungguh? " aland menjawab semangat.
"iya"
"apa sekarang dia masih hidup"
narto mengedikkan bahu, dia tampak ragu
"entahlah.. itu cuman cerita bapak. tapi itu terdengar nyata." tatap narto kepada aland serius. membuat aland semakin serius mendengar kelanjutanya.
"narto.. aku tertarik sekali dengan ceritamu. sampai-sampai aku ingin bertemu bapakmu"
"boleh-boleh.." kata narto
"dimana rumahmu"
"tak jauh dari galeri ini. mampirlah. tapi.. bapakku adalah seorang cenayang. aku ragu kenalanya itu lolos begitu saja dari maut. pasti ada campur tangan bapak"
"oke.. boleh aku menyimpan nomormu?"
aland lalu mengeluarkan handphone. mereka bertukar nomor
KAMU SEDANG MEMBACA
Love after die [COMPLETE]
Mistério / SuspenseI love you after i die... Sinopsis : Sebuah kecelakaan tragis menimpa Latifa dan Aland, dua anak manusia yang tak saling mengenal. Mereka bertemu dengan Dmitri, sang malaikat kematian. Dmitri memberi mereka 40 hari untuk kembali kedunia. Tapi dibali...