Happy Reading
Maaf typo
_______________________Dia Yang Tak Dikenal
_______________________Aku mencoba membuka mata. Sedikit membuka mata saja membuatku kesakitan. Aku memejamkan pelan mata ini. Cahaya matahari ini sungguh menganggu. Bahkan untuk membuka mata pun sangat sulit dan menyakitkan.
Ku coba lagi membuka mata yang bagai diberi lem perekat ini. Perlahan-lahan cahaya itu memenuhi seluruh mataku. Dan saat itulah kepalaku terasa berkunang-kunang. Aku meringis dan menekan-nekan ujung dahiku.
Aku mendesah pelan. Tapi aku merasakan ada yang aneh. Tidak biasanya kasur yang kutiduri terasa empuk. Aku mengingat bagaimana aku bisa tidur karena yang kusadari kemarin aku masih dalam kondisi berdiri. Oh tidak?! Aku meneliti setiap inchi kamar yang kutempati. Sama sekali tak ku kenali. Ada apa ini? Aku mencoba mengingat-ingat lagi kejadian apakah yang terjadi.
Aku menggeleng keras saat aku tak sengaja menyibak selimut karena panas. Melihat sebelah kanan ranjang yang tak ada seorangpun. Aku menggeleng lebih keras lagi saat tau tak ada sehelai benang melekat di tubuh ini.
Aku menangisi sambil meratapi apa yang terjadi saat ini. Ini tak seperti rencanaku. Ini tak seperti apa yang aku bayangkan bahkan untuk membayangkan saja tidak pernah sama sekali.
Apa yang kujaga selama bertahun-tahun aku hidup di dunia ini hilang dalam satu malam. Mahkota yang aku usahakan tidak pernah tersentuh oleh siapapun, tadi malam dengan ketidaksadaran diriku lelaki tak punya hati itu merenggutnya.
Aku merasa bodoh. Tapi kenapa ini sungguh terjadi. Bahkan bercak merah itu bukti keperawanan ku hilang. Lelaki itu!!! Siapa dia aku tak mengingat apapun tentangnya. Bagaimana postur tubuhnya, matanya bahkan suaranya saja aku tidak tahu.
Tapi aku berharap di tidak meninggalkan apapun di tubuhku. Aku berdoa. Semoga tak ada yang jauh lebih buruk dari ini.
Aku bangkit dari ranjang menuju kamar mandi “Sshhh ... ” erangku. Aku tidak pernah tahu jika rasa sakitnya akan seperti ini. Ini benar-benar gila. Rasa sakitnya tak mengenal keadaan. Mataku yang sembab akan menjadi lebih sembab lagi karena rasa ngilu di unjung selangkangan ku.
Aku bangkit dengan derai air mata. Mengambil baju yang baru ketahui ternyata berserakan di lantai. Aku meruntuki diriku sendiri yang bagai jalang ini. Dengan cepat aku memakai kembali pakaianku.
Saat ingin keluar mataku menatap sebuah kertas yang ada diatas nakas. Aku mendekati nakas tersebut dan mengambil kertas dengan sebuah pulpen. Ternyata di balik cek itu ada sebuah tulisan. Kubaca tulisan yang sedikit berantakan itu.
‘Maaf saya telah mengambil keperawanan anda. Saya rasa anda jalang baru. Jadi tuliskan berapapun harga yang setara dengan apa yang saya ambil itu.’Aku menangis sejadi-jadinya. Serendah itukah harga diriku sampai dia menulis hal yang benar-benar menyakiti hatiku. Sungguh aku merasa kecewa, marah sekaligus kesal. Dia membandingkan ku dengan wanita murahan yang menjajah kan tubuhnya agar mendapatkan uang. Asal dia tahu, aku bukan wanita seperti itu, aku masih berusaha keras bekerja untuk memenuhi semua biaya hidup.
‘Brengsek!’ Tanpa pikir panjang aku merobek kertas itu dan keluar dari kamar hotel dengan pakaian yang lusuh.
–•••–
Ini adalah bulan keempat tepat setelah tahu diriku di perlakukan layaknya wanita murahan. Aku bahkan pindah kedaerah yang tidak terlalu jauh dari kota tempat harga diriku hilang.
Bahkan sekarang aku sudah tidak melanjutkan kuliah lagi. Dikarenakan tuntutan keuangan ayahku yang menambah daftar hutangnya dan semua hutangnya itu dilimpahkan padaku.
Aku menghela nafas. Pikiranku akhir-akhir ini bertembah banyak. Aku mencoba menenangkan pikiran yang berkecamuk ini. Ku elus perut buncit ku.
Iya, sebuah nyawa akhirnya hidup di dalam rahimku. Aku terkejut saat tahu kejadian tersebut membuahkan hasil.
Saat kutahu dia sehat di dalam sana aku mengugurkan niatku untuk menghilangkan diri mungil itu dari dalam rahimku. Aku senang sekarang hidupku tak lagi sendiri. Tak terpuruk lagi meskipun bayi ini ada karena sebuah kesalahan yang aku maupun lelaki asing itu lakukan.
Disini aku tidak ingin egois dengan selalu menyerahkan segala kesalahan padanya. Yang kutahu aku juga bersalah. Aku bersalah karena bekerja di tempat yang seharusnya tidak kudatangi. Tempat laknat dengan berbagai minuman haram. Dan aku yang mengumbar aurat. Aku merasa jelas membuat nafsu birahi seseorang akan meningkat karen malam itu aku mengunakan pakaian ketat walaupun panjang dan tertutup.
Aku menerima pesanan minuman. Dengan cepat aku menghampiri meja yang memesan minuman ini. Sampai disana aku meletakkan minuman itu.
"Selamat menikmati tuan," ucapku sopan seraya tersenyum kepada ...
Erik? Astaga!! Lelaki itu melihat kerah perutky yang begitu menojol. Aku memang sengaja tidak menutupi kehamilanku ini. Toh aku jauh dari sahabat dekatku dan keluargaku, begitu pikirku saat itu.
"Kamu ... Kamu Alle 'kan? Alle ini kamu 'kan?" aku tak tahu harus apa. Seakan tak sadar aku mengangguk saja. Lelaki itu berdiri.
Kulihat dia seperti ingin memelukku tapi ada gerakan ia menujukan untuk tidak memelukku. Saat kutangkap matanya yang menatap intens perut buncit ku ini. Aku hanya menatap kedua sepatu yang melekat di kaki-kaki ku.
"Alle ikuti aku," ajaknya. Aku pasrah dan mengikuti dirinya dari belakang.
Sampailah kami di lorong menuju kamar mandi. Erik menatapku d akan meminta penjelasan.
"Apa ini?" sudah ktebak ini yang akan terjadi.
"Apa?" tanyaku balik. Aku berpura-pura tidak mengerti apa yang ia katakan. Erik berkacak pinggang dan mengangkat kepalanya sebentar lalu menatapku dengan mata yang tertuju pada perutku.
"Kau hamil? Kenapa bisa kau hamil? Siapa dia? Siapa lelaki kurang ajar itu? Atau kau? Apa kau menjual tubuhmu? Ada apa Alle? Kenapa kau menjadi serendah itu? Hah?" suaranya seperti ingin menantangku. Tak terima ia menghinaku. Aku menampar pipi kanannya.
"Jaga ucapanmu." aku menujuk kearahnya. “Ternyata aku berteman pada orang yang salah. Ku kira pertemanan yang kita bangun tiga tahun ini dapat membuatmu menyimpulkan apa saja sifat dan karakterku. Ternyata aku salah, kau bukan seperti itu. Sudahlah lupakan apa yang terjadi anggap saja tak ada dan tak pernah terjadi sesuatu diantara kita.” Ujarku panjang lebar. Lalu melesat pergi dari hadapan lelaki itu.
Aku marah? Tentu. Aku sedih? Tentu. Teman yang kupercayai bahkan menghinaku serendah itu. Sama dengan apa yang lelaki laknat itu lakukan.
Dulu saat awal kehamilan aku bahkan ingin menceritakan semua yang terjadi pada Erik. Tapi karena aku merasa kurang percaya diri aku memutuskan untuk tidak menceritakannya pada waktu itu dan mungkin akan memberi tahunannya pada waktu yang tepat.
Ternyata keputusan yang kuambil saat itu sudah benar. Dia lelaki yang sama sekali tidak bisa diandalkan. Aku kecewa padanya. Persahabatan yang terjalin selama tiga tahun ini sia-sia sudah.
***
Bersambung...Alurnya cepat ya? Iya sengaja dicepetin karena bukan inti dari permasalahan. Yaudah segitu aja jangan lupa vote dan komen ya,
Big Hugs,
Mrs. Caessara💓
Rabu,28/03/2018
03:30 WIBRevisi : 2 Maret 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
Dia Yang Tak Dikenal | Selesai
ChickLitAku tak mengingat siapapun dia, tapi yang kuingat sekarang adalah aku bahagia karena dapat memiliki sosok yang akan menemaniku seumur hidup. Started : Thursday, March 1st 2018 Finished : Monday, December 31th 2018