Bagian Tiga

28.9K 1.8K 42
                                    

Maaf Typo
Happy Reading
_____________________

Dia Yang Tak Dikenal
_____________________

Aku melihat ke kanan lalu ke kiri. Mataku mencari-cari keberadaan malaikat kecil yang biasa menemaniku selama tiga tahun ini.

Peluh membasahi dahiku. Bekerja seperti ini memang harus tahan banting. Panas dan jalanan yang memiliki udara kurang bersih. Berusaha kuat menjalani hidup untuk memberikan kehidupan yang layak untuk Putri kecilku.

Pekerjaan inilah yang masih mau menerimaku dengan ijazah SMA. Aku bahkan tidak lulus kuliah yang seharusnya tahun ini merupakan tahun kelulusan ku.

Mataku menangkap dia. Putri Mungilku.

Rosa Dinara

Nama sederhana yang kusematkan pada malaikat kecil yang kulahirkan. Aku tersenyum melihat Ocha berlari kearahku dengan boneka beruang kecil dengan warna yang kotor. Warna pink itu sudah tak ada lagi karena kebiasaan anakku itu membawa bonekanya bermain bersama pasir yang ada di pinggir jalan.

Dengan kakinya yang berisi, ia berlari tak lupa dengan cekikikan khasnya setiap kali berlari. Aku yang tengah selesai menyapu jalanan mendapati tubuh mungil itu memeluk lutut kakiku yang tertutupi seragam orange khas tukang sapu jalanan.

“Nda ... ” Aku menunggunya melanjutkan perkataannya, meskipun kutahu ia amat sulit mengucapkan kata-perkata.

Ia menujuk perutnya membuatku paham apa yang ia maksud.

“Iya. Tunggu sebentar ya, Ocha. ” Aku duduk di trotoar jalan yang agak tinggi. Dan pas di sebelah warung kecil yang biasa ku kunjungi jika ingin selesai menyapu. Aku membawa anakku untuk duduk bersamaku.

“Ni, mba beli air putihnya satu.” Perempuan muda itu tersenyum padaku.

“Oke mba Alle,” Ia mengambil minuman dan memberikannya padaku. “Biasa,”

Aku terkekeh mendengar suaranya yang santai padaku. Aku merogoh kantong dan memberikan Arni uang lima ribu rupiah. Arni menerimanya, kemudian mengembalikan kembaliannya.

“Ini sayang minum dulu.” Setelah membuka tutup botol, aku menyodorkan kepada Ocha dan membantunya minum.

“Udah?” Ocha mengangguk.

“Yaudah kita beli nasi dulu, siapa tahu kak Tina udah pulang ya dek, kasian dia nanti laper.” Lagi-lagi anakku itu mengangguk. Aku tersenyum seraya mengendong tubuh kecilnya. Dan memegang sapu lidi yang tadi kupakai.

“Mba pulang dulu ya Ni, sampein salam sama Budhe. Bilang ya, salam kangen dari aku.” Ku lihat Arni terkekeh dengan ucapanku.

“Iya deh mba siap-siap!!”

“Hati-hati mba,” Lanjutnya lagi dengan melambaikan tangannya. “Hati-hati juga adik kecil!”

Setelahnya aku mengucap salam padanya.

Aku meninggalkan warung milik Arni menuju warung makan. Warung makan itu agak jauh dari tempat terakhirku menyapu. Sekitar lima ratus meter. Dan butuh beberapa menit agar sampai di tempat itu.

Aku melihat Ocha yang mulai kepanasan dengan kepalanya yang memaksa masuk ke celah ceruk leherku. Jelas saja aku tersenyum lalu menaruh kain jilbab diatas kepalanya.

Kini aku memutuskan berhijab semenjak tiga tahun lalu, tepatnya seminggu setelah melahirkan Ocha. Dalam hati aku sudah ingin bertekad dan tidak akan lagi keluar dengan pakaian yang pendek seperti kebiasaanku dulu.

Dia Yang Tak Dikenal | SelesaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang