Bagian Sebelas

19.7K 1.4K 238
                                    

Happy ReadingTypo bertebaran

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy Reading
Typo bertebaran

_____________________

Dia Yang Tak Dikenal

______________________

Sore ini, seperti biasanya aku mulai menyusun perlengkapan di warung. Tina membantuku memasang atau menaruh beberapa barang. Ocha berada dalam gendonganku, aku menggendongnya di depan dengan bantuan kain sebagai penyanggah tubuh mungil itu.

Hari ini, lelaki yang seumuran denganku itu tak datang, dan aku bersyukur sebab itu. Entahlah, aku merasa kurang nyaman saja dengan Erik bisa dibilang karena dia suka sekali memberiku.

Aku menaruh wajan besar di atas kompor yang sekelilingnya ditutupi seng dan hanya di satu sisi dibuka untuk memudahkan ku menghidupkan kompor.

Sebuah mobil berhenti di warung ku, dalam hati aku bertanya-tanya. Apa dia mau membeli gorengan? Gorengan nya 'kan belum di buat, belum diapa-apain. Masa iya mau di beli?

Pertama kali, aku lihat seorang wanita paruh baya dari kursi penumpang di sebelah pengemudi keluar lalu mengitari mobil, membuka pintu penumpang dibagian tengah,

Sebuah tongkat menjulur keluar dari mobil. Disusul kepala yang menyembul keluar dibantu wanita paruh baya tadi. "Hati-hati Tuan," ku dengar wanita paruh baya itu bersuara.

Tidak lama, lelaki yang dipanggil 'Tuan' itu menjajakan kakinya di atas jalan. Dan juga dibarengi suara perempuan yang terus menerus menyembur.

"Ngapain sih kita kesini? Kotor tau! Jijik banget sih ah, males, ini juga supir blo'on banget disuruh berhenti disini nurut aja. Gak level aku sama tempat kayak gini!" protes itu terdengar olehku sampai aku melihat Pak Roy turun.

Pak Roy segera menepis tangan wanita baya itu saat dia sudah menginjak aspal jalanan. "Hai, lama tidak bertemu," ujarnya menatapku. Aku yang ditatap malah kikuk harus menjawab apa.

Dan akhirnya perempuan itu keluar juga, aku menatapnya meneliti tubuhnya. Kaos putih dengan rok diatas lutut dan juga jaket yang diikat mengelilingi pinggang wanita itu. Oh jangan lupa, dia memakai sepatu yang bagus menurutku, tapi aku tak tahu namanya. Maklum, orang miskin seperti ku mana mungkin tahu model sepatu bagus seperti itu. Hanya yang kutahui model sendal berlogo walet.

"Kak!" aku tersentak, wanita itu berteriak dihadapan Pak Roy dan juga suaranya yang cukup keras membuatku terkejut, Ocha dan Tina pun sama denganku, sama-sama terkejut. Tapi, kalau Tina dia melihat ke arah wanita itu lalu menunjukkan wajah jengkelnya. Mungkin karena anak kecil itu sedang mengupas kulit pisang dan pisangnya jatuh. Tak apa, cuma satu yang jatuh.

"Jangan teriak-teriak begitu, malu dilihat orang!" bentak Pak Roy, dia melihat perempuan itu tajam, aku bergidik ngeri melihat tatapan mematikannya.

Daripada mengurus mereka lebih baik aku menyusun saja. Malas melihat orang bertengkar, aku bukan siapa-siapa mereka ngapain juga di liat in, malu ih. Aku duduk di sebelah Tina, meninggalkan cekcok antara dua orang itu. Membuat adonan tepung untuk melapisi pisang dan ubi. 

Dia Yang Tak Dikenal | SelesaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang