Bagian Enam

24K 1.6K 40
                                    

Happy Reading, Maafkeun Typo nya ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy Reading,
Maafkeun Typo nya ya..

__________________________

Dia Yang Tak Dikenal
__________________________

Aku mengelilingi sekitar tempat yang tadi diduduki oleh Ocha. Aku bingung. Ocha biasanya tak begini. Tidak pernah pergi saat aku bekerja kecuali, aku sendiri yang mengajaknya untuk berpindah ke tempat lain. Mataku kini mulai mengeluarkan bulir-bulir air.

Aku mulai berjalan mendekati gedung perusahaan itu. Dinding kaca tembus pandang itu membuatku mudah mencari keberadaan Ocha di lobi gedung itu. Mataku terus mencari-cari bak pencuri yang sedang memantau situasi.

Saat aku mulai mendekati sisi kanan gedung itu,ku susut air mataku ketika ku lihat Ocha duduk bersama seorang lelaki yang tak ku kenal.

Ingin ku mendekat tapi tak bisa. Kaki ini terasa kaku untuk berjalan. Aku juga merasa malu, baju orange  ku tampak kotor dan tak cocok memasuki gedung yang tampak bersih itu.

Bagaimana nanti orang menghinaku?
Bagaimana pandangan hina itu kembali?
Bagaimana? Apakah harga diriku akan hancur kembali? Tapi bukankah aku sering mendengar orang menghinaku? Tapi kenapa saat ini aku tak mampu lagi bisa menahan hinaan itu?
Enggak. Kenapa aku enggak mampu menahan hinaan orang. Ada Ocha. Ada Ocha yang akan bilang bundanya yang paling hebat. Aku yakin suatu saat nanti Ocha akan berkata seperti itu. Aku harus kuat. Ini semua demi Ocha.

Beberapa menit berperang dengan pemikiran sempitku. Aku mencoba melangkahkan kaki memasuki gedung itu,meskipun hatiku kini sedang mewanti-wanti keadaan yang mungkin nanti akan terjadi.

Baru ingin menginjak ubin berwarna putih, aku langsung saja menghentikan gerakan kaki dan kembali berdiri di depan teras gedung besar itu. Tapi kini hatiku mulai gelisah, Ocha masih di dalam sana dan aku sama sekali tidak bisa menuju ke dalam. Bukan karena aku malu, sudah ku singkirkan rasa malu itu dari tadi, tapi masalahnya kakiku tiba-tiba kaku dan membeku, tak ingin bergerak sama sekali.

Aku bagai orang yang penuh dilema. Sampai seorang pegawai wanita dengan rambut di gulung kebelakang datang menghampiriku. Tampak cantik dimataku, jalannya pun tampak elegan.

"Maaf mba, ada yang bisa saya bantu?" tanyanya sopan padaku.

Dengan perasaan sedikit malu, aku menjawab, "ee..bolehkah saya masuk ke dalam mba? Anak saya ada di dalam..." izinku padanya.

"Ooh, itu anak mba?" tunjuknya pada Ocha. Aku mengangguk mengiyakan ucapannya. "Silahkan mba," dia memberi jalan padaku.

Aku yang berusaha menormalkan detak jantung, kini mulai melangkahkan kaki setelah mendapat izin tentunya. Sesampainya di pintu kaca besar itu, aku mendorong pintu dan hawa sejuk langsung saja menerpa kulitku. Aku sedikit menyapu lengan, karena hawa benar-benar menusuk kulitku.

Dia Yang Tak Dikenal | SelesaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang